Travel Memoirs

Page 1


INTRO Welkom in Nederland. It is a pleasant sentence came into my mind when the first time I set foot at Schiphols airport, after 13 hours of flight from Jakarta to Amsterdam. Spending my short time in Utrecht is not (really) enough, to be honest. I got to be there in order to participate on summer course in Utrecht city with its beautiful castles and buildings from the medieval ages. It was great to join the course, which I learned quite much about Dutch culture and opportunity to explore Utrecht in the mild summer weather. Being in Utrecht that summer,-it feels like I drag myself back into hundred years famous European paintings. Surrounded by regal architecture, typical Utrecht canals and the Gothic-style Dom Tower as the symbol of the city. Utrecht is surrounded by old architecture, however,it has vibrance. I could feel the mixture between modern and medieval ages simultaneously. In addition, Germany and Belgium have different stories to be told,... This travel note is written in mixed languages; Indonesian, English and a little bit of Dutch.

BIG thanks to Netherland Education Support Office(NESO), for sponsoring me to attend Utrecht Summer Course 2010, then,- mom and dad at home. Photography, Written and Designed by Rahma.


From Orange Garden to Negeri Van Oranje Jakarta, 30 juli 2010 Apa??!! Sudah tanggal 30 juli aja!! Berarti, jam 6 sore besok.. Adalah momen meninggalkan Jakarta untuk beberapa minggu, memulai petualangan baru untuk bersenang-senang eh, belajar di Utrecth Summer School :) Bagaimanakah perasaan ini pada detik-detik menuju Negeri Van Oranye??.. Hmm.. Ibaratnya seorang ibu muda yang sedang menunggu kelahiran putra/putri pertamanya.. Tidak sabar dan terharu menahan bahagia, tapi sedikit lumayan takut dan cemas, secara gue nggak pernah terbang sejauh itu, sekitar 13 jam lebih diketinggian puluhan ribu kaki bo'.. LEBAY MODE ON saudara-saudara!!!! Hari ini sibuk packing dalam rangka check-out dari kos-an yang kebetulan di kawasan Orange Garden (Nama Inggrisnya KEBON JERUK) Disamping sibuk Packing untuk mengosongkan kamar kecil yang sedang gue tempatin ini, gue juga harus nge-pack satu luggage ukuran medium untuk diikut sertakan lintas samudra dan benua. ..

Sebagai orang Indonesia yang hendak melanglang buana kenegara dengan biaya hidup yang cukup mahal, budaya dan iklim yang sangat berbeda,_ ingatlah apa kata pepatah 'sedia payung sebelum hujan.' “Nothing is less predictable than the Dutch weather, so it is very likely that we will have colder, cloudy and rainy days as well.�

C'mon pack out, pack in!!


Sebagai orang tropis, tubuh ini harus beradaptasi dulu dengan cuaca, tindakan preventive; gue akan mempersenjatainya dengan Tolak angin dan Vitamin.. (tidak ada sponsor dari tolak angin ya..) Serta, bumbu instant untuk memasak. Lumayan, jaga-jaga kalau lidah ini merontaronta minta bumbu dari negri rayuan pulau kelapa. (baca:makanan bersantan) Terakhir, tipikal Indonesia.. keluar negri harus bawa sambal dalam negri. Entah kenapa, lidah ini nggak pernah cocok sama sambal import, yang rata-rata rasanya rada becanda dilidah ini (Baca: Nggak pedas sama sekali)

Side A Side B Jaket,memberi kesan punya 2 jaket padahal cuman dibolak balik doang Ha Ha. Cerdas dan kreatif ide Jaket ini.. menghemat kapasitas dikoper juga, EITTTT, tapi jangan lupa selalu disemprotin cologne yang banyak, untuk menyamarkan baubau asem yang akan mencemari udara.


Yihaa, Utrecht here I come.. Utrecth, 1 agustus 2010 Setelah 13 jam-an dipesawat akhirnya mendarat juga di Bandara Schiphol, Amsterdam. Namun, satu setengah jam sebelum mendarat, -kita sempat disuguhkan sarapan pagi yang menunya bisa dipilih.. sarapan ala barat atau asia. Karena sudah berada di benua orang barat, yes... I chose western breakfast!! Ditambah pula, gue bukanlah orang yang bisa makan nasi lemak ala Malaysia di pagi buta. Kenapa nasi lemak ala Malaysia?? karena kita terbang dengan Malaysian Airline.It's a nice Airline!! Beberapa saat sebelum landing, gue mencoba untuk mencubiti lengan ini, apakah ini nyata atau hanya sebuah mimpi belaka.. Mimpi indah ke Belanda yang selalu dimimpikan itu.... Tidak, .. gue tidak sedang berada dalam negri tidur!!! Seorang ibu muda berwajah caucasian dan anak lelaki kecilnya yang duduk dalam satu baris dengan gue selama 13 jam perjalanan melemparkan senyum ke arah gue... Sepertinya dia bangga, akhirnya kita kembali ke tanah air nak. Mereka bebahasa Belanda. Dari balik jendela, hamparan rumput hijau telah menanti. BELANDA!! Para awak pesawat Malaysian airlines tersenyum ramah, saying.. see you again.. (dalam hati gue,-oke-oke aja sihhh see you again..selagi dibayarin siapa yang nggak nolak naik pesawat lintas benua dan samudra.)


Proses imigrasi berjalan lancar,petugas imigrasinya pria berkulit putih ganteng.. Duh, baru nyampe imigrasi aja.. pemandangan sudah segar begini.. Bagaimana dalam-dalamnya yaaaaahh.. Pasti banyak yang bening-bening!!!!!! Meja imigrasinya ketinggian, .. gue harus jinjit kaki untuk bicara dengan petugas imigrasi yang ternyata mirip Sneijder, kepala plontos wajah ganteng... Bertemu Yosua, partner dalam Utrech Summer School ditempat pengambilan bagasi. Gue bertanya ke Yosua, 'Lo lancar-lancar aja nggak tadi waktu di imigrasi??' Jawabnya: Lancar Jaya!! Dan dia balik bertanya: 'Lo??' Gue: 'Ada, sedikit ditanya-tanya.. ngapain kesini, kesini mau ngapain, lalu minta liatin tiket booking pulang... ' Yosua: 'gue gak ada tuh, .. cuman liatin passport doang, cap stempel' Turis wanita memang sering ditanyakan hal-hal yang lebih detil dibanding turis pria,.. mungkin untuk pencegahan prostitusi ilegal disuatu negara... (duh, masa' tampang soleh gini dicurigain segitunya yaaahhhh... life is unfair!!!! :P ) 'Tapi, petugas imigrasinya mirip Wesley Sneijder looohh' Ucap gue mengakhiri topik tentang imigrasi. ...Dan berlalulah kita mencari jalan keluar menuju stasiun kereta. Kita berdua plongo-plongoan bingung mau ngapain, setelah tanya sana sini akhirnya tiba juga di Utrecth Centraal. Berterimakasih banget deh, sama teman Belanda gue yang menawarkan diri untuk menjemput di Utrecth Centraal. Dia datang jauh-jauh dari Belanda bagian selatan,ntraktir kopi dipagi nan sejuk dipinggir kanal Utrecth dan menolong kita dari mencari tempat daftar ulang sampai menemukan kamar kita yang nyaman banget, yang ternyata lokasinya didepan Utrecth University. Semoga perpustakaannya buka dimusim liburan (Pasang tampang NERD!!)


Pria Belanda ini nemu di Singapore ketika sedang magang di Changi Hospital, menginap di student hostel selama 3 bulan sekitar Singapore bagian timur. Waktu ditemukan, dia adalah mahasiswa kedokteran yang kelihatan sedang 'lost' di negri kecil imut ini. Seperti jenuh dengan kehidupan yang jauh berbeda.. Akhirnya, kita berteman, akrab, berbagi cerita dan tawa... sewaktu masa perpisahan tiba, ..kita berharap, it's not the last time for us, we'll see each other again... Dan ternyata benar!! Kita menetapkan Utrecht Centraal sebagai tempat perjumpaan,bersama dengan teman wanitanya yang menunggu dimobil. Sewaktu bertemu kembali setelah 1,5 tahun terpisah oleh jarak dan waktu.. Kita saling greeting,dan cipika cipiki sebanyak 3 kali!! Addduhhh!!!!... dulu waktu di Singapore nggak ada acara beginian... Oh ternyata cipika cipiki sebanyak 3 kali sudah tradisinya orang Belanda. Tapi kenapa harus tiga kali?? Kaya' ambil wudhu' aja yaaaa... :D Pagi itu, kita diajak sarapan pagi dipinggir kanal sambil menikmati perahu-perahu kecil bolak balik membawa turis.. dan kita berbincang-bincang, berbasa basi ... begitulaaahh... Yosua berhasil membuat tuan rumah terkesan, dengan kemampuan berbahasa Belandanya meskipun masih dasar satu.


Setelah makan pagi usai, kita diajak melihat-lihat Utrecht dan sekitarnya. Yaitu, dikawasan Menara Utrecht yang menjadi icon bagi kota Utrecth itu sendiri. Hawa pagi yang sejuk langsung membuat gue jatuh cinta dengan kota ini. Kemudian, teman gue itu.. membantu kita mencari alamat tempat daftar ulang dan serah terima kunci kamar, diteruskan dengan pencarian alamat tempat gue dan Yosua berlindung akan malam dan siang selama 2 minggu kedepan. Sewaktu di Supermarket, si teman Belanda ini memperkenalkan etiket ala Belanda, bahwasanya' budaya .diBelanda cukup beda ya dengan Asia. Karena dengan tanpa dosanya gue meletakkan keranjang belanjaan dimeja kasir, eh, te rnyata katanya itu nggak lazim disini.

Si teman Bel anda yang ge ntleman Bawain kop er dan backp ack gue!!

Jadi, caranya orang sini adalah; 'self-service'. Kita sendiri yang mentransfer barang-barang belanjaan kita keatas meja kasir. Well, pelajaran pertama hari ini. Orang belanda cukup ramah-ramah, kalau kita bertanya mereka jawabnya ramah dan panjang lebar. Lalu sempat kaget juga,kenapa kita sendiri yang memunguti barang-barang belanjaan kita sih, tanpa kantong plastik atau kertas. Dengan alasan, peduli lingkungan.. di Belanda penggunaan plastik tidak semena-mena seperti kita ditimur. Kalau mau menggunakan plastik, harus beli sendiri sekitar 20 cent. Akhirnya, gue punguti belanjaan tanpa plastik, mulai belajar hidup bertanggung jawab terhadap alam. Semoga aja, gue bisa begini nggak cuma lagi di Belanda aja, ditimur kita sangat dimanja dengan plastik belanjaan disana sini, bahkan untuk hal-hal yang sepele. Setelah puas menolong kita, akhirnya.. si teman Belanda harus pulang. Ooops, Cipika cipiki 3 kali sebagai ungkapan perpisahan terjadi lagi. A la Belanda euuy!! Beda tempat emang beda gaya, yach??!!


