TRIBUN KALTIM 14 JANUARI 2008

Page 4

Halaman 4

Rabu, 14 Januari 2009

BI Rate akan Dipangkas Lagi ● Menyusul

ANTARA/ANDIKA WAHYU

PERTUMBUHAN EKONOMI 2009-Seorang pekerja menyelesaikan pembangunan sebuah gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (13/1). Menkeu/Plt Menko Perekonomian, Sri Mulyani Indrawati menyatakan, asumsi-asumsi makro yang dijadikan landasan penyusunan APBN 2009 mengalami perubahan sangat besar sehingga perlu direspon dengan tepat, seperti perubahan pertumbuhan ekonomi yang semula 6,0 persen namun diperkirakan hanya 5,0 persen.

MKBD Sarijaya Minus Rp 5,6 T ● Dana Nasabah Tetap Aman JAKARTA, TRIBUN - Nilai modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) PT Sarijaya Permana Sekuritas mengalami minus Rp5,644 triliun. Meskipun demikian, rekening efek milik nasabah Sarijaya dijamin tetap aman. Sebab MKBD tidak mencerminkan kondisi rekening dana nasabah. Nilai MKBD tidak ada hubungannya dengan dana nasabah yang hilang. “Dalam penghitungan MKBD itu banyak variabel yang dimasukkan. Mulai portofolio perusahaan itu sendiri, dana cash perusahaan atau modal disetornya masuk, tagihan-tagihan mereka receiveable. Jadi nilai

MKBD tidak mencerminkan kondisi rekening dana nasabah yang hilang,” kata Direktur Fixed Income dan Derivatif Guntur Pasaribu, Selasa (13/1). Menurut Guntur, selama ini perhitungan MKBD diserahkan pada masing-masing perusahaan efek (self assessment). Sehingga dengan kondisi nilai MKBD Sarijaya yang minus Rp 5,6 triliun, tidak menunjukkan besaran nasabah yang diselewengkan oleh Komisaris Utama Sarijaya, Herman Ramli. Disebutkannya, ketentuan minimum MKBD pada dasarnya hanya untuk menjamin pe-

nyelesaian transaksi. Formula untuk menghitung MKBD secara umum adalah aktiva lancar yang diperkenankan (admitted assets) dikurangi total utang. Dalam kesempatan kemarin Guntur juga menepis kabar jumlah dana nasabah Sarijaya yang digelapkan membengkak sampai hampir Rp 300 miliar. Jumlahnya masih tetap pada kisaran Rp 245 miliar. “Angka MKBD minus 5,644 triliun itu merupakan hasil dari perkalian dan merupakan hasil dari pehitungan yang memasukkan multiplier perhitungan formulasi MKBD,” tuturnya. (persdanetwork/ugi)

SUN Serap Rp 5,95 T dalam Dua Jam JAKARTA, TRIBUN - Luar biasa! Dalam dua jam saja, pemerintah menyerap Rp 5,95 triliun dari lelang empat seri SUN (Surat Utang Negara) yang dilakukan, Selasa (13/1)). Dalam lelang tersebut, total penawaran yang masuk adalah Rp 9,137 triliun. “Lelang SUN kali ini sangat bagus karena meskipun lelang sejak Oktober 2008 tapi terjadi oversubscription (kelebihan penawaran) dua kali,” kata Direktur Jenderal Utang Negara Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto, Selasa (13/1). Lelang SUN dimulai pukul 10.00 WIB sampai 12 WIB, kemarin. SUN ditawarkan Rp 1 juta per unit. Ini pertama kalinya pada

2009, pemerintah menggelar lelang SUN. Hasil lelang kemarin diumumkan namun settlement baru akan dilaksanakan dua hari kemudian atau pada 15 Januari 2009. “Kita ambil di atas target pada lelang SUN hari ini karena yield rata-rata yang masuk bid lebih rendah dari benchmark yield yang kita tetapkan,” kata Rahmat. Menurut dia peminat SUN yang luar biasa itu menunjukkan pasar semakin confident (percaya) terhadap SUN. “Kepemilikan SUN oleh asing juga tetap sama dua bulan terakhir sekitar Rp 87 triliun,” kata dia. Dikatakan yield (imbal hasil) hasil lelang sebenarnya tidak tinggi relatif dalam situasi pasar

saat ini. “Sudah ada repricing of risk untuk semua instrumen pasar termasuk SUN,” paparnya. Meskin demikian yield SUN sudah turun sekitar 400 basis poin (bps) dibandingkan Oktober 2008. “Yield lelang hari ini juga lebih rendah dari kuotasi pasar yang ada,” katanya. Bahkan, lanjut Rahmat, SPN 12 bulan yieldnya 11,2 persen lebih rendah dari yield atau bunga SBI enam bulan sebesar 11,28 persen. “Penyebabnya adanya ekspektasi penurunan suku bunga, inflasi yang semakin terkendali, nilai tukar yang relatif stabil. dan kepercayaan investor terhadap pemerintah,” papar Rahmat. (persdanetwork/aco)

