Tribun Timur Edisi Selasa 14 April 2009

Page 6

6

big challenge

SELASA 14 APRIL 2009

■ Marketing Fundamental Perusahaan Publik (Bagian 27 dari 100)

Tiga Pilar Sejahtera Food, Sang Market Leader

Hermawan Kartajaya

IST

IST

Taufik

APA yang terjadi di film Home Alone memang hanya cerita khayalan. Tapi ada pesan moral yang ingin disampaikan. Seorang anak yang berada di rumah sendirian, tertinggal dari anggota keluarga lainnya yang pergi merayakan liburan Natal, alias dalam situasi yang fragile, ternyata tidak mesti jadi cengeng dan kalahan. Justru ia malah bisa menunjukkan dirinya sebagai anak yang cerdik dan mandiri, meski ibunya selalu kepikiran tentang dia. Indonesia sebetulnya punya banyak SME dengan karakteristik mirip seperti anak kecil di film Home Alone yang cerdik, mandiri dan lebih matang menghadapi tantangan baru. Sebagian besar SME semacam itu memang tidak banyak dikenal orang. Tapi ada juga beberapa yang akhirnya mengundang perhatian, atas inisiatif yang di

luar dugaan. Inilah yang misalnya ditunjukkan Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular yang didirikan di tahun 1958 oleh Tan Pia Sioe. Keberadaan generasi baru, seperti Joko Mogoginta, membuat perusahaan agresif mengejar pertumbuhan, termasuk melalui akuisisi. Salah satu akuisisi awal perusahaan adalah pembelian PT Asia Inti Selera Tbk yang saat itu adalah market leader mi telor dengan merk Ayam 2 Telor. Dengan akuisisi ini, perusahaan memasuki bursa saham melalui backdoor listing. Dalam perjalanan selanjutnya, perusahaan publik tersebut diubah menjadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yang pada saat ini adalah market leader yang menguasai sekitar 34 persen pasar mi kering di Indonesia. Di sisi lain, AISA terus bergerak mengakuisisi PT Polymeditra

Indonesia di tahun 2005 yang membawanya masuk ke bisnis permen dan biskuit. Salah satu merk Polymeditra adalah Gulas, market leader untuk permen asem. Langkah yang dilakukan AISA di tahun 2008 malah lebih spektakuler. Soalnya perusahaan mengakuisisi tiga perusahaan yang secara total menelan biaya sekitar Rp 500 miliar, yang sebetulnya lebih besar dari total aset AISA pada waktu itu. Menariknya, ketiga perusahaan tersebut bergerak di dalam bisnis yang berbeda dengan bisnis AISA sebelumnya, yaitu perkebunan sawit, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan pabrik pengolahan makanan. Perkembangan bisnis yang pesat inilah yang mungkin menjadi salah satu faktor pertimbangan hingga AISA berhasil mendapatkan Bisnis Indonesia Award 2008 untuk kategori emiten industri barang

konsumsi. Kekuatan sales system AISA juga mendapat pengakuan dengan masuknya AISA dalam Top 3 pada survey Account Management Index yang dilakukan pada tahun 2008. Professionalisme dan komitmen manajemen AISA memang kuat. Ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka mendapatkan sertifikasi ISO 9001 pada tahun 2002, disamping juga berbagai sertifikasi industri lainnya. Kepercayaan World Food Programme terhadap AISA untuk memproduksi biskuit gratis suplemen makanan anak sekolah Indonesia, juga merupakan indikator lain dari kemampuan tim manajemen. Sebagai produsen produk makanan, AISA memang banyak bergantung pada harga bahan baku yang dapat berfluktuasi kapan saja. Seperti dialaminya beberapa tahun belakangan ini