Tempat tinggal kita berlokasi di Cambrigelaan, perabotannya IKEA semua dan yang paling menyenangkan air kerannya bisa diminum. Wah, dengan kamar seperti ini gue rela deh, tinggal disini lebih lama lagiiiii Besok adalah hari kembali sekolah lagi, seru juga nih bakal ketemu siswa-siswa dari berbagai negeri. Sangat lelah hari ini, gue rasa waktunya untuk rileks dan memejamkan mata, setelah perjalanan udara yang lama dan disambung dengan mengitari Utrecth seharian.. sungguh, gue lelah.. Summer disini, siangnya terasa lama sekali. Pukul 9 malam langit masih terang benderang, my biological clock masih belum terbiasa rupanya. Padahal besok pagi harus back to school

.

nggu di Flat selama 2 mi n laa ge Cambrid


Kelas Pertama Dimulai kegiatan hari ini cukup padat. Semenjak pukul 10 pagi sampai jam 7.30 malam, ehmm.. siang. Emang ada jam 7.30 siang?? Ya enggak lah,.. tapi begitulah kalau orang tropis norak baru hidup dibagian bumi belahan utara. Hampir pukul 8 malam (kata jam tangan gue) tapi langit masih seperti jam 3 siang ‌. Cara lain untuk mengetahui hari sudah malam tanpa melihat jarum jam pada musim panas di Belanda adalah dengan cara melihat kiri kanan,_ kalau semua toko-toko pada tutup itu pertanda sudah malam. Kita mulai masuk kelas hari ini, dan sudah mulai di sodorin assignment, juga tugas-tugas lainnya. Antaranya adalah membaca text book dibawah ini:


Jaap Verheul dan Emmeline Besamuca adalah dua dari penulis buku ini, sekaligus pengajar di kelas kita, Dutch Culture and Current Social Issue. Hal menarik yang gue amati hari ini adalah, rupanya dosen-dosen Belanda berbahasa Inggris tanpa aksen Belanda. Hmm, mungkinkah karena di Universitas Belanda cukup banyak murid-murid dari berbagai bangsa, mengakibatkan aksen Inggris mereka lebih netral. Maybe yes, maybe no. Hari ini diakhiri dengan menonton film Belanda dengan English subtitle yang cukup menyentuh. Judulnya ‘Twin Sister’, bercerita tentang bagaimana perang dan NAZI sempat menorehkan luka yang dalam bagi orang Belanda, tentang hubungan saudara kembar hancur diakibatkan salah satu kembaran ini membenci saudara kembarnya bersuamikan tentara yang bekerja untuk NAZI. Tragisnya, suami dari saudaranya ini adalah seorang yahudi yang menjadi korban pembantaian NAZI, cerita yang sangat menarik, .. mereka terpisah oleh kebencian selama puluhan tahun, bersua di saat mereka sudah menua.. Pertemuan mereka merupakan pertemuan terkhir, memilukan, saat salah seorang dari mereka harus meninggal kedinginan. Dua saudara kembar ini tidur saling berpelukan melawan dinginnya malam dihutan, pada akhirnya menyadari saudarinya telah tiada. Tapi, minimal mereka telah berdamai... disaat terakhir!!

Ceritanya meninggalkan pesan yang dalam. Bioskop

t Hoogt , menon ton Twin Sisters

P.S. Bukunya harus dibaca ya, jangan disentuh dan dielus-elus aja...


On Summer Course Topiknya berjudul; Dutch Culture and Current Issues. Di dalam program ini kita dikenalkan pada sejarah, ekonomi, politik dan budaya Belanda. Hari ini, kita membahas tentang water management di Belanda serta menyaksikan sebuah film dokumenter dari National Geographic tentang bagaimana Belanda mengatasi water management mereka untuk mencegah bencana banjir seperti pada tahun 1953 tidak akan terjadi lagi. Bend

era Utrecth Summer Scho Pada tahun 1953, Belanda pernah mengalami ol Jankerskho f bencana nasional yang memakan ribuan korban. Delta work adalah bentuk teknologi mereka dalam water management.

Kalau dikelas internasional, biasanya… mahasiswa dari India selalu aktif dalam diskusi, waktu si dosennya bertanya bagaimana water management in your home country,… 2 orang murid dari India menceritakan bagaimana kegagalan dan mismanagement dinegara mereka. Yang mengakibatkan pada saat monsoon, beberapa bagian di India selalu rentan terhadap banjir. Sedangkan gue, murid dari Indonesia.. hanya bisa tertunduk lesu dan berharap pendapat gue nggak akan ditanyakan, ‘apa khabarnya water management dinegara Indonesia ?’ … he he he… Terlalu panjang dan melelahkan untuk di ceritakan….. Tahun-tahun terakhir ini, hampir satu dekade, Jakarta sudah punya nama keren yang lain. Seperti; Venesia dari Timur disaat hujan lebat melanda, dan nama lain yang tidak kalah keren adalah; Jakarta Water Park. Impian untuk mendirikan MRT(kereta cepat bawah tanah) mungkin bisa disubtitusikan ke Kapal Selam Express *Maap, lagi sarkastik!!*


Angkat topi deh buat si negara kincir angin ini, me reka tidak menyerah dengan ketidak ramahan alam pada negri mereka. Melainkan,berusaha untuk berdamai dengan hujan dan badai yang awalnya musuh negara dataran rendah ini dengan proyek-proyek water management yang canggih. Sikap yang patut ditiru, tidak banyak berbicara, merengek dan menyalahkan berbagai pihak tapi berpikir dan bertindak untuk mengatasi masalah. Soft-drug atau legalisasi Marijuana di Belanda juga dibahas dalam kelas ini.Belanda adalah negara yang melegalkan marijuana,yang bisa dikatakan sangat tidak biasa bagi negara-negara lain. Legalisasi soft-drug di Belanda bertujuan untuk mengontrol drug itu sendiri di negara mereka. Penggunaan soft drug ini juga tidak sembarangan, mungkin bagi yang tidak tau..akan mengira penggunaan marijuana bisa dimana saja selama itu di Belanda. Pandangan yang cukup keliru,mereka menamakan ‘Coffeeshop’ dengan tanda kutip dimana marijuana bisa dijual dalam jumlah tertentu. Menurut data statistik, bukan orang Belandalah yang mendominasi untuk nonkrong dicoffeeshop ini, melainkan turis-turis dari negara tetangga terutama Inggris. Nah lho, berarti hal ini merupakan bentuk income pariwisata negara dong?? Ha ha, tanyakan pada rumput yang bergoyang…. Ckk.. ckk.. Gue lebih percaya dengan konsep, ‘semakin sesuatu itu dilarang, semakin penasaran seseorang untuk melakukan atau mencobanya.Yang penting adalah kebebasan bertanggung jawab. Ibaratnya seorang ibu, mendidik anaknya dengan cara bijaksana, menyuruh anaknya untuk berpikir sendiri apa efek positif dan negatif dari tindakan mereka, bukan mendidik secara otoriter kamu tidak boleh begini begitu tanpa alasan yang ilmiah.’ Bener nggak sih?? Au’ ah Gelap!!!!


Bagi pemerintah Belanda, Marijuana bukanlah hal yang legal atau illegal.Tapi mereka cukup toleransi dengan masalah ini. Bagaimana dengan negara kita Indonesia??Setujukah kamu dengan legalisasi marijuana di Indonesia?? Uhhmm, bagi gue.. mungkin ini akan sangat jauh.. Mungkin kita nggak akan bisa atau belum bisa menyamakan bentuk,mentaliti dan sistem dinegara kita dengan Belanda. Negara yang sudah sangat makmur dari segi ekonomi dan teknologi, ... rendahnya angka kejahatan dan bisa dikatakan aman sentosa. Bahkan pengangguran pun mendapat ‘gaji’ perbulan dari pemerintah. Belanda negara kecil yang sudah maju, dengan income perkapita yang sangat tinggi. Negara serba teratur yang keadilan nggak begitu bisa dibeli seperti dinegara kita tercinta. Legalisasi ganja/marijuana di Indonesia mungkin akan lebih banyak ruginya daripada keuntungannya. Angka kejahatan semakin tinggi,remaja putus sekolah.. geng mafia seperti difilmfilm Hollywood dan Hong Kong akan menjadi hal yang lazim.Dan yang paling mengerikan, ... akan seringnya kasus DUI (Driving Under Influence) di Indonesia. DiBelanda?? Sepeda bisa dikatakan sebagai transportasi yang dominan,-Bersepeda saat lagi ‘fly’ ganja.. palingan cuman nabrak jembatan dan kecebur kanal atau nabrak kucing yaaa.... heeeeheeeee.. Oh ya, gue heran.. suatu sore pernah berpas-pasan dengan seekor kucing jalanan di Belanda,.. OMG, kucing jalanan aja jenisnya Anggora.. TRUE??!


Excursion to Rotterdam Bagian dari summer course ini, kita berkesempatan untuk mengunjungi Rotterdam. Hore, .. jalan-jalan lagi!!!! Perjalanan dari Utrecht Centraal ke Rotterdam Centraal memakan waktu lebih kurang 40 menit by train. Sebelumnya, dipagi yang cerah itu … gue dan teman sekelas dari Spanyol bernama Albert ngantri beli tiket di ticket counter. Gue berdiri dibelakangnya si Albert ini, berdiri tegak manis menunggu giliran gue mesan tiket ke Rotterdam. Setelah si Albert ini berpindah posisi, serta gue menempati posisinya lalu gue bilang, ‘same with him, ticket to Rotterdam,please’ Lalu si penjual tiketnya bertanya; ‘Are you with him to Rotterdam’, I replied ‘Yep,..we’re together’ Dengan tersenyum manis dia berkata, ‘It’s a free ticket for you’ sembari menyerahkan tiket kereta berwarna kuning muda. Seakan tidak percaya dan senangnya, reaksi gue ‘ Is this for real??’ , dia mengangguk dengan senyuman yang ramah. Setelah tidak percaya dan akhirnya percaya, dan bertanya-tanya ke Marten, salah satu tutor kita yang orang Belanda tentunya tahu tentang aturan ini, dinyatakan.. ‘Rahma, you’re lucky, the fact is, you’ve got a free ticket..’ Yihaaa, .. lumayan!! haha, sering-sering aja begini, kan hidup gue jadi entengan dikit. *Mental Gratisan Kumat* Dalam perjalanan kereta dari Utrecht ke Rotterdam, terlihat kincir angin di tengah hamparan rumput hijau meski jumlahnya nggak banyak, rumput luas membentang disusul dengan rumah-rumah khas Belanda, berserta sapi-sapi yang sedang me rumput. Sapi-sapi disini bukan yang warnanya coklat, atau putih polos dan agak dekil seperti sapi-sapi dikampung gue,… tapi benar-benar sapi yang seperti dikotak susu.


