TRIBUNKALTIM - 17 JULI 2011

Page 23

20

MINGGU 17 JULI 2011

Rumah Sastra yang Dinanti

resensi

Para Lelaki Penulis: Try Lestari, Mukhransyah, Akhmad Zailani, Habolhasan Asyari, Kony Fahran Penerbit : Sultan Pustaka Terbit : cetakan 1 Januari 2011 Halaman : 215 halaman

● Catatan dari Dialog Borneo-Kalimantan XI

5 Jurnalis Gairahkan Sastra Kaltim SEMUA wartawan sudah pasti bisa membuat tulisan. Karena kerjaan sehari-hari mereka demikian. Bahkan ada batas waktunya, berita kejadian harus sudah selesai untuk diterbitkan besok (deadline). Karena kesibukan menulis berita atau feature, maka tak semua di antara wartawan mencoba meluangkan waktu untuk sekali-kali mengkhayal membuat tulisan fiksi atau puisi. Apalagi untuk urusan menerbitkan prosa atau puisi dalam bentuk buku. Tak semua wartawan juga sastrawan atau penyair. Di buku berjudul Para Lelaki, antologi cerpen jurnalis Kaltim ini ada 5 wartawan yang menyumbangkan cerpennya. Mereka yaitu Try Lestari, Mukhransyah, Akhmad Zailani, Habolhasan dan Kony Fahran. Ada 14 cerpen di dalam buku 215 halaman ini. Sekalipun jurnalis cerpenis ini asli kelahiran Samarinda, di antara 14 cerpen yang ditampilkan sedikit latar ceritanya bermuatan lokal atau khas daerah yang kuat. Di antara 14 cerpen hanya satu cerpen yang berlatar khas daerah. Yakni cerpen Akhmad Zailani, Aku Membunuhnya Karena Aku Mencintainya. Di dalam cerpen ini menceritakan, seorang mahasiswa perikanan Universitas Mulawarnan yang akan melakukan penelitian di Balikpapan. Di dalam bis dari Samarinda menuju Balikpapan, si mahasiswa berkenalan dengan seorang perempuan muda, yang telah membunuh suaminya. Mayat suaminya dipotong-potong beberapa bagian, lantas dimasukan dalam karung dan di buang di pertengahan jalan. Menurut perempuan muda yang bernama selvi tersebut, dia membunuh karena suaminya membunuh. Dia tak ingin suaminya dimiliki orang lain. Dia juga sakit hati suaminya menghianatinya. Karena alasan masih ada cinta, hati suaminya disimpannya di toples sebagai kenang-kenangan. Perkenalan di bis tersebut ternyata berlanjut si mahasiswa menjalin hubungan khusus selama penelitian di Balikpapan. Selvi menyukai mahasiswa tersebut. Selvi mencintaiku? Itulah akhirnya yang aku takuti! (hal 30). Si mahasiswa sudah memiliki pacar, tapi dia takut menjalin hubungan dengan perempuan muda tersebut. Di akhir cerita penulis menutup, keberangkatan si mahasiswa dari Balikpapan ke Samarinda. Ada sedikit berbeda, si mahasiswa membawa karung goni dan juga sebuah toples, yang berisi hati milik Selvi. Lebih mengejutkan lagi, si mahasiswa berencana setelah tiba di

Samarinda dia akan membeli satu buah toples lagi. Kalimat terakhir dari cerpen ini, sudah mengambarkan si mahasiswa rencananya akan mengambil hati pacarnya untuk disimpan di dalam toples. Itu aku lakukan karena aku mencintainya Selvi dan pacarku . Tema yang menarik. Selain cerpen tersebut, Akhmad Zailani nampaknya sengaja memasang judul yang tak lumrah, yakni panjangpanjang. Hal yang tak biasa, baik di dalam penulisan berita atau pun prosa dan puisi. Seperti judul-judul berita di Koran Harian Rakyat Merdeka dan Koran Harian Lampu Merah dan Lampu Hijau, Akhmad Zailani coba nyeleneh, dengan judul yang panjang-panjang. Mungkin judul cerpen yang terpanjang, yang pernah ada. Seperti cerpen yang diberi judul : Pilihan Bas; mencintai Ibunya yang Hatinya Pernah Hancur Karena Suaminya Bermain dengan Pelacur atau Mencintai Cinta yang Juga Bekas Pelacur. Dari segi tampilan fisik, desain cover depan buku dibuat horizontal dan di cover belakang judul dan gambar dibuat vertical. Di pembukaan buku disebutkan buku ini dipersembahkan untuk Try Lestari Soemariyono, yang ketika buku dicetak telah meninggal dunia. Try adalah penyiar Pro 2 RRR Samarinda korban tabrak lari. Dari segi semangat, untuk menggairahkan sastra di Kaltim dimulai dengan jurnalis yang kerjaannya menulis, sudah bagus. Ini terobosan baru dengan harapan ke depan-bukan hanya dari kalangan jurnalis saja—akan lahir putra kelahiran Kaltim yang bisa seperti Korrie Layun Rampan. Aant S Kawisar (penulis dan pelukis) berkomentar; membaca keseluruhan cerpen yang terangkum dalam buku ini, kesan pertama yang saya rasakan adalah kentalnya nuansa perselingkuhan dan penghiantan dalam lingkup rumah tangga, sejarah dari masa penjajahan. Sebuah rangkuman yang tidak secara langsung mengangkat problem daerah secara spesifik, namun secara implicit menggambarkan dan sekaligus menghadirkan kondisi social dan latar budaya Kaltim secara umum. Seperti kata sastrawan nasional asal Kaltim, yang penting berkarya, soal bagus atau tidaknya itu ada kritikus sastra yang menilainya. Karena ini jurnal, kita berharap segera terbit lagi karya-karya sastra berikutnya seperti cerpen, puisi, sajak atau esai. (Dinda Az-Zahra, penikmat sastra).