saat terjadi kenaikan bahan baku yang cukup signifikan. Untuk bersiap menghadapi hal seperti itu di masa mendatang, perusahaan terus melakukan berbagai langkah efisiensi, salah satunya dengan penggabungan lokasi berbagai pabriknya pada satu tempat saja di Sragen, dengan ukuran lahan sekitar 25 hektar. Upaya efisiensi penggunaan listrik juga terus dilakukan AISA, antara lain dengan mengakuisisi perusahaan yang bergerak dalam bidang pembangkit listrik. Di balik semua kesuksesan perusahaan ini dalam berkembang, yang tercermin juga dari kenaikan laba bersih sebesar kurang lebih dua kali lipat tahun 2008, kami melihat AISA harus tetap berhati-hati menjaga core competence-nya. Dimulai dari produsen bihun, lalu menggarap mi telor, selanjutnya memasuki bisnis permen dan

biskuit, serta terakhir ini mengakuisisi perusahaan kebun kelapa sawit. Ada ancaman AISA akan kehilangan fokus karena tidak mampu menemukan core competence spesifik yang mereka miliki, yang selanjutnya digunakan sebagai tumpuan dalam melakukan pertumbuhan yang terencana. Semua dilakukan tanpa meninggalkan kekuatan inti perusahaan yang selama ini menjadi keunggulan kompetitifnya. Jika manajemen bisa menjaga agar AISA tidak meninggalkan kompetensi inti perusahaan, dan tetap profit from the core, maka perusahaan akan dapat mencapai growth yang tidak sekadar luar biasa, tapi juga sustainable dalam jangka panjang.(fir) * Herman kartajaya & Taufik, dari MarkPlus Inc

Pertumbuhan Investasi Anjlok 50 % JAKARTA, TRIBUN - Kondisi perekonomian Indonesia selama triwulan I-2009 menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Meski dari sisi konsumsi masih stabil, namun dari sisi investasi dan eksporimpor mengalami penurunan yang cukup signifikan. Menko Perekonomian sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2009 diperkirakan berada di kisaran 4,3 persen hingga 4,8 persen, dengan titik tengah 4,5 persen. “Yang mengalami koreksi cukup dalam dibandingkan dengan kinerja tahun 2008 adalah pada tiga variable yaitu investasi, ekspor, dan impor,” tegas Sri Mulyani. Ia menjelaskan, pertumbuhan investasi pada kuartal I-2009 diperkirakan hanya lima persen hingga 6,5 persen. Angka ini jauh lebih rendah

terkoreksi karena krisis ● Investasi: Hanya tumbuh 56,5 persen ● Ekspor: 22,55 miliar dolar AS ● Impor: 18,578 miliar dolar AS

dibandingkan rata-rata pertumbuhan investasi 2008 yang biasanya tumbuh double digit antara 10-13 persen, atau berarti terjadi koreksi hampir 50 persen ke bawah. Sementara ekspor juga mengalami kontraksi yaitu pertumbuhan negatif enam hingga sembilan persen. Angka ini menurun tajam dibandingkan dengan kinerja pertumbuhan ekspor yang pada kuartal I-2008 sebesar 13,6 persen. Kuartal IV-2008 ekspor tumbuh mendekati 1,8 persen. “Jadi kontraksi yang terjadi di kuartal 1 2009 adalah tren yang terus mengalami penurunan akibat

dari melemahnya perekonomian global. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan mengalami konstraksi atau negatif antara satu persen hingga 1,5 persen,” jelasnya. Dari sisi impor juga mengalami konstraksi yaitu minus delapan persen hingga 12 persen. Sri Mulyani menegaskan, karena pertumbuhan negatif impor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan minus ekspor, maka neraca pembayaran Indonesia masih surplus 607 juta dolar AS. Pada akhir Maret, ekspor tercatat 22,55 miliar dolar AS, sementara impor 18,578 miliar dolar AS. Dalam catatan BPS, untuk Februari 2009 terjadi surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai 1,26 miliar dolar AS. BPS mencatat nilai impor Februari 5,82 miliar dolar AS, sementara ekspor sebesar 7,08 miliar dolar AS.(fir)