Sapi dua warna, hitam dan putih. Jadi pengen poto-potoan sama si sapi ini. Mungkin lain kali, kapan lagi gue ketemu sapi yang jenisnya sama ama dikotak susu. (sangat komersial bentuk si sapi ini)‌. Uhhmm, Dear sapi.. sebelumnya saya minta maaf ya, dengan kalimat saya yang mungkin kedengaran mendiskriminasi sapi dari warna kulitnya, mungkin..ucapan gue terdengar sangat rasis kepada kaum sapi. *** Rotterdam, sangat jauh berbeda dibanding Utrecht. Rotterdam dipenuhi dengan gedung-gedung modern sedangkan Utrecht, kota yang memberi susana medieval ages. Sangat indah dan tenang, serta klasik. Rotterdam, awalnya merupakan kota pelabuhan terbesar didunia. Kapal-kapal besar yang sekarang menjadi museum, pernah berlayar ke Indonesia. Tapi sekarang, Rotterdam, bukan lagi sebagai kota pelabuhan terbesar didunia. Shanghai telah mengambil alih posisinya beberapa tahun belakangan ini.T api tenang, di tahun 2014,‌Rotterdam akan kembali menjadi pelabuhan terbesar didunia...Mereka masih ingin mengulang their golden ages rupanya!! Asal usulnya kenapa Rotterdam dipenuhi dengan bangunan baru dan modern, bukan berarti Rotterdam tidak mempunyai se jarah.K ota Rotterdam adalah kota di belanda yang cukup menderita pada waktu zaman NAZI di perang dunia ke II.

Bangunan Tua di Rotterdam yang tertinggal dari Perang Dunia ke 2

Jerman momborbardir kota pelabuhan ini, sehingga melenyapkan ribuan ba ngunan-bangunan bersejarah yang pernah mereka miliki. Tapi, beberapa dekade kemudian, mereka berhasil membangun kota Rotterdam yang baru dengan arsitektur yang modern.

Setelah itu, kita berjalan menyusuri kota dan menemukan patung Erasmus.Erasmus adalah tokoh kemanusiaan Belanda yang sangat kritis, yang mengkritik gereja zaman itu untuk lebih toleran dan fleksibel.


Desiderius Erasmus merupakan tokoh yang sangat berpengaruh bagi peradaban manusia di Eropa saat itu. Dan kebetulan,dalam topik Religion Diversification or Secularization,kita mempelajari tentang tokoh ini secara singkat. Tak jauh dari Erasmus statue,kita akan menemukan arsiktektur bergaya ‘cubism’ yang sangat aneh bin ajaib. Namanya rumah Kubus, didesain oleh arsitek Piet Bloem. Bentuk rumah ini sangat unik dan inovatif. Berwarna kuning,seperti kubus terbalik..dan hebatnya, rumah kubus ini bukan hanya pajangan kota saja,melainkan berpenghuni. Paparan pemandu kita saat itu,rumah ini cukup mahal dan perabotannya bukan perabotan sembarangan,namun dengan menggunakan perabotan khusus. Hmmm, untuk menjadi unik terkadang memang sangat tidak praktis dan repot yaaaa.. but, at least ... it’s very innovative!!


Tak jauh dari rumah kubus,terdapat sebuah arsitektur lain yang tak kalah ‘lucu’ nya. Gedung ini berbentuk pensil,-nama gedung ini dalam bahasa Belanda ‘Het Potlood’ yang berarti pencil. Menarik bukan, dua arsitektur yang tidak biasa tersebar di kota pelabuhan ini. Gedung pensil ini letaknya bedekatan dengan perpustakaan umum Rotterdam. Jembatan Erasmus atau Erasmusbrug, adalah salah satu ikon kota Rotterdam yang terkenal. Sering ditemui pada Postcard atau apapun itu yang berkaitan dengan Rotterdam. Desain jembatan ini cukup konstras dengan jembatan di seluruh Belanda yang umumnya bermodel klasik, jembatan ini memiliki arsitektur yang modern. Dirancang oleh Ben van Berkel, selesai pada tahun 1996. Jembatan dengan tinggi 802 meter dan panjang 139 meter ini berbentuk kabel dan tiang-tiang yang asi metris. Beberapa jam kemudian,kita mengunju ngi sebuah museum yang tadinya adalah kapal yang pernah berlayar ke Indonesia, I’ll share some nice pictures here to have a look... Dan senja pun semakin larut, meski jarum jam mengatakan pukul 6 sore,disini matahari akan tergelincir pukul 10 malam.

Jembat a

Kita menuju ke Rotterdam Centraal yang akan membawa kita kembali ke Utrecht Centraal dengan perjalanan kereta.

n Erasm

us


Kembali ke masa lalu dalam Museum Kapal, Rotterdam


Hangout bersama Aaqq di Utrecth Senja itu Welkom in utrecht. Sambut AAQQ salah satu pengarang buku Negri Van Oranye itu. Jumat sore itu, kita berempat antaranya gue, Yosua, temannya AAQQ bernama Charlie ngafe di depan Postkantoor disuatu tempat ditengah Utrecht bernama Neude. Pukul 6.20 sore agak ngaret

dikit kita bertemu, disusul dengan Yosua yang agak telat dikit tergopoh-gopoh dari stasiun kereta Leiden.Yosua harus ke Leiden dalam rangka mengerjakan assignment One nya, sedangkan gue ke Enkhuizen dihari berikutnya. Di episode selanjutnya gue akan bercerita banyak tentang Enkhuizen.Lebih kurang 2 jam perjalanan kereta dari Utrecht, tapi sungguh tiada penyesalan.

e

Tempatnya indah, menakjubkan dengan ba ngunan-bangunan tua yang berusia hampir 5 abad.

Yosua,Aaqq & gu

Kembali ke pertemuan kita sore ini, Me n yenangkan bersua rekan sebangsa dan setanah air saat kita sedang berada diluar negri,tepatnya di Belanda. Ngumpul bersama,duduk mengitari meja kafe ‌. sibuk berbicara dengan bahasa ibu tercinta dinegara orang, jokes ala Indonesia yang nggak akan mungkin bisa didapat kalau kita sedang berkumpul dengan non-Indonesians. Tak lama kemudian, kita beranjak dari kafe untuk menyusuri jalanan di Utrecht. Sampai kemudian gue melihat sebuah Jaket bertuliskan Utrecht University dari balik jendela kaca disalah satu kampus Utrecht. Kampus-kampus tersebar di segala penjuru kota tua Utrecht. Sayang, sudah jam 7 malam dan semuanya is gesloten (gesloten : tutup, kota kata bahasa Belanda gue agak nambah dikit.. )


Semoga jaket ini sanggup kebeli saat waktunya nanti.Harapannya dengan memiliki Jaket ini, akan memacu gue untuk kembali lagi ke kota tua yang penuh inspirasi ini, ciyee *semangat45* Takl lama kemudian, setelah lelah berjalan dan melangkah.. Mengakhiri perjumpaan sore itu, masing-masing kita membeli --------> es krim venesia,.. Melepas penat dan mengaso dulu dipinggir kanal yang tenang.Indahnya sore itu,kita duduk bersila sambil menghabisi kebab yunani. Sementara itu,selang beberapa menit.. perahu-perahu kecil lalu lalang dengan pe numpangnya yang ramah-ramah dan penuh kebahagian menyapa kita, just saying ‘hi’, ‘ how are you??’ ‘Are you guys happy,.. we’re happy, here..’ teriak salah satu dari mereka sambil menengak sebotol Beer... *mungkin orang ini lagi sedikit mabuk, gak heran jadi ramah banget.. mungkin juga ditambah dengan ganja* Matahari hampir tergelincir di ufuk barat,kota tua Utrecht mulai berubah warna dan lampu-lampu jalan mulai melakukan aktifitas malamnya menggantikan tugas sang mentari.

Pinggir K

anal

Utrecht


Kamis, satu hari sebelumnya Pertemuan dengan 3 jurnalis Indonesia untuk Radio Netherland Indonesia. We had a nice dinner dipinggir kanal dibawah bioskop Rembrant. Tiga Jurnalist ini sangat heboh dan ‘fun’, such an ice breaker yang berpengalaman dalam mencairkan suasana, membuat berbincang-bincang menjadi lucu dan penuh humor. Mbak Rina,salah satu dari mereka melontarkan sebuah pertanyaan ke gue.

With R adio

Indonesia Netherland ts Journalis

‘Bagaimana menurut kamu, mengenai pendapat sebagian besar orang Indonesia.. yang kalau mendengar kita sekolah di belanda.. lalu nyeletuk, ‘ih.. negri penjajah…’ Nah ini dia, Ini memang kisah klasik dari bangsa kita waktu mendengar kata Belanda. Sangat disayang kan memang, kalau masih banyak diantara kita yang masih jalan ditempat, tanpa bisa melihat sisi positif dari kolonialisme. Bahkan,saat gue minta sebagian teman untuk berpartisipasi di blog gue saat kompetisi berlangsung,lebih dari setengahnya bereaksi kurang positif. Kolonialisme membawa sisi positif dan negatif, sisi negatifnya adalah perbudakan saat itu.. Sisi positifnya, kolonialisme pernah berkontribusi banyak dalam dunia pendidikan, infrastruktur, perbankan, kedokteran dan sebagainya Sejarahnya, kolonialisme adalah hal yang normal saat itu. Disaat revolusi industri di Eropa lagi berkembang pesat, sehingga mereka berlomba-lomba untuk memajukan ekonomi dan teknologinya. Kalau kita mau bandingkan, Belanda termasuk negara kolonial yang cukup liberal dan toleran dibanding beberapa negara penjajah lainnya. Contoh, beberapa teman dari Filipina pernah cerita, pada penjajahan Spanyol… Setiap kepala keluarga di Filipina, harus memakai nama Spanyol.


Sehingga sampai saat ini dan akan datang,rakyat Filipina bingung dengan identitasnya.Dikatakan Spanyol, jelas mereka bukan Spanyol… Mereka bukan ras kaukasian, tapi nama mereka serba Spanyol.Bentuk dan rupa Filipina tiada beda dengan kita, warna rambut, mata dan kulit yang sama. Lebih kurang 3,5 abad Belanda hidup bersama di nusantara…mereka tidak begitu mengubah identitas negara jajahannya. Bahkan, terdengar cerita mereka tidak menyentuh Kesultanan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kita masih menggunakan nama daerah kita,bangga dengan batik warisan budaya, … Di Belanda sendiri, Restoran Indonesia tersebar diseluruh penjuru negri dataran rendah ini, padahal belum sampai 10 hari gue hidup disini, gue sudah menemui lebih dari 10 restaurant Indonesia disini. Seandainya Meneer ini tidak pernah singgah di negara kepulauan ini, … Belanda mungkin tidak akan jauh beda dengan negara eropa lain seperti Inggris, Perancis dan Jerman. Keunikan Belanda bagi bangsa Indonesia di Belanda adalah,adanya ikatan sejarah dimasa lalu.Hal ini membuat Belanda feels like home; restoran Indonesia dimanamana, bahasa belanda juga punya kesamaan dengan bahasa Indonesia, bertemu dengan generasi ketiga Indonesia dibelanda yang jumlahnya hampir satu juta… Masih berpikir kebelakang, ‘ih Belanda.. negri penjajah…???’ Kita tidak akan bisa mengubah sejarah, tapi kita bisa belajar dari sejarah,- sejarah sebagai pedoman masa depan.