JAKARTA, TRIBUN - Bank Indonesia (BI) diperkirakan kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate pada Februari 2009 menyusul tingkat inflasi yang rendah pada Januari 2009. Proyeksi Ekonomi Citigroup yang diterima Persda, Selasa (13/1), menyebutkan tingkat inflasi dalam beberapa bulan ke depan bahkan cenderung menurun seiring kebijakan pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif angkutan, dan sejumlah stimulus ekonomi lainnya. Citi menilai positif kebijakan pemerintah tersebut sehingga berdampak positif pula terhadap perekonomian Indonesia. “Tambahan paket stimulus fiskal Rp 50 triliun menaikkan permintaan domestik di tengah ancaman resesi ekonomi global,” tulis Ekonom Citigroup, Wei Zheng Kit. Bahkan Citigroup dalam proyeksinya memperkirakan inflasi enam persen untuk 2009. Lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia 6,5-7,5 persen. Ketua Dewan Direktur Center for Information and Development Studies (CIDES) Umar Juoro berpendapat senada. Untuk bulan depan, Umar berani memprediksi BI Rate turun lagi, bisa mencapai 50 basis poin (bps) menjadi 8,25 persen dari saat ini 8,75 persen. “Januari kan umumnya inflasi lebih rendah dari Desember. Kalau

Inflasi yang Rendah pada Januari Desember deflasi secara statistik Januari juga akan deflasi. Jadi ada kesempatan BI Rate turun lagi,” kata Umar. Bank Indonesia pada 7 Januari 2009 menurunkan BI Rate 50 bps menjadi 8,75 persen. Menurut Umar tren BI Rate dalam tiga bulan mendatang akan turun terus. “Saya perkirakan Triwulan I BI Rate bisa 8,00 persen,” katanya. Ekonom Econit Endri Saparini menilai penurunan BI Rate akan membuat penurunan biaya modal usaha. Langkah itu bisa dilakukan pula dengan pembangunan infrastruktur usaha seperti jalan raya. “Ini akan mendorong penurunan hargaharga,” kata Endri. Menurutnya penurunan harga BBM tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap inflasi bulan ini. Penurunan inflasi bulan

ini, lanjut dia, lebih disebabkan daya beli masyarakat yang turun akibat krisis. “Semua negara

mengalami inflasi turun karena daya beli yang merosot,” ujarnya. (persdanetwork/aco)

Boediono Masih Rahasiakan KEBIJAKAN pemerintah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar yang berbuntut pada penurunan inflasi bulan Januari sebesar 0,53 persen disikapi serius Bank Indonesia. Bank Indonesia memperkirakan penurunan inflasi bulanan ini berpeluang menurunkan BI rate kembali. Meski demikian, Gubernur BI Boediono masih merahasiakan besaran

penurunan BI rate. “Ya tidak bisa disampaikan sekarang,” paparnya dengan senyum melebar. Menurutnya, angka 0,53 persen merupakan perhitungan awal pemerintah. Artinya kalau seandainya turun akan mengurangi inflasi yang mungkin terjadi pada saat itu. “Saya sudah bilang dulu, kita itu antara 5-7 persen pada 2009 inflasinya. Kalau mendekati 5 persen, ya tentunya ada ruang lebih

lanjut,” ujarnya. Mantan Menko Perekonomian SBY-JK ini menambahkan, perkembangan angkaangka ekonomi yang dirilis pemerintah akan menjadi tema utama Bank Indonesia untuk menelurkan kebijakan lebih lanjut. “Kita melihat ke depan policy-policy yang mungkin kita jadikan tema untuk 2009. Kita sedang garap, akhir bulan ini,” tuturnya. (persdanetwork/ade)

Bunga Turun Bank Syariah pun Dilirik Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang terpangkas 50 basis poin mau tak mau melahirkan tren penurunan suku bunga deposito. Kondisi tersebut dianggap sebagai peluang emas oleh perbankan syariah. KETIKA bunga makin tidak menarik dan ketidakpastian suku bunga akibat gejolak krisis mulai membingungkan masyarakat, sistem bagi hasil yang ditawarkan perbankan syariah bisa menjadi pilihan yang tepat. “Kami melihat tren penurunan suku bunga sebagai salah satu peluang bagi perbankan syariah,” kata Andi Buchari, Direktur Bank Muamalat, Senin (12/1). Kondisi tersebut telah terlihat trennya sejak awal terjadinya krisis keuangan global. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Muamalat Indonesia (BMI). DPK BMI mengalami pertumbuhan cukup pesat pada tahun 2008. Tercatat DPK yang berhasil dijaring Bank Muamalat pada

ANTARA/ANDIKA WAHYU

Bank Muamalat mengalami pertumbuhan dana simpanan cukup pesat pada tahun lalu.