Ekspor Bahan Baku Turun Paling Banyak EKSPOR bahan baku paling banyak turun di tengah melemahnya permintaan global akibat krisis ekonomi. Rendahnya ekspor bahan baku ini karena banyak perusahaan yang tutup. Kepala Kantor Pelayanan Umum Bea dan Cukai Tanjung Priok Kushari Supriyanto mengatakan tingkat keterisian kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini hanya 70-60 persen. “Ekspor bahan baku paling banyak turun karena perusahaan banyak yang tutup. Keterisian biasanya 100 persen,” tuturnya saat ditemui di Kantor Menteri Keuangan, Jakarta, Senin (13/4). Di tempat yang sama, Dirjen Bea dan Cukai

Anwar Suprijadi dalam pantauannya mengatakan ekspor Indonesia selama 2009 ini menurun 35 persen, impor juga menurun di tingkat yang sama. “Tapi penerimaan Bea Cukai masih sesuai target sampai 3 April 2009 Rp 2,53 triliun, tahun lalu hampir sama. Volume ekspor turun tapi ada internal effort ekspor dari Bea Cukai seperti melakukan pemeriksaan barang dengan ketat, menetapkan nilai pabean dengan benar,” tuturnya. Sementara untuk penerimaan cukai yang harusnya 24 persen dari target setahun yang sebesar Rp 54 triliun, sampai kuartal I-2009 (fir) bisa tercapai tercapai 25 persen dari target.(fir)

SENTIMEN POSITIF - Tiga pialang melihat pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (13/4). Damainya Pemilu 9 April lalu telah memberikan sentimen positif pada perdagangan saham IHSG ditutup melonjak hingga 74,653 poin (5,09 persen).

ANTARA/REZZA ESTILY

INDUSTRI TEKSTIL - Ratusan buruh wanita menjahit pakaian di salah satu pabrik pakaian PT Metro Garmen, Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/4). Produk pakaian jadi tersebut selain dipasarkan di dalam negeri juga diekspor ke sejumlah negara seperti Uni Emirat Arab, Hong kong, Amerika, Perancis, dan Singapura.

Bulan Depan, Harga BBM Tetap JAKARTA, TRIBUN - Pemerintah memutuskan untuk tidak mengubah harga BBM bersubsidi seperti premium, solar dan minyak tanah pada 15 April 2009. “Meski kecenderungan minyak dunia meningkat, namun membaiknya nilai tukar rupiah dan kondisi keuangan negara mampu mengimbangi,” ujar Kepala Biro Hukum dan Humas Departemen ESDM Sutisna Prawira dalam siaran pers, Senin (13/4). Menurutnya, dalam waktu satu bulan terakhir, monitoring dan evaluasi perkembangan harga minyak mentah dan harga produk BBM di pasar dunia menunjukkan kecenderungan meningkat.

harga tetap ● Premium: Rp 4.500 per liter ● Solar (Gas Oil): Rp 4.500 per liter ● Minyak tanah: Rp 2.500 per liter

“Namun demikian, setelah mempertimbangan perkembangan kondisi keuangan negara, dan kegiatan sektor riil serta membaiknya nilai tukar rupiah, pemerintah berketetapan, harga jual eceran BBM tidak mengalami perubahan,” katanya. Jenis BBM yang dimaksud adalah minyak tanah (Kerosene), bensin premium dan solar (Gas Oil) untuk keperluan rumah

tangga, usaha kecil, usaha perikanan, transportasi dan pelayanan umum. “Oleh karena itu, terhitung mulai pukul 00.00 waktu setempat tanggal 15 April 2009 ditetapkan bahwa harga jual eceran BBM tertentu dinyatakan tidak berubah,” tegasnya. Harga premium tetap sebesar Rp 4.500 per liter, solar (Gas Oil) tetap sebesar Rp 4.500 per liter dan minyak tanah tetap sebesar Rp 2.500 per liter. Kini pemerintah memang terus melakukan evaluasi harga BBM setiap bulan pada tanggal 15. Ini adalah kesekian kalinya pemerintah tidak merubah harga BBM.(fir)