Lost in Translation di Belanda Belanda memang indah, tentram dan damai. Puluhan ribu kilometer jauh dari hiruk pikuk Jakarta dan polusinya, menenangkan diri dari gosip-gosip selebriti tak penting di tanah air dan menghindar dari berita jauh tak pentingnya tentang holier than thou community di tanah air yang mengacaukan kehidupan berpancasila dibumi pertiwi. Serta jauh dari gaya haus status dan materialistik Jakarta, .. what a nice view for me when I watched Dutch people whatever their proffesion, riding bike as part of their lifestyle. I’m an Asian who used to live in Jakarta and Singapore ,… mostly known dimana uang, jenis mobil, dimana kamu tinggal.. daerah menteng atau apartmen apa adalah segalanya dalam society. Terpaksa diakui, Belanda dimana hidup terasa jauh lebih berkualitas, sehat dan produktif. Disaat segala sesuatunya serba sistematis dan On-Time, jadwal bus dan kenyamanan public transportation yang nggak akan mungkin (atau sampai kapan) Jakarta atau Indonesia bisa akan begini.(Oh, Jakarta.. ngarep.com dari rakyat jelata…) Tapi, .. ada tapinya…. .Yes, English is widely spoken in The Netherlands. As a person who’s quite familiar with English and Indonesian, .. I’ve got a little problem when I have to face some Dutch language in my new environment. Beberapa cerita tentang lost in translation moments di Belanda yang baru saja menerpa diri ini, yang belum begitu lama disini. Ha Ha, padahal baru 10 hari gue berada dinegri ini, sudah cukup lah, lost in translation moments untuk dibagi-bagikan. Uhhm , Atau mungkin kalau entar nambah lagi, akan gue buat part 2 nya ;) 1. Dealing with how to top-up my prepaid mobile balance.


Setibanya di Belanda, teman Belanda gue lah yang membantu dalam mengurus hal-hal seperti registrasi nomor telfon genggam di Belanda, strippenkaaart untuk menggunakan transportasi disini. Tibalah waktunya, saat pulsa ini sudah mulai kehabisan kredit,… gue belilah pulsa isi ulangnya.Ternyata prosesnya sangat cukup berbeda dari yang pernah gue hadapi seperti di Indonesia dan Singapura. Yang di belanda ini cukup rumit, euy!!! ,.. ternyata, nggak ada Englishnya. Ah ah ah….. *hampir frustasi* Gue coba untuk sok tau, mengira-ngira… duduk di kursi stasiun berjuang untuk mengisi pulsa gue yang tinggal beberapa sen. Alangkah mudahnya ya, kalau mereka memberikan pelayanan dalam berbahasa Inggris. Atau dengan memasukan pulsa dan mengirimnya lewat sms, ketimbang kita harus mendengarkan si operator berbicara panjang lebar dalam bahasa Belanda yang I’m completely blind with it… , untung si bapak-bapak Belanda, dengan baiknya bantuin ngisiin pulsa gue. Selamat. 2. Vending Machine di belanda Vending machine ini terletak di kampus Utrecht, juga di perpustakaan sebelahnya. Untuk membeli koffieverkerd atau cappucino melalui mesin ini, kita harus membeli chipknip card terlebih dahulu. Gue isi dengan kredit 10 euro, lumayan.. sudah beli kopi,koffieverkeerd, hot chocolate berkali-kali sampai sekarang saldonya masih mencukupi untuk beberapa hot drink lagi. Awal-awal, gue cukup bingung bagaimana cara penggunaannya.. kok nggak ada Inggrisnya yaa. Lalu, dengan ilmu tebak-tebak buah manggis, akhirnya bisa juga bertransaksi dengan mesin ini meski dalam bahasa Belanda. Hmm, jadi begini yah.. nenek moyang kita dulu berdagang sama VOC pada awal mulanya.


Menggunakan ilmu mengira-ngira sajalah,kalau ada kata OK gue Ok -in. Begitulah, selama satu minggu ini,.. memesan minuman melalui mesin ini dengan perintah dalam bahasa Belanda tanpa tau artinya. Lalu kemarin, salah satu teman India gue ngasih tau waktu kita berdua lagi didepan si vending machine ini. Press this ‘corr’ button ,it means change to English. haha, langsung deh gue cekikikan.. gaptek amat yah rupanya,.. ternyata ada versi Inggrisnya saudara-saudara. Tapi, my course atau keberadaan gue dikampus ini akan berakhir jumat ini!!! 3. Rambu-rambu lalu lintas di Belanda. Maaf. Gue benar-benar buta dengan bahasa Belanda. Tidak ada satu katapun dari kata-kata gambar disamping ini yang gue tau artinya. Sepintas lalu melihat perpaduan gambar anti-wilder dan rambu-rambu lalu lintas, gue kirain duaduanya saling berhubungan. Semacam kampanye gitu dijalan raya, eh, setelah gue teliti lagi.. ternyata gambar anti-wilder ini,.. STIKER toh!! ‌ Sesudah bertanya sama google translator, ternyata ini cuman rambu-rambu buat pengendara sepeda dijalan raya‌ HAHAHA *Pake topeng atau umpetin wajah ya??!!!!* 4. Di Toilet. Perhatikan dua kosakata ini, heren dan dames. Coba tebak mana yang untuk pria dan mana yang untuk wanita.


Gue bingung,... mau ke toilet,- tapi nggak ngerti pintu mana yang harus dipilih. Gue tau, arti dua kata yang berbeda ini pasti pria dan wanita. Tapi, mana gue tau, mana yang wanita dan mana yang pria. Hati ini pun terombang-ambing, suasana sepi tiada siapa-siapa dilorong itu kecuali gue seorang diri yang menatap kosong kedepan pintu toilet. Uh, mana udah kebelet. Okay, let’s use common sense.Heren mungkin artinya wanita, kan punya persamaan dengan Inggris. Her dalam Inggris berarti wanita, tipikal bahasa Belanda kan banyak ditambah kata ‘en’nya. Yah, tak diragukan lagi!! Gue harus masuk ke pintu ‘Heren’. Tak lama kemudian, gue harus keluar lagi.. karena bentuk anatomi toiletnya bukan untuk perempuan. Uh, untung toilet sedang kosong. Dames dalam bahasa Belanda berarti wanita. Jangan salah masuk pintu toilet lagi!!!!! 5. Murah amat, 1.50 euro doang!!! Di minggu sore yang cukup dingin di Utrecht centraal, mendadak gue kelaparan. Ya iyalah, hari itu menu yang masuk ke perut hanya Indomie dan roti doang. Lalu, mengantrilah gue di Smuller (sejenis fast foodnya Belanda).Gue pesan menu combi-deal seperti yang terlihat difoto. Lumayan nih, kentang goreng dengan mayonaise plus lipton tea HANYA seharga 1.50 euro. Waktu dikasir,dengan tanpa dosanya.. gue berikanlah koin 2 euro,menunggu kembalian 50 cent. Malah penjualnya yang kebingungan.Gue jadi bingung juga melihat reaksinya yang O-on gitu… Gue tanya untuk memecahkan kebingungan ‘it’s 1.50 euro, isn’t it?’ Dan akhirnya, barulah gue menyadari.. setelah dijelaskan 1.50 euro itu cuman harga lipton teanya … Normalnya Lipton tea seharga 2 euro,tapi kalau belinya sama patat ini jadi 1.50 euro ,jadi total semuanya gue harus bayar 4 Euro.


Trip Dadakan ke Den Haag Utrecht, 12 august 2010 Selepas exam (aduh..,summer course ini sangat perfect tanpa exam sebenarnya… haha,.. kok jadi harus serius gini sih.. .. agak nggak rela aja rasanya harus meluangkan waktu untuk belajar diwaktu yang singkat di utrecht ini… ) .. , Uhmm.. selepas exam, teman kelas India ngajakin ke Den Haag untuk urusan kantornya yang bermarkas di Den Haag rupanya. Karna gue belum pernah ke Den Haag, tentulah gue terima ajakannya itu. Den Haag adalah kota di Belanda, yang siap-siap aja kantong In the trai n on the w ay to The menipis gara-garanya… banyak tempat sho Hague pping rupanya. Dan memang benar, setiap kota di Belanda punya gaya dan kekhasan tersendiri. Sesampai di stasiun Den Haag, gue dan teman India ini berpisah. Dan waktunya gue menjelajah kota Den Haag seorang diri. Sayang, hanya 4,5 jam berada di Den Haag.. masih banyak tempat yang harus dikunjungi, belum sempat ke schevenigen beachnya juga. Den Haag Kota ini tentu tidak asing bagi kita yang mempelajari sejarah Indonesia. Masih ingat betul, soal ujian sejarah menanyakan ‘Dimanakah Konferensi Meja Bundar diselenggarakan??’ Jawaban: Den Haag. Den Haag atau The Hague adalah kota yang sangat penting di Belanda, karena merupakan pusat pemerintahan dan tempat duta besar asing dari 5 benua bermarkas. Oh, jadi ini toh, kota tempat lagu Indonesia raya pernah dikumandangkan dan bendera merah putih dikibarkan saat KMB, desember 1949.


Berbeda dengan sebagian besar negara-negara didunia, pusat pemerintahan Belanda bukan berlokasi di Ibukotanya, Amsterdam. Melainkan di Den Haag. Dikota inilah kita bisa melihat kediaman ratu, gedung parlemennya, museum M.C Escher, Pasar Malam Tong Tong, juga Madurodam. Uhhh, gue belum sempat ke Madurodam. Sebagai penggermar miniatur,.. Madurodam sangat menarik bagi gue!!!! Belum sempat mengunjungi Madurodam itu pertanda harus kembali,.. ya nggak :D

Den Haag dalam 4.5 Jam

Interactive and useful KiosK

Solo Traveler in The Hague

Mobil Perdana Mentri Belanda

Den Haag Postcard


Escher artwork made of sand

China Town di Den Haag

Biennehof


See you again, Utrecht..


Friday 13th Utrech, 13 Agustus 2010 Sedihnya harus meninggalkan kamar tercinta di Cambrigelaan,Utrecht.Malam terakhir,- kita melakukan aktifitas sosial ‘night canoeing’,bersama beberapa housemates. Ternyata ‘canoing’ berdua tidak segampang kelihatan.Butuh kekompakan, yang ternyata gue totally suck at it.

g

Canoin

Setelah beres-beres,ngebersihin rumah kita dicambrigelaan dengan rukun dan damai bersama rekan housemate lainnya, saatnya tiba untuk meninggalkan flat untuk selamanya. Flat yang pernah ditempati sesama umat dari India, Indonesia, Meksiko, Spanyol dan Austria selama 2 minggu terakhir. Hari jumat siang akhirnya kita berpisah. Setelah acara perpisahan dan pesta kecil-kecilan, acara foto-fotoan, pembagian sertifikat dan sebagainya. Tibalah saatnya gue harus ke Tilburg, ..tempat dimana koper ini akan terdampar dengan aman (hopefully) sampai saatnya gue pulang ke Indonesia. Tilburg, kota kecil di Belanda yang bisa dikatakan nggak ada apa-apanya.