UNTUK pertama buku ini dieditori kalinya Kalimantan oleh sastrawan Timur akan menjadi Kaltim Korrie tuan rumah dari Layun Rampan. sebuah acara Kegiatan dipupertemuan sastra satkan di Ruang internasional. Acara Serbaguna Kantor pertemuan sastra Gubernur Kaltim internasional ini dengan diawali bernama Dialog jamuan makan Borneo-Kalimantan Muthi Masfuah IST malam di Pendopo XI. Dialog BorneoLamin Etam. Kalimantan sendiri Acara pertemumerupakan suatu pertemuan an sastra antarnegara ini sastra berkala yang berlangsung cukup menarik pesertanya adalah dan menelorkan banyak lintasnegara satu pulau, yaitu gagasan untuk semakin pulau Borneo atau pulau berjayanya kehidupan sastra Kalimantan. Pertemuan ini di bumi etam khususnya dan dilaksanakan tiap dua tahun Borneo-Kalimantan pada sekali dengan bergiliran umumnya, dengan beberapa tempat penyelenggaraannya. rekomendasi dari acara Mereka yang terlibat tersebut. dalam perhelatan ini adalah Sekedar sumbang saran para sastrawan dan karyawan yang belum tersampaikan dari tiga negara, yaitu Indonedalam Dialog Borneosia (meliputi Kalimantan Kalimantan XI, untuk Timur, Kalimantan Selatan, menjayakan kehidupan sastra Kalimantan Tengah, dan di Kaltim, setidaknya ada 4 Kalimantan Barat), Malaysia point yang ingin saya Timur (meliputi negara bagian sampaikan yakni: Sabah, Sarawak, Miri, dan Labuan), serta Brunei 1. Optimalisasi Peran Rumah Darussalam. Sastra Perhelatan yang telah Rumah Sastra adalah salah berlangsung sejak awal 90-an satu point yang direkomenini memang dilaksanakan dasi dalam Dialog Borneosecara bergilir tempat pelakKalimantan XI dan Rumah sanaannya; dan beberapa kali Sastra menurut saya menjadi berlangsung di wilayah penting karena kehadirannya Indonesia, yaitu di Kalimantan jika dioptimalkan dapat Barat dan Kalimantan Selatan. sebagai wadah yang memacu Namun, baru tahun ini pertumbuhan karya sastra Kalimantan Timur siap bermutu juga penulis-penulis menjadi tuan rumah, seperti baru di bumi etam, dengan yang disampaikan sastrawan membuka cabang-cabangnya Kaltim Amien Wangsitalaja di daerah-daerah. Rumah mewakili Panitia. Sastra dapat dioptimalkan Dialog Borneo-Kalimantan apabila didalamnya ada ajang XI berlangsung pada 13-16 Juli diskusi karya dan pembinaan 2011 ini di Samarinda. Bebekepenulisan secara berkala rapa rangkaian acara akan dan terprogram dengan baik, mewarnai Dialog Borneokarena diskusi karya tanpa ada Kalimantan XI ini. Di luar acara pembinaan kepenulisan tidak utamanya yang berupa akan melahirkan karya-karya seminar sastra, akan dilengbaru berikut kaderisasi kapi juga dengan acara kepenulisan. Sekaligus dalam tambahan berupa malam Rumah Sastra paling tidak juga pementasan karya sastra dari membahas dan mengevaluasi berbagai wilayah dan negara target-target karya yang serta peluncuran tiga buku bermutu tiap 6 bulan/1 tahun, sastra yang diterbitkan Panitia, sehingga keberadaanya yaitu buku Kalimantan Timur memang sangat kita nanti dalam Sastra Indonesia, dalam pertumbuhan karya Kalimantan dalam Prosa sastra di Kaltim. Untuk itu Indonesia, dan Kalimantan dibutuhkan kepengurusan / dalam Puisi Indonesia. Ketiga orang-orang yang siap