Bantaeng Kembangkan Apel Malang MAKASSAR, TRIBUN - Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantaeng, Suaib P, mengatakan, Pemkab Bantaeng mengembangkan komoditas apel dan strowberry di Desa Bontea Kecamatan Ullu Ere, Bantaeng. “Di daerah tersebut kami akan mengembangkan komoditas apel Malang yang semula ditanam dengan sistem tanaman keluarga menjadi tanaman komoditas unggulan Bantaeng,”

kata Suaib kepada Tribun, Minggu (12/4). Menurutnya, sebagai langkah awal pada 2008 lalu, Pemkab Bantaeng telah melakukan penanaman 1.000 pohon di Desa Bontea di areal 20 hektar. Varitas yang ditaman sama dengan apel yang dikembangkan di Batu Malang, yakni variatas manalagi, romeboty, dan ana. Ketiga variatas ini sangat diminati baik pasar lokal maupun luar Sulsel.(fik)

ANTARA/WIDODO S JUSUF

ekonomika

Konferensi Kelautan SULAWESI Utara akan menjadi tuan rumah Konferensi Kelautan Dunia atau World Ocean Conference (WOC), Mei. Terkait dengan hal itu Gubernur Sulut akan menggelar ekspose untuk menyukseskan pertemuan yang akan menghadirkan ribuan pakar dan wakil pemerintah se-dunia itu. Ekspose akan digelar di Hotel Clarion Selasa (14/4) yang rencananya dihadiri seluruh gubernur seSulawesi, Menkokesra, dan Menteri Perikanan dan Kelautan.(fir)

Hyundai Beri Rp 25 Miliar PERUSAHAAN asal Korea Hyundai Corp memberikan hibah Rp 25 miliar kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk pembangunan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) dengan kapasitas 1.000 MT.(fir)

Ini Dia Lima Level Kepemimpinan YANG kita bicarakan adalah soal kepemimpinan. Maklum, ada demikian banyak orang yang sudah merasa menjadi pemimpin kala sebuah tanda jabatan disematkan di dadanya, dan ia dilantik oleh pejabat di atasnya. Sementara itu sehari-hari, ia hanya memimpin dengan sebuah buku, yaitu buku peraturan. Ia hanya mau tanda tangan dan menyetujui kegiatan kalau rule-nya ada di buku. Kata orang ia adalah orang yang jujur dan taat perintah. Praktis hampir tak pernah ada kesalahan yang ditimpakan kepadanya, karena ia adalah orang yang benar-benar taat aturan. Mereka jumlahnya cukup banyak, dan tentu saja benar bahwa mereka adalah pemimpin, namun yang membedakan mereka dengan yang lain tentu adalah tipenya, sebab untuk menjadi pemimpin dibutuhkan lebih dari sekadar aturan, melainkan juga terobosan dan respek. Sebuah organisasi bisa saja tertib dan teratur, tetapi bisa saja ia mati karena peraturan terlambat merespons perubahan, dan peraturan yang

ada bukan lagi diadakan untuk manusia, melainkan manusia untuk peraturan. Lama-lama pemimpin ini akan menjadi tampak seperti orang-orang parisi yang membuat seakan-akan agama diadakan untuk Tuhan, bukan untuk manusia. Supaya tidak membingungkan, John Maxwell membuat peringkat yang disebut pemimpin. Orang yang dibicarakan di atas benar adalah pemimpin, tetapi baru sekadar pemimpin di atas kertas, yaitu pemimpin level satu. Pemimpin yang sempurna adalah pemimpin level lima, yang disebut Kang Jalal dan Robby Djohan sebagai Spiritual Leader, yaitu pemimpin yang dituruti, karena direspeki. Dengan demikian ada 5P-nya pemimpin yang akan Saya bahas di sini, yaitu Position, Permission, Production, People Development, dan Personhood. Masing-masing “P” tersebut akan berpasangan dengan produknya, yang disebut Maxwell sebagai 5R, yaitu Rights, Relationships, Results, Reproduction dan Respect.