Dapur d an Dapur

TV

bye-bye k

amar


Ketika minta penjelasan ke teman Belanda,apa yang istimewa di Tilburg, jawabnya simpel…Tilburg is just a city between Breda and Eindhoven.That’s it.

Kota ini kecil,semua bangunannya baru dan hampir nggak ada gedung peninggalan ratusan tahun silam.Karena,kota Tilburg bagian kota di Belanda yang cukup parah di bom tentara NAZI saat perang dunia ke 2. Ketika memesan tiket ke Tilburg di Utrecht centraal,ternyata ticket officernya adalah Dutch Indonesian.Paras rupanya sangat eurasian,tapi ketika dia sukses menebak gue dari Indonesia,(mungkin karena gue mengenakan batik siang itu tapi enggak juga karena dia juga nggak punya waktu melirik baju gue,-entahlah),si bapak itu meng-upgrade tiket gue dari yang kelas 2 ke kelas 1. It’s my second times I’ve got a nice experience in ticket matters in the Netherlands. The previous one,I got a free ticket after I bought a ticket with my Spanish classmate. It’s so interesting to be here.. gue jadi dapat keistimewaan gitu lo dari Dutch Indonesian origin.Si bapak nanya, orang Indonesia yah?? Gue jawab, iyah.. Tanyanya; punya kartu diskon??gue menggeleng kepala.Lalu dia mengganti kelas tiket gue ke kelas 1,sementara hanya perlu membayar tiket kelas 2. Aha…

Karena gue naik StopTrein, perjalanan ke Tilburg memakan waktu 1 jam lebih. Namun,di kereta perjalanan cukup menyenangkan. Gue bercakap-cakap dengan seorang bapak Belanda yang berumur 70 tahun namun enak diajak ngobrol.


Ketika dia nanya gue dari mana, lalu gue jawab dari Indonesia. Dia tampak tertarik dan mulailah bercerita bahwasanya pada tahun 1954 dia pernah tinggal di Indonesia. Dan meskipun sudah berumur 70 tahun, at the end,.. dialah yang bantuin ngangkatin koper gue keluar kereta sewaktu sampai di Tilburg Reshoof. Hal yang gue amati, sejauh ini.. lokal tampak komunikatif dengan orang asing asal Asia, apalagi mendengar kata Indonesia... orang Belanda generasi lama tampak sangat tertarik.... kadang ada yang bilang, oma dan opa saya lahir di Indonesia,- atau lagi... saya punya keturunan Indonesia, meski sangat jauh hubungannya.... Di Tilburg station, teman Belanda gue yang baik sudah menunggu. Dan ternyata dia sudah me nyiapkan makan malam sebelum gue datang. Tau apa dinner nya?? Nasi goreng, thanks finally I got some rice.. after some day.. During my 2 weeks summer course, I only met rice 2 times. The rest of the time, I only had some bread, kebab, noodle, pasta and potatoes‌ Gue bertanya ke si teman Belanda, lo pernah foto didepan Windmill nggak?? Jawabnya : Never. Lalu dia balik bertanya,.. Lo pernah foto di tengah sawah nggak?? haha.. naaahhh‌.


Berlijn Tak pernah ada bayangan sebelumnya,kalau gue akan menapakan kaki ini ke Berlin. Apa?? Berlin... Disaat Yosua berencana akan ke Paris, dan ada istilahnya, .. ‘Belum ke Eropa,kalau belum ke Paris’... gue tidak begitu peduli dengan suara-suara itu. Dulu sekali,sempat tegila-gila dengan segala se suatu serba Perancis. Belajar bahasa Perancis,salah satu bentuk kegemaran gue akan Perancis. Namun,seiring berjalannya waktu.. entah kenapa,Paris atau Perancis sudah cukup memudar dihati ini.Gue pun nggak tahu,apa yang bisa membuat gue berpindah ke lain hati. Apakah karena Paris sudah terlalu terkenal,tempat yang ‘pasaran’ bagi para turis.... atau karena Paris merupakan kota fashion,merek mewah Louis Vuitton bermarkas, parfum dan pusat belanja... Mungkin hal inilah yang membuat hasrat gue akan Paris sirna secara perlahan. Belanja, parfum dan merek ternama bukan bagian dari gue.Ditambah dengan gelar Paris sebagai kota cinta,dimana banyak pasangan mengabadikan foto-foto romantis mereka dengan menara Eiffel sebagai latar belakang. Ah, I’ve lost my romantic muscle at the moment.. forget about it. ... Namun, suatu hari nanti berharap bisa ke Paris atau Perancis,.... ada keinginan yang sangat dalam untuk mengunjungi museum Louvre yang terkenal itu, banyak hal-hal penuh seni dan romantisme di Paris.. tapi untuk saat ini, biarlah.. Yosua melangkah ke barat,Paris,-sedangkan gue berjalan berlawan arah ke tenggara, Berlin. Beberapa hari keberadaan gue di Belanda, undangan via facebook datang untuk singgah ke Berlin oleh seorang warga Berlin. Perkenalan dengan Berliner ini, berawal mula dari seorang wartawan Jerman yang gue kenal dari aktifitas blogging. Seorang wanita Jerman yang cukup gue kagumin dengan keahliannya berbahasa Indonesia secara fasih, Jawa serta Persia. Jadi, Berliner yang mengundang gue merupakan teman dari si wartawan Jerman. Setelah Summer Course usai, berangkatlah gue seorang diri ke Berlin dengan Bus malam.


Hanya berbekal satu tas ransel jadilah turis ala backpacker. Perjalanan dari Belanda ke Berlin memakan waktu 9 jam, bus berangkat pukul 12 malam teng,.. ‘mendarat’ di Berlin pada pukul 9 pagi. Lumayan, nginap di bus aja. Untungnya gue bukan termasuk turis ribet, yang harus tidur dihotel berbintang dan sbagainya, tenang aja.. udah terbiasa hidup begini kok. Selagi masih muda.. enjoy life sebagai petualang. ;p (sebenarnya sih bokek aja‌SOK NGELES ) Kunjungan ke Berlin sangatlah singkat, hanya 2 hari 1 malam. Jadi, tak banyak sebenar yang bisa gue paparkan tentang Berlin, ibukota dari negara dengan ekonomi terluas di Eropa ini. Kesan pertama yang gue dapat dari Berlin atau Jerman sejak duduk seorang diri dibus malam Euroline, adalah DINGIN. Serasa hidup seorang diri,tanpa senyum melayang ke arah gue,.. ahh tidak seperti di Belanda.... Bahkan didalam bus,tak ada ada tegur sapa pun dengan sesama penumpang.Mereka sibuk dengan dunianya sendiri. Anehnya di perbatasan,tiba-tiba bus berhenti dan terdengar ucapan ‘passport,passport’. Oh, petugas imigrasi yang akan memeriksa passport para penumpangnya. Hmm, katanya Eropa sekarang satu... ternyata masih menanyakan passport meski sudah masuk ke salah satu negara Schengen secara resmi. Semuanya dalam bahasa Jerman,tak ada bedanya dengan Belanda.Namun, di Belanda gue masih mendengar bahasa Inggris, bisa cuek aja ngomong dalam Inggris.. di Berlin, ... mereka agak lebih suka menggunakan bahasa Jerman. Untunglah Berliner yang gue kenal ini dengan baik hatinya memandu ke tempat-tempat tujuan wisata di Berlin. Rupanya, meski tetanggaan,- Belanda dan Jerman memiliki perbedaan yang cukup dalam. Belanda, mereka cukup terbuka,banyak senyum bertebaran disana sini, sepeda lalu lalang, walkable place to visit. Sedangkan Jerman, mereka sangat tertutup, seperti sangat menjaga jarak dengan orang asing, tidak seekpresif orang Belanda, kurang senyum dan tawa (mungkin mereka akan ketawa dan senyum kalau sudah minum 20 botol bir),jalanannya luas dan tidak begitu banyak sepeda.


Meski begitu, jujur saja.. Berlin sangat menarik dan sedikit menyesal kenapa waktu ini sangat terbatas. I hope I’ll be back to Berlin again, as soon as I could ;) Waktu kecil, gue sering mendengar tentang Tembok Berlin yang diruntuhkan dan peristiwa ini merupakan momen yang sangat bersejarah bagi Rakyat Jerman, bersatunya rakyat Jerman dari barat dan timur. Biaya hidup di Berlin cukup murah dibandingkan ibukota lainnya di Eropa, Frankfurt merupakan kota dengan biaya hidup yang sangat mahal di Jerman. Menurut gue aneh,.. karena, biasanya... Ibukota negara selalu identik dengan kata mahal, kosmopolitan, padat penduduk. Penduduk di Berlin cukup padat, 3.5 juta jiwa, (gak ada apa-apanya dibanding Jakarta,9 juta jiwa dengan ukuran kota yang relatif sama antara Jakarta dan Berlin). Hidup di Berlin cukup menjanjikan dengan sewa satu unit apartment yang menurut gue jauh lebih murah dibandingkan Singapore.

Checkpoin

Oh, kota ini penuh dengan historical sitesnya... Sisa sisa tembok Berlin diubah menjadi pameran lukisan terpanjang serta bisa dinikmati siapa saja yang melewatinya. Sangat kreatif grafiti yang tertoreh disepanjang tembok Berlin. Gue kagum. Checkpoints Chalie mempunyai cerita menyedihkan. Checkpoint ini memisahkan antara Jerman Timur dan Barat pada tembok Berlin. Jadi setiap mobil yang menyebrangi antara Timur dan Barat harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Checkpoint C ini salah satu atraksi turis terpenting di Berlin. Tidak lupa mengunjungi Brandenburg Gate, Tugu Peringatan pembunuhan massal kaum yahudi, Viktoria Park - Kreuzberg...., dan karena mengitari Berlin dengan lokal, bukan pemandu wisata... gue sempat bermain-main dipamakaman tua. Memorial to the murdered Jewish

tC


Subway di Berlin

Brandenburg Gate

Polizei

-Kreuzberg Victoria Park

Reichst ag


Bayangkan, gue menemui batu nisan abad ke 18. Kunjungan singkat ke Berlin tidaklah cukup untuk mengekplorasi apa yang tersimpan di kota Berlin.

Pemakaman Tua

Haji Cola, they us

ed dates fruits to make it sweet

Ice Cream in

Berlin, nice!


Karena berada di Berlin bersama Berliner dan dalam waktu yang sangat singkat tentu ada untung dan ruginya. Ruginya, gue lebih banyak melakukan komunikasi 2 arah antara gue dan Berliner,it’s hard to be an observant when you’re not alone. Hasilnya, pelajaran tentang Berlin dan kehidupannya kurang begitu masuk dimemori gue,tidak seperti pengelanaan seorang diri dibeberapa kota Belanda,gue bisa melihat dan mengambil kesimpulan sendiri.Uhhm, atau mungkin karena gue sudah terbiasa menjelajah seorang diri,ketika menemui partner,.. gue menjadi sedikit tak terbiasa. Untungnya, ditraktir makan malam ke Restoran di Berlin. Serta berkenalan dengan pemilik dan yang tukang masak di restoran tersebut. Restoran ini mungkin tidak akan ditemui di lonely planet, buku panduan wisata. Tapi, hanya karena seorang Berliner yang cukup baik hati membawa nasib gue ketempat ini.