berkecipung didalamnya dengan memiliki semangat 3 K yakni : a. Komitmen Tanpa komitmen yang kuat, menghidupkan dan menjalankan Rumah Sastra tidak akan berjalan baik untuk mencapai tujuan-tujuannya yakni melahirkan karya sastra yang bermutu juga kaderisasi kepenulisan di Kaltim b. Konsisten Konsisten juga adalah point penting dalam menjalankan Rumah Sastra. Seorang yang konsisten dalam banyak hal akan memperoleh hasil yang maksimal. Ibarat ombak, semangat di awal lemah di akhirnya, dan orang yang memiliki semangat konsisten paling tidak mampu memacu semangatnya tidak hanya diawal pendirian Rumah Sastra tapi juga hingga munculnya karya-karya yang bermutu. c. Kerja Keras Tidak ada keberhasilan dan kesuksesan tanda adanya kerja keras. Dalam membangun Rumah Sastra peran kerja keras sangat dibutuhkan. Pantang menyerah dalam setiap kendala ataupun hambatan, tetap semangat meski orang lain sedang lemah semangat, serta siap menularkan ke rekan-rekan/ sesama anggota dalam Rumah Sastra. 2. Optimalisasi Peran Media di daerah Peran media di daerah dalam mengapresiasi karya para penulis di Kaltim adalah sangat penting. Di tahun 2011 adalah awal kebangkitan peran media daerah kita dalam memberi ruang apresiasi/ pemuatan karya sastra. Di Tribun Kaltim ada rubrik Buku yang siap menampung resensi buku karya penulis daerah dan naskah sastra lainnya. Di Kaltim Post juga sekarang memberi ruang bagi penulispenulis sastra dalam rubrik cerpen dan dongeng. Sehingga peran media ini perlu dipertahankan juga ditingkatkan dalam mengapresiasi karya penulis/sastrawan di Kaltim. Karena bagaimanapun karya sastra tidak akan mampu sukses, salah satunya dukungan/peran publikasi media di dalamnya. 3. Optimalisasi Peran Sekolah dan Orang Tua

Peran sekolah dalam menyuburkan sastra di kalangan siswa-siswinya menjadi sangat penting. Dengan membuka ekskul menulis/ekskul sastra di tiap sekolah atau menambah jam pelajaran Khusus Menulis/ Mengarang atau jam Perpustakaan di sekolah akan memacu pertumbuhan karya sastra, sastra anak salah satunya. Tengoklah SDIT AsySyaamil Bontang sejak 2004 melakukan pembinaan ekskul menulis dan memasukkan jam pelajaran Perpustakaan dalam kurikulum sekolah ternyata berdampak luar biasa bagi pertumbuhan karya sastra anak di sekolah tersebut dan kini mereka telah memiliki 6 buku karya sastra. Sementara di SD 2 YPK telah menerbitkan 5 buku sejak tahun 2006 . Rumah Kreatif Salsabila Samarinda telah menerbitkan 2 buku. Daerah Sangatta telah menerbitkan 2 buku sastra. Kemudian SD Islam Cordova Samarinda telah menerbitkan satu buku sastra anak di 2006. Sayangnya pembinaan di sana belum berlanjut lagi. TK YPK di tahun 2008 juga menerbitkan buku Indahnya Hidupku, TKIT Qurotta A’Yun meluncurkan Bila Fadhil dan Alsah Punya Karya. 4. Penyerapan Dana dari Pemerintah dan Sumber Lain Tersedianya dana dari pemerintah daerah di masingmasing daerah di Kaltim adalah peluang untuk diberdayakan untuk kegiatankegiatan positif, seperti mendanaan organisasi sastra daerah, penerbitan buku sastra, peluncuran buku dan pembinaan rutin kepenulisan. (*) * Muthi’ Masfu’ah, baru menulis 10 buku dan karyanya ada di 9 buku antalogi nasional dan telah mengedit 25 buku karya sastra, feature di Kaltim. Mantan Ketua Forum Lingkar Pena Kaltim (FLP Wilayah pertama kali di Indonesia tahun 1998-2010), sekarang sebagai Dewan Pertimbangan Pengurus FLP Pusat Jakarta 2010-2012. Prestasi terakhir, November 2010 meraih penghargaan Guru Berjasa/ Berprestasi Tingkat Nasional dari Dinas Pendidikan Kaltim dan sebagai salah satu pemenang Kaltim Edukasi Award Januari 2011.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.