2008 mencapai Rp 10,7 triliun. Angka tersebut mengalami peningkatan sekitar 16 persen dibandingkan 2007 yang membukukan angka Rp 8,69 triliun. Hal senada juga diakui Ani Murdiati, Direktur Bisnis Bank Mega Syariah. “Sistem bagi hasil akan kembali dilirik saat bunga tidak lagi menjanjikan,” cetusnya. Hingga Desember 2008, to-

tal DPK yang berhasil dihimpun Mega Syariah mencapai Rp 2,646 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari deposito yang mencapai 90 persen. Untuk itu, Mega Syariah pun berencana menambah 170 cabang lagi pada 2009. Sejalan dengan rencana yang dilakukan Mega Syariah, Bank Muamalat pun berencana meningkatkan penetrasi pasar.

“Sepanjang 2008 Muamalat telah menyiapkan 37 kantor layanan baru di Indonesia dan Malaysia,” kata Andi. Rencananya, ke 37 outlet tersebut akan mulai beroperasi tahun 2009. Untuk memanfaatkan momen tren penurunan suku bunga ini, Bank Muamalat juga mulai membuka cabang-cabang di lokasi yang tidak hanya terpaku pada pertimbangan lingkungan Islami namun telah mulai merambah ke lokasi-lokasi perputaran bisnis terdepan di kota-kota besar. “Di Jakarta kami mulai buka outlet di Roxy, Mangga Dua, dan daerah Pulo Gadung,” kata M Hidayat, Direktur Keuangan Bank Muamalat. Tidak hanya itu, tahun 2009, Bank Muamalat menargetkan pertumbuhan aset dan pertumbuhan DPK bisa mencapai 20 persen. “Andalan pemicunya adalah dana pihak ketiga. Tujuan utamanya memang memperbesar laba, bukan sekadar memperbesar aset,” tandasnya. (kompas.com)

kurs dan saham Menguat Tipis RUPIAH akhirnya bisa menguat tipis di tengah lesunya pasar finansial dalam negeri. Lelang SUN (Surat Utang Negara) yang menyerap dana Rp 5,95 triliun membantu rupiah keluar sejenak dari zona negatif. Pada perdagangan valas Selasa (13/1) rupiah menguat 30 poin ke posisi 11.075 per dolar AS. Rupiah hari ini sempat melemah ke level tertinggi 11.225 per dolar AS dan menguat di posisi terendah 10.530 per dolar AS. Tingginya minat investor membeli SUN membuat pelaku pasar banyak melepas mata uang dolarnya sejenak. Lelang

4 seri SUN ini merupakan yang pertama di tahun 2009. Sementara sentimen penurunan harga premium dan solar masing-masing menjadi Rp 4.500 per liter, yang baru berlaku 15 Januari 2009 belum begitu banyak memberikan pengaruh ke rupiah. Mata uang Asia hari ini kebanyakan melemah terhadap dolar AS seperti won Korea melemah 0,36%, peso Filipina melemah 0,21%, bath Thailand melemah 0,2%, dolar Taiwan melemah 0,02%. Sedangkan mata uang Asia yang menguat antara lain yen Jepang menguat 0,55%, dan dolar Singapura menguat 0,02%. (dtc)

Masih di Zona Merah MENGIKUTI mayoritas bursa regional, saham-saham di Bursa Efek Indonesia, Selasa (13/1) sore, masuk zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan ditutup turun tipis 0,48 persen (6,820 poin) pada 1.399,733. Sahamsaham sektor perkebunan yang anjlok 4,60 persen menjadi penyumbang negatifnya indeks. Bursa saham dalam negeri belum beranjak dari zona negatif karena masih berlanjutnya tekanan terhadap saham-saham energi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih harus kehilangan banyak poin. Dampak penurunan harga premium dan solar belum terlalu terasa di lantai bursa. Justru turunnya harga minyak dunia di New York yang kini 37 dolar AS per barel membuat sahamsaham tambang tertekan. Ditambah sentimen negatif saham BUMI atas kebijakan akuisisi atas 3 perusahaan yang dinilai terlalu mahal. Saham BUMI jeblok kepentok auto rejection yang membuatnya berada di posisi terendah sejak 2003.

Saham-saham yang turun harganya antara lain, Bumi Resources (BUMI) turun Rp 50 menjadi Rp 520, Perusahaan Gas Negara (PGAS) turun Rp 75 menjadi Rp 2.025, Telkom (TLKM) turun Rp 200 menjadi Rp 6.750, International Nickel Indonesia (INCO) turun Rp 225 menjadi Rp 2.375, Indofood Sukses Makmur (INDF) turun Rp 10 menjadi Rp 1.100 dan Aneka Tambang (ANTM) turun Rp 70 menjadi Rp 1.150. Sedangkan saham-saham yang naik harganya antara lain, Bank Mandiri (BMRI) naik Rp 150 menjadi Rp 2.080, Bank Central Asia (BBCA) naik Rp 25 menjadi Rp 2.950 dan Adaro Energy (ADRO) naik Rp 110 menjadi Rp 660. Sementara di bursa kawasan Asia Pasifik, indeks Nikkei225 di Jepang memimpin pelemahan dengan melorot 4,79 persen, kemudian indeks Hang Seng Hongkong melemah 2,17 persen, serta indeks Komposit Shanghai China melemah 1,95 persen. (kompas.com/dtc)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.