Funkturm, Berlin

Ternyata,dunia itu memang sempit.Di restorant Indonesia, Berlin ini pulalah gue bertemu dengan salah seorang 30 finalist kompetiblog. Yangki Imade Suara. What a coincident bukan,.. kita merasa hal ini sangat lucu, entah kenapa.. kita bisa ketemu di tempat ini... gak nyangka,yang tadinya hanya dengar namanya eh,ketemu langsung. Sebelum kembali ke Belanda, Berliner inilah mengantar gue ke terminal bus. Tak jauh dari terminal bus, pandangan mata ini jatuh ke sebuah menara yang sangat mirip dengan menara Eiffel tapi ukuran mininya. Aha,gak perlu jauh-jauh ke Paris, Berlin pun punya menara mirip Eiffel.Namanya Funkturm, menara radio di Berlin yang telah berdiri sejak tahun 1926. Menara Eiffel di Berlin.... Waving good bye to this Berliner, thanks for your time and kindness.. sorry, If I’m not really a nice guest and only brought a little bottle of wine which is nothing special in Europe. I supposed to bring my host something special from my country :( ,.. I’m not really a good person in shopping.


Bioskop Utrecht Sebagai movie-goer rasanya nggak afdol,kalau tidak sempat mengecapi apa rasanya nonton film Holliwood dibioskop Belanda. Bioskopnya klasik banget, dari tampak luar mengingatkan gue akan episode di film Dono Kasino indro, di era 80/90-an. Tampak luar bioskop ini memang cukup jadul, mungkin karena kita terbiasa dengan gaya bi oskop 21 yang super besar. Didalam bioskop ini kita diizinkan membawa cangkir koffie verkeerd yang kita beli ke dalam bioskop, layarnya.. duh imut aja. Lalu sebelum pertunjukan dimulai,penonton disuguhin iklan-iklan yang agak nggak nyambung seperti pemasangan gigi palsu,dengan low budget iklan seperti flying images ke kiri kanan,lalu text yang kedap kedip. hadduhhh!!!

Tiket Nonto

n

Agak tercengang ketika melihat sebagian besar penonton membawa minuman,eh yang dibawanya beers,man!!!! Bukan coca cola, Fanta atau softdrink lainnya (bule getu loo.. gak bisa lepas dari beer,didukung dengan negri yang cukup dingin juga..) Yang paling lucunya dan sempat bikin gue guling-guling (hiperbolis) ‌ Dalam sebuah pertunjukan pakai acara ‘breaknya’ segala. Selagi asik nonton,eh tiba-tiba ada pause .. pertunjukan dihentikan selama 20 menit. Dalam Intermisi ini, sebagian penonton keluar ruangan beli popcorn dan minuman lainnya. Duh, kok bisa gitu yaaa??? Sedikit kecewa. Kaget Budaya nihhhh!!!! Lalu tanya-tanya ke Teman Belanda, nggak semua bioskop seperti itu. KEbetulan yang gue datangin,bioskop kecil di Utrecht..,seusai pertunjukan usai, .. penonton termasuk gue, mengembalikan cangkir merah yang tadinya berisi secangkir panas Koffieverkeerd. Tidak ada yang bawa pulang cangkir merah ini yahh.... kalau anak kos lumayan nih, pasti sering diumpetin bawa pulang.. Ho oh, bioskopnya kecil, tapi 8 euro, jack!! ..


Bioskop besar di Belanda bername Pathe. P.S Ini merupakan pengalaman pertama, menonton film Hollywood dengan Dutch-subtitle.Hal yang menarik bagi orang asing yang sedang mempelajari Bahasa Belanda,.. akan memepercepat kemampuan Bahasa Belanda dengan cara membaca Dutch Subtitle di bioskop. Film Inception sangat luar biasa,salah satu episodenya mengingatkan gue karya cipta M.C Escher,disaast adegan kota dilipat up and down.

rd didalam Koffieverkee bioskop

P.S.S Bioskop boleh tampak jadul dari luar,tapi didalamnya bersih dan terawat. Kamar mandinya pun bikin betah berlama-lama.Tapi sepi bo’,ide-ide horor gue mulai berfantasi liar berada dikamar mandi dengan arsitektur tua,seorang diri pula, jadi nggak berani memandang diri ke cermin berlama-lama... biasanya, kalau difilm-film horor.... .... dari cermin keluar pantulan seorang anak kecil,pas diliat ke belakang... tidak ada siapa-siapa..... *kaburrr* P.S.S.S Orang barat sangat beda dengan Asia saat diruang publik,.. meski mereka berada di bioskop,.. tidak terdengar dengungan suara orang-orang yang lagi mengobrol,berceloteh dan tertawa lepas,.. sepertinya mereka bicara berbisik-bisik.. nggak kaya’ dikita... Hebohh!!! ... namun, orang barat akan sangat heboh saat mereka sedang pesta dan minum alkohol.

Bioskop di Utrecht

Bioskop Pathe, Den Haag


Dag Kaart Akhirnya,ketemu juga sama my fellow blogger Amalia Sanusi, panggilannya amel. Kita saling kenal sudah sejak tahun 2005/6 an deh. Waktu zaman blog lagi booming.Waktu itu dia lagi sekolah di Brisbane, dan sekarang lagi di Belanda tepatnya Eindhoven.Kalau bukan karena dengan NESO, yah, nggak tau kapan kita akan ketemu yaahh… Lalu....., secara dia sudah ‘cukup gaul’ di Belanda… dia mengenalkan gue dengan ‘dag kaart’, nisa didapatkan diseluruh Albert Heijn.Hanya dengan 13 eumel Bersama A ro-an,kita bisa traveling keseluruh penjuru Belanda, mau bolak balik sampai bosan.. hanya dengan 13 euro sehari. Wahhh, coba gue tau ini 3 minggu yang lalu, awal gue menginjakan kaki di Belanda. Kan lumayaaannn…. Thanks, Mel… ternyata gue diberi kemudahankemudahan mengenal lo… Dag Kaart,sangat membantu bagi kita yang ingin ngubek-ngubek Belanda seha rian... dengan harga 13 Euro SEHARI. Bayangkan, .. berapa kota bisa kita jelajahin, syukurnya Belanda itu mungil, dari ujung ke ujung dengan kereta tidak akan sampai 3 jam. Hanya butuh waktu mengitari kota A atau B. Seandainya tau tentang Dag Kaart ini jauh-jauh hari, pastinya akan sangat membantu. Dan gue bisa pergunakan waktu untuk melihat kota Gouda yang terkenal dengan kejunya itu seperti apa, Enschede yang nun jauh disana seperti apa,... lalu Gronigen yang jauh di utara seprti apa pula.. yang katanya lebih banyak sapi-sapi hitam putih disana.. Oh,... nggak tahu kenapa, setiap mengingat sapi hitam putih,... hati ini selalu bahagia... Tidak tau ada apa antara gue dengan sapi.. I just like them....

rt

aa Dag K


Eindhoven Eindhoven terkenal dengan julukan city of light.Dikota inilah tempat berdirinya pabrik terkenal Philips. Bagi para cowok-cowok, ketika mendengar kata Eindhoven, hal yang paling cepat pop-up dikepala adalah,.. apalagi kalau bukan PSV Eindhoven yang terkenal itu. Ada cukup banyak arsitektur tua dan arsitektur modern tersebar di Eindhoven, salah satunya gereja tua di pusat kota, serta yang tak kalah canggihnya, gue kagum akan tempat parkir sepeda dengan gaya futuristiknya. Gue tinggal di kota ini sampai hari-hari terakhir di Belanda.Karena menginap dengan salah seorang teman kuliah di Universitas Teknik Eindhoven,gue punya kesempatan untuk bermain-main di Kampus Teknik ini. Wow, suasana akademia ini membuat gue yang sudah tidak bersekolah lagi ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Kampusnya sangat modern, ....sepi mungkin ka rena saat liburan.Dan di kafetarianya, tersedia vending machine yang tidak perlu memasukan koin atau kartu apapun untuk pembayaran. Alias gratis bo’.... argghh,enaknya jadi mahasiswa dikampus ini... Jadilah gue mengutak atik tombol untuk meraih segelas kecil kopi panas... Menyeruput kopi panas disuasana musim panas yang dingin ini....... Negara ini memang memanjakan penggemar kopi sperti gue.

Kopi gra tis di ka fetaria kampus

TU Eindhoven

Selama di Eindhoven, melalui Amel,-gue berkenalan dengan seorang cewek blasteran Belanda dan Indonesia, namanya Jessica. Di Eindhoven pula,gue menginjakan kaki disalah satu mesjid Turki... Dan berbuka puasa dengan menu Turki yang dibagi-bagikan gratis untuk para muslim yang sedang berbuka puasa.....


Gereja Tua

Pusat Kot a Eindhov en

Bukber di

mesjid Tu

r Mesjid Interio i Turk

tih Mesjid Fa

rki


Enkhuizen Minggu pertama di Belanda, gue melakukan perjalanan yang cukup jauh dari Utrecht menuju Einkhuizen. Hampir 2 jam lamanya dengan perjalanan kereta dari Utrecht Centraal, transit di Amstredam Centraal. Berdua dengan teman sekelas dari Taiwan, kita menjelajah Zuiderzee museum yangberlokasi di kota Einkhuizen ini. Zuiderzee Museum merupakan open air museum, I highly recommend you guys to visit this museum someday when you are in The Netherlands. it’s the best museum I’ve seen entire my life!! I bet you might like it.. Believe me!! To see it more further, just stay tuned on this chapter, scroll down then I’ll elaborate some stories I brought from this museum journey.

Menuju Enkhuizen

Beginilah ceritanya,.......

Once upon a time,penduduk yang hidup di Zuiderzee sangat tergantung dengan kehidupan laut. ‘kehidupan nelayan’ adalah income utama dari penduduk disini pada abad ke 17, The East Indian Shipping Company membawa ke sejahteraan dan kemakmuran pada kawasan ini. Museum ini merupakan outdoor dan indoor museum, berdasarkan pengalaman gue.. untuk mengunjungi museum ini dibutuhkan waktu lebih dari 5 jam. Karena gue dan teman dari Taiwan, menghabiskan waktu 5 jam menjelajah museum ini. Padahal kita hanya sempat menjelajah outdoor museum, yang gedenya sekelurahan. Can you imagine now, how huge is this??? Jadi, apa yang terlihat dimuseum yang luasnya sekelurahan ini adalah bentuk desa nelayan dari desa Zuiderzee, dan dibawa ke Einhuizen. Bayangkan deh,tiap dinding demi dinding dari desa Zuiderzee diangkut, bongkar pasang dan jadilah museum ini, lengkap dengan kincir angin, gereja, perkuburan dan sebagainya… benar-benar seperti desa!! Museum Desa Nelayan.......