Pada pemimpin level pertama, seseorang dituruti semata-mata karena posisinya. Ia duduk di sana karena ia memegang hak tertulis (rights). Orang-orang mengikutinya, karena suatu keharusan. Celakanya, semakin lama ia berada di posisi itu akan semakin mundur organisasi. Organisasi akan ditinggalkan oleh karyawan-karyawan kelas satunya yang menyukai terobosan dan laku di pasar. Sementara itu moral kerja merosot drastis dan image sebagai organisasi yang disegani tak lagi terdengar, malah sebaliknya. Pemimpin ini sebaiknya segera memperbaiki diri. Ia bisa menapak naik ke level dua, yang disebut permission (sedikit di atas otoritas). Ia tidak melulu mengacu pada peraturan tertulis, melainkan mulai menghargai orang-orang yang melakukan terobosan sebagai warna yang harus diterima. Orang-orang pun senang dan menerima kepemimpinannya bukan lagi semata-mata karena rights, melainkan relationship. Mereka mengikuti karena mereka meng-

hendakinya. Tetapi kalau cuma sekedar relationship saja, dan orangorang merasa senang maka ia bisa menjadi pemimpin yang populis, yang anak-anak buahnya tidak terpacu untuk maju. Oleh karena itu, idealnya seorang pemimpin naik lagi ke level tiga, yaitu maju dengan kompetensi dan memberi hasil yang dapat dilihat secara kasat mata. “P” ketiga ini disebut Production, dan orang-orang di bawahnya mau mengikuti kepemimpinannya karena Results, yaitu hasil nyata yang tampak pada kesejahteraan mereka dan kemajuan organisasi. Pemimpin pun senang karena pekerjaannya dengan mudah diselesaikan oleh orang-orang yang dedikatif, bekerja karena momentum. Biasanya level tiga ini berdampingan atau tipis sekali batasnya untuk melompat ke level empat. Ini hanya soal kemauan berbagi saja dan relatif tidak sulit karena hasilnya ada dan bukti-buktinya jelas. “P” keempat ini disebut People Development dan hasilnya diberi nama Reproduction. Pemimpin level

empat adalah pemimpin langka yang bukan cuma sekadar memikirkan nasibnya sendiri, melainkan juga nasib organisasi. Ia tidak rela sepeninggalnya ia dari organisasi, lembaga itu mengalami kemunduran, maka kalau ia tak bisa memilih sendiri pengganti-penggantinya, ia akan memperkuat manajermanajer di bawahnya agar siapapun yang menjadi pemimpin organisasi akan terus bergerak maju ke depan. Tentu saja tidak mudah mendeteksi pemimpin tipe ini selain dari apa yang ia lakukan untuk mengembangkan calon-calon pemimpin. Biasanya kita baru bisa menyebut Anda berada pada level empat kalau Anda sudah pensiun, sudah tidak duduk di sana lagi. Pada waktu Anda meninggalkan kursi Anda, maka baru bisa kita lihat apakah orang-orang yang dihasilkan benar-benar mampu meneruskan kemajuan atau malah mundur. Tentu saja maju-mundurnya organisasi paska kepemimpinan Anda sangat ditentukan oleh pemimpin berikutnya, tetapi kita dapat membedakan dengan jelas siapa

yang membuat ia maju atau mundur. Kepemimpinan level lima ini oleh Jim Collins disebut sebagai pemimpin dengan professional will dan strategic humility. Jalaludin Rakhmat menyebutnya sebagai Spiritual Leader yang tampak dari perilaku-perilakunya yang merupakan cerminan dari pergulatan batin dalam jiwanya (inner voice). Orang-orang seperti ini tidak mencerminkan kebengisan, melainkan ketulusan hati. Ia bisa saja mengalami benturan-benturan, tetapi semua itu bukanlah kehendaknya pribadi. Orang yang baik hati seperti Gandhi saja toh ternyata juga dicaci maki dan dibunuh, tetapi satu hal yang jelas, ia diikuti oleh banyak orang karena dirinya dan apa yang ia suarakan. Mereka patuh karena respek. Mereka tahu persis bahwa bahaya terbesar akan terjadi kala mereka mulai populis, yaitu ingin disukai semua orang ketimbang direspeki. Selamat memimpin!(fir) * Rhenald Kasali, penulis buku ReCode


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.