Zuiderzee Museum


Kalau biasanya gue ke Museum melihat mannequin sebagai display untuk menjelaskan sebuah sejarah, di museum ini...... kita tidak akan melihat mannequine, melainkan .. orang asli yang bergaya ala orang Belanda kuno. Mereka mengenakan busana kuno,gaya yang sangat tradisional..kadang-kadang mereka bercakap-cakap.. nggak tau apa yang dibahas,semuanya dalam bahasa Belanda. Dan akting mereka sangat meyakinkan, mereka bertindak seolah-olah nggak ada pengunjung yang menonton gerak gerik mereka. Sampai-sampai si teman Taiwan menanyakan, apakah mereka asli orang lama??? hiihiiii.... dan seraya bertanya dia juga ketawa sendiri dengan kekonyolan pertanyaan yang baru saja dilontarkannya. Lalu, pada akhirnya kita sempat berbincang-bincang dengan para aktor ini. Mereka cukup ramah.. bertanya where do we come from?? ... sejauh sore itu, kita memang tidak melihat satupun pengunjung bewujud Asia. Masing-masing kita menjawab, From Taiwan and Indonesia. Lalu salah satu mereka menjelaskan,kenapa dinding-dinding dalam rumah dicat dengan warna biru,yang menurut penuturannya karena warna biru bisa mencegah dinding dari serangga dan sebagainya. Sedangkan bagian luar rumah beberapa meter dari tanah dicat dengan warna hitam sebagai water manegement, yang jujur gue juga kurang mengerti apa hubungannya warna dengan mencegah air pasang kedalam rumah. Mungkin ada yang paham?? Di museum ini terdapat; apotik, gereja, kuburan, toko bon-bon, binatu, kafe, bakeri.


Setelah lelah menjelajah museum nelayan ini, kita putuskan untuk istirahat dikafe dalam museum untuk segelas koffieverkeerd dan sejenis cake khas Belanda yang rasanya manis dan gurih. Wah, enaknya.. ditambah hari itu dingin dan hujan mengguyur Belanda dan sekitarnya. Bentuk interior kafenya juga unik, seolah-olah diajak ke masa lalu. Man,I really love this museum, it’s very fantastic!!! Kelak nanti ke Belanda lagi, ... gue ingin kembali ke museum ini. Namun, disaat cuaca cerah, matahari bersinar sehingga tidak akan mengganggu aktifitas selama ekplorasi berlangsung.

Koffieverkeerd & Dutch cake

Dikawasan museum ini, kita juga bisa membeli ‘vintage stuff’, mereka menjual benda-benda yang nggak mungkin ditemukan lagi diluar museum. Oh ya, sejak kemuseum ini, gue jadi tau.. kalau blauw,-kubus biru untuk mencuci zaman dulu yang sering dijual diwarung.. berasal dari Belanda. Gue sempat membeli perangko dan kartu pos ala vintage di Museum ini. Once you’re in The Netherland, please visit this museum, I bet you’d love it!!! It’s not a museum you can explore in 2 0r 3 hours, no... You need the whole day to explore this museum. Ooop, If I’m not wrong it’s closed in winter, so.. spring, summer, put it on your TOP list. When I asked my Dutch friends, have they been to Zuiderzee Museum.. none of them been there.. owchhh... Thanks to Marten, our lecture in summer course class who recommended us to visit this museum..... After watching our presentation in class, one of Spanish classmate arranged his time to visit this museum after the class is over, .. He told me that’s great,but once again.. the weather is rainy.. Ohh, Welkom in Nederland ;)


Blauw

Perangk o

Ikan Asap

ntuk U

Berbe

& Kartu

Pos

terus

Gue yang

berpayun g merah

Perangko & Kartu Pos

Sapi hitam putih,asli lo bukan display


Antwerpen I’ve never planned before that I’d go to Antwerpen, Belgium, on my trip in Europe. My Dutch friend finally changed our first plan from mountain biking in small forest Holland, to Antwerpen trip. Antwerpen is nice, fullfilled with massive old European architectures,historical buildings and sta tues,.. Antwerpen with its great architectures,I think it’s a great place for those who love taking pictures with great angles. We headed to Antwerpen from Tilburg. On the way from Tilburg to Antwerpen,we passed the highway that I noticed this,- Belgium and The Netherland is adjacent country, just separated by land border. However, I could spot the difference between two countries. When we’re on Belgium road from Eindhoven, .. we found broken asphalt road like we found many in Indonesia road.

Antwerpen

Ooops, it’s Europe, c’mon... I’m not surprised when I found holes on the asphalt road in Indonesia, but I found it’s kinda weird when I experienced this in Belgium. Also, it’s not really as green as Holland, not really tidy like I’ve just passed in Tilburg and Eindhoven, just a bit dirty and I met some beggars in Antwerpen. It’s a shocking experience.. hey, hey, why do I need to get shocked seeing beggars, I’m from Indonesia, we have a lot of beggars over there, but again, because I’m in Europe that’s why I’m wondering.

me

so Starbuck cup for pennies


Well, I can’t judge Belgium too much, I’ve only been to Antwerpen. It’s just my honest opinion what I’ve seen so far from my unexpected trip. I’d like to see more cities in Belgium when I have more opportunity in the future, I’ve never been to Brussel et cetera. Unfortunately, I only spent few hours in beautiful Antwerpen city. When arrived in Antwerpen, we stop at Grote Markt,.. I found great buildings and statues. The weather sucks again, ... making pictures I snip snap look abit gloomy like what I really feel at that time. I thankful my friend for a great time to bring me to Antwerpen, but I’m not sure what can I do there,.. it’s only surrounded by shops. So, people just go shopping there.. I’m from SE Asia, lived in Jakarta and Si ngapore, I hereby that I’m done with shopping, malls or department stores. I come to Europe to see people, art, culture, food and other great stuff but shopping. If I go shopping in Europe, I would buy items that very valuable or expensive item sold in SE Asia due to high import taxes, for example; cheese, chocolate and wine are way cheaper in Europe than SE Asia. Living in Singapore & Jakarta, as far as my eyes can see is massive malls and stores on every corner. I love Europe with its less malls style, finaly I got something unsual from what I see everyday in my home country. So, to Antwerpen just for shopping is not my thing. If I could choose I’d rather like going to the small forest in Holland for mountain biking than sightseeing in Antwerpen.

Magnificent Gate


While strolling, in a sudden my steps stop in front of a famous hotel in the world. Hilton. Yes, it’s Hilton hotel. Geez ... so small ... I can’t imagine this, in Indonesia,Hilton hotel is so huge with dozens of security staffs at the front gate,.. also a large of parking lot in the basement. I don’t see any parking lot in surroundings. I only bought some nice Postcards in Antwerpen which I forgot to post them.. Chocolate and Waffles are so tempting in Antwerpen. I hope I’ll be back to this place someday, by carrying my new DSLR camera with its special lens, so sad my current camera lense can’t capture magnificent buildings in Antwerpen. Not to forget, I really want to sit in a Belgian cafe where I want to order local coffee and Waffle. We had Starbuck at the Antwerpen station, which is expensive and the taste is the same everywhere...

Hilton Hote

l

Antwerpen

Station


Rondvaart Delft I’ve finally been to Delft before I left The Netherlands, yes, I didn’t spend much time there ,even though it was just my quick visit in Delft, at least, I’m satisfied enough I already step my feet in an inspiring city for famous Dutch painter in 17th century named Vermeer. I wrote an essay about him on my Survey of Art subject years ago, it was the first time I admire his girl with pearl earing painting.Vermeer is known as the master of light, with its camera obscura method of painting in positioning composition and perspective effect .Then, not far from the canal,I found the father of microbiology, Anthony Van Leewenhoek’s house.

ish

F Haring

In Delft, I tried eating a typical Dutch fish. It’s called haring fish.On my Enkhuizen trip several days ago, I had eaten a smoked haring which I like it so much, but this time with all my bravery I tried to eat this uncooked fish. Can you imagine, it serves without cooking, it’s just fish and garlic on it. Are you dare???

Yuumm… yumm….. It’s so challenging.I like sushi and eat uncooked salmon, octopus before but believe me, this uncooked Haring is more challenging than sushi!!..I can say it’s a victory for me!!! It makes me feel like a cat… meooowww, cat …. I’m your rival now.. I love uncooked fish as you do….. In a very short time in Delft,I really want to know more about Delft so I explored the canal by boat, which is called Rondevaart. There are 2 Dutch guides in bilingual which is nice I finally understood what they talked about, not hearing aliens language I had no idea about..., the boat ticket costs me around 6 euro for 1 hour trip. While guiding us in the boat,they talked alot about the history of Delft, from Vermeer to Antony Van leeuwenhoek

Tour Ca n

al Guide


While on the Delft Canal tour, we passed father of microbiologist house, Van leeuwenhoek. Another interesting story from their story I’ve heard is, long before.. there’s an old tax system in Delft that Delft people had to pay taxes for how many windows they have in a house. Meaning, more windows more money to spend for government tax. So based on our guide stories, there’s one of stingy Delft resident who made a hidden window in his house... while explaining, one of this Dutch guide pointing out to some windows attached to hundred years Delft buildings, but sorry, I forgot the rest of his story because I was busy taking pictures here and there *oops* It was great to get an instant knowledge about Delft in an hour of canal tour, while passing the canal they also showed us some of copies’ Vermeer paintings, and when we passed the Vermeer painting’s view, they showed us the differences. Amazing, not much different between the real one versus hundreds years Vermeer artworks. This city is really amazing, Ik hou van jou Delft..... The weather was great, the sun is shiny… I DO love Delft city, it’s a beautiful city.. You must put this city on the list when you visit Holland. If Gouda is famous for its cheese, Delft is well known for its Delft Blue Pottery. On the market here, I found many interesting Delftware and miniature souvenirs, .. seriously, it’s interesting I don’t mind shopping kind of this mini souvenirs, it doesn’t cost that much, only around 0.50 cent to 5 euro, thus buying miniature don’t give much space in my luggage. I met an Indonesian woman who owned a souvenir shop that afternoon, it’s just cool , then we spoke in Indonesian. We have basic conversation such as, asking how long I’ve been in Holland, when I’ll be back home etc,,, I bought some of her souvenirs to close our conversations. StreetLig

ht in Blue

Pottery

Leaving her souvernir store, I smiled at myself,Holland.. where Indonesian is everywhere here....


I spent a few hours in Delft, so I’ve not seen quite much, but I really need to share what I’ve captured during my short time. They are; Nieuwe Kerk I think it’s the tallest building I’ve seen in Delft,.. it just reminds me of Dom Tower in Utrecht. It’s built in 1398, completed in 1496 .. wow, 100 years neeed to build this 75 meter church tower!! Located on the Delft market. Dutch royal families were burried here. Oude Kerk At first, I noticed there’s something wrong with this church. Because everytime I captured images of it, I couldn’t get sharp vertical building. It’s always lean vertical building instead of straight images. The latter on, I know the problem. The problem is not in my eyes or camera, however, the churh tower is lean by default, stop blaming my eyes.. :D The clock at the top of the church has incorrect roman numerals, they made ‘IIII’ in roman instead of IV. Anthony Van Leewenhoek and Vermeer were buried in this Oude Kerk. Amazing, these church aged 800 years.... I miss this Holland atsmosphere, not only in Holland, .. in every cities of Holland, we’ll hear the church knell rings every 15 minutes. It’s enough to give some melodies in my ear while in Holland, I don’t need any ipod to plug my ears with music, I enjoy the sounds around me. What a pity, I didn’t enter these two churches, I only saw them from far... It’s not because I don’t want to, but I had not much time to enter before it closed, I arrived in Delft quite late.... Before 5 or 6 pm things are closed in Holland. It’s not Asia.....


Not far from The Prinsenhof museum, I found Indonesia Museum. How cool is that, my country is thousands mile away of Holland, but I found traces of my country in this foreign country. Owh, It’s great... The days before, I’ve seen Maluku Museum in Utrecht. Yay, ... there are many Indonesia traces here... Again, unfortunately I didn’t have much time to enter what to see inside the museum. The museum is GESLOTEN when I arrived.

Indonesian Mus eu

m

Delft, I will be back to see you again....

Alley

Typi ca

l Del

lft in De

f t Ca

nal

Prewedd

ing


Indonesisch Restaurant During my 3 weeks in The Netherlands I captured some Indonesisch restaurants scattered around the country, and based on resource I got over the Internet, we’ll see, there are hundreds of Indonesian restaurant in The Netherlands. It’s just nice to see pieces of your country in someone’s else country, isn’t it?? I feel so, It makes me feel like home …. Well, I love traveling, and I don’t mind staying or living overseas for a very long period or the rest of my life, I don’t experience culture shock at all when I first stayed in The Netherlands, I enjoy living in multicultural environment.. it makes my life more colorful. I don’t feel homesick at all when I stayed in The Netherlands, but one thing I really miss when I stay far away from my home country is the food, my Indonesian food (also, of course my beloved family at home) From my experience living with multicultural friends, I do love tasting variety of food, such as,Indian, Japanese, Turkish, Vietnamese etcetera…. I love food from over the world,as long as they are not into bizarre food i.e snake soup, animal testicles, monkey’s brain (reminds me of one of episode in Indiana Jones movie) I definitely don’t mind consuming ‘normal’ food from over the world. For me, every country has their own uniqueness taste of food, from its smell, looks and whatever I can’t describe in short sentence. However, from all of food I’ve known in the world,….. Indonesian food is the best for me that I always miss it wherever I go. Why?? The answer is easy, because I grew up with Indonesian food, hot and spicy kind of food… It’s the best taste in the world. When I had dinner with my western friends , I enjoyed watching them look so scared when I was so brave eating some chilly paddy or chilly pepper, eating these chillies, it’s like a Super Power for me!! I can do what you can’t do!! yes, eating hot and spicy food…. On this entry, I’ll share you guys some Indonesisch Restaurants photographs I captured during my short visit in The Netherlands… Genoten!!





In Foreign Eyes My dream comes true,I’ve eventually been to The Netherlands for three weeks. And then,I’ve got to face another problem after my return home from Holland,that is,I really want to go back to Holland AGAIN!!! HaHa, for second visit, third visit.. and so on. I’ve already missed Koffieverkeerd at AlbertHeizn,Stroopwafel,I used to bring them into the train while enjoying my trip from city to city with Dutch spoken as backsound around me,those foreign language I blind with,but sounds interesting in my ears. Oh yes,I can’t forget the typical Dutch scenery through my train window,when I enjoyed watching pastoral images of this windmill country,flock of black and white cows and and a row of typical Dutch houses along the train’s journey. These pictures have been recorded in my memory, becoming a beautiful memory I’ve had so far that I can’t let it fade away soon. To be honest, I’m happy and so grateful I got the opportunity to attend this Summer School, Thanks NESO for sponsoring!! I have visited 10 cities in The Netherlands during my Three weeks stay. They are Am sterdam,Utrecht,Rotterdam,Enkhuizen,Den Haag,Tilburg,Breda,Eindhoven,Delft and Maastricht in the southern part of The Netherlands. The longest city I stayed is Utrecht, where my two weeks summer school was held under Utrecht Universiteit.A little information about Utrecht Universiteit, it’s the best research University in Holland and the 11st ranked in Europe.Of course, I have a dream to enter this university in order to pursue my further study. I wish I could, someday… ;p Then,I spent four days in Tilburg,staying at my friend’s house.He’s a nice Dutch friend I met in Singapore,he’s so welcome when I announced him,I’m coming to Holland for this summer course. It was nice seeing my old friend again after quite a long time separated thousands mile away.I’d like to talk about him either on this chapter,I hope he doesn’t mind I mention him here,soon afterward he’s going to be famous ( joking..) Btw,I had to ask his permission first to write about him.


He is currently studying at one of University in The Netherlands, majoring Medicine. When I first time met him, he was doing his internship for a hospital in Singapore. I like to have a chat with him, sharing knowledge and views each other, in order to broaden my knowledge about the world. As Dutch citizen through the eyes of Indonesian mate,I envy him a little bit from how wealthy this nation and the Dutch itself compare with me, Indonesian. I’d like to elaborate then about the welfare for The Dutch. Observing this issue, give me a lesson how unfair this life is, between the first world country and third world country. To strengthen my soul for this fact,I can only say.. just be grateful with what you have and who you are, at least you’re not born in Zimbabwe. As Dutch citizen, studying in University;–They get some hundreds euro monthly allowance subsidized by the Government.To be noted,they have to finish their study, otherwise,they need to return the money to the Government.That’s interesting,it could motivate you to finish your study soon, isn’t it? Let’s see how education in Indonesia,a friend of mine is taking Medicine at university in Indonesia,here, he is taking International class,which cost him up to 500 millions rupiah or maybe more. All I can get from this comparison that how money and how rich you are, is very important in Indonesia,you are the one who pay expensive for your country,vice versa in The Netherlands. Even, when a student completed their internship abroad, they will get some money back from government. They get universal Dutch health care,the right to work part-time for women,so they will have enough time to raise their kids and earn money at the same time. Friend of my Dutch friend, working as florist, as we know Holland is famous with flower,one of the country’s icon. I didn’t mean to underestimate any proffesion,Florist is kind of profession that you don’t need to study high or get a long time duration for study, or be very smart to spend your time to be such a nerd, glued to your computer and sleeping on your thick books. It’s dealing with flowers,but in Holland, you can survive with this profession,you can travel to Bali or Brazil with this job salary.Florist don’t earn much in Indonesia.


I just knew the fact is, in the Netherlands they have minimum 4 weeks of yearly holiday,I worked in South East Asia, we only have maximum 2 weeks holiday. Guys… no wonder, you look so happy, friendly and fun over there….You know how to enjoy life, and your government provide all of those for their beloved citizen.If I were you, I’m not going to be an apathetic in a five-year-election. Dutch citizen has more good quality of life. According to the statistic, The Netherlands is among the top ten best countries to live in worldwide. Check this out; http:// www.newsweek.com/2010/08/15/interactive-infographic-of-the-worlds-best-countries.html When I was there,I was so fascinated by a bicycle parking in Eindhoven city.I’ve never seen such this thing in my life. Based on statistic,there are over 14 million of bikes in The Netherlands, the population of The Netherlands itself is 17 million. .. It can be said, everyone has one bike in Holland, do we count babies or infants here.. ?? In Holland, people ride bike whatever their profession,from student to professor. Holland also has many bicycle paths, which make riding a bike relatively safe. Recognizing the bike paths is easy: they are often painted red and have their own traffic lights. It was the first time in my life, seeing an approximately 5 months pregnant woman rode her bike. In Holland. Holland is flat,bicycle friendly,the environment courage us for healthy lifestyle, paddling your bike everyday burn more calorie, stay away from obesity.

t

king Lo

Par Bycicle

I like this bike culture, in Dutch Monarchy, Queen Julianna is a Dutch queen who appeared in public riding her bicycle. It showed the down-to-earth manners suggest a simple life style.


Then in Tilburg, I found an interesting container the latter I knew next to litter bin for glass bottles, there are green container for second/unused clothes to donate for charity. That’s good if we can apply this in Indonesia, we know how the poverty here in Indonesia, where the gap between the rich and the poor is sharp.

Lifestyle in Holland is more my thing, by riding a bike everyday, enjoying the fresh air and simple lifestyle, far away from materia listic and hedonistic lifestyle like in Jakarta. In Jakarta, it’s important to let people know how many cars you posses in your garage. I do enjoy traveling by convenient train as in Holland, with that I can use my time to catch up my readings during my train’s journey. At least, I’d have a productive lifestyle than trapped in silly traffic jam Jakarta sit do nothing in the bus,owing to government’s ignorance in infrastructure.


During my short visit in Holland,I’d never seen this kind of luxury house like I usually see in Jakarta as seen on the picture. Oh yes, I’ve seen such this building with great pillar and I believe one pillar cost almost hundreds million rupiah, … in The Netherlands this architecture I can find it in Den Haag, it reminds me of Justice Building, churches or Hilton Hotel. Check out the row of typical Dutch houses below,it’s very modest and cozy residential place

Then, be prepared for the other side of Jakarta picture on the left, … Slum areas in Jakarta that I believe it’s very inhuman to let these people carry on living in this such places. Welcome to Indonesia, After all.The poor get poorer the rich get richer!!


After describing The Netherlands through the eyes of Indonesian, I’d like to change the position,- about Indonesia(n) through the eyes of my Dutch friend. We have spent much time together sharing stories, exchanged ideas about our countries, culture and quality of life, I already took several conclusion how Indonesians from the outsider. As for my Dutch friend, Indonesia is not a new country for him. He has some Indonesian relatives in Indonesia and The Netherlands, and first time traveled to Indonesia since in young age.He’d even explored Indonesia touristy spots more than me. He’s surprised with some Indonesian culture,when he made a visit to Indonesian family, they served him variety of food, and sat in living room,having a long chit chat then a lot of food on the table, after that, they asked him to join for dinner. He told me, It’s impossible in Holland. In Holland, when you visit a friend, here’s the steps, .. make an appointment first, then come to your friend’s place, what do you want, then finish, back home.No snack serving in living room for your guest like in South East Asia. Even, when your parents would like to visit your place, your parents may give you a call first. Hmm, okay, it’s not very our culture… It sounds so rude for us, if we do as your way. Apart from this, we like such a spontaneous visit, for example; a surprise visit from your parents come to your place without giving you a call first. It’s the different between Indonesian hospitality and your hospitality. We still keep that collectivist cultures, there, in Holland, you’re very individualistic and respect others’ privacy. For some points, that’s good and I agree on it,however, for another points it’s just a bit artificial, or perhaps,..unnatural is more appropriate word.



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.