TRIBUN KALTIM 16 MEI 2011

Page 14

CMYK

14

tribun samarinda

SENIN 16 MEI 2011

Warga Blokir Jalan Benggeris ■ Tanam Pohon Pisang dan Urukan Tanah ■ Kecewa terhadap Pemkot Tidak Perbaiki Jalan Rusak

TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HP

Sejumlah warga memblokir jalan Benggeris Samarinda dengan membuang urukan tanah yang di atasnya ditanami pohon pisang, Minggu (15/5). Warga kecewa jalan tersebut tidak segera diperbaiki.

Jasad Medi Mengapung di Mahakam SAMARINDA,TRIBUN Kerja keras Misri (paman korban) dibantu anggota tim emergency RAPI serta warga sekitar dalam proses pencarian jasad Medi Susilo Bakti (19), pemuda kelahiran Blitar, Jawa Timur yang tenggelam saat mandi di pinggir Sungai Mahakam RT 15 Kelurahan Sengkotek, Jumat (13/5) lalu akhirnya membuahkan hasil. Pada Minggu (15/5) pagi sekitar pukul 9.30, jasad Medi akhirnya ditemukan saat timbul di tengah perairan Sungai Mahakam, tepatnya di depan perusahaan Galangan Kapal, daerah perbatasan antara Kelurahan Sengkotek dengan Harapan Baru, Samarinda. Jasad buruh bangunan itu ditemukan dalam posisi terkelungkup dan terapung ditengah sungai oleh anggota emergency RAPI, Irwansyah dan warga sekitar yang melakukan pencarian terhadap jasad korban sejak Jumat (13/5) lalu.

Pencarian menggunakan cas (kapal ketintin) yang disewa keluarga korban. Keluarga korban terpaksa menyewa ketintin buat mencari jasad Medi, akibat ketiadaan tim SAR yang turun untuk membantu. Saat ditemukan, jasad Medi langsung dievakuasi dan dinaikkan diatas kapal tersebut lalu dibawa ke atas darat yakni di pinggir tepi Sungai Mahakam, areal perusahaan galangan kapal depan eks perusahaan plywood PT Gani Mulia Jl Cipto M Kusumo, Samarinda. Proses evakuasi dilakukan tim emergency RAPI dibantu anggota rescue dari Brimob Polda Kaltim dan warga sekitar. Saat evakuasi berlangsung, puluhan warga berbondong-bondong datang ke TKP untuk menyaksikan dan melihat langsung jasad Medi yang tenggelam sejak dua hari lalu itu. “Tadi pas kami temukan,

jasad Medi dalam posisi terkelungkup dan sudah membusuk,”kata Irwansyah anggota tim Emergency RAPI kepada Tribun di sekitar lokasi evakuasi. Setelah berhasil dievakuasi ke darat, atas kehendak keluarga jasad Medi yang sudah membusuk itu langsung di bawa menggunakan mobil ambulance ke rumah duka di L2 Kecamatan Tenggarong Seberang, tempat tinggal Misri paman korban. Sementara itu, Edi teman Medi yang ikut tenggelam karena ingin menolong Medi, tapi cepat ditemukan dan dibawa ke Rumah Sakit Umum IA Moeis pada Jumat (13/5) malam, saat ini kondisinya sudah baik. Ia juga sudah sadarkan diri dan telah keluar dari RS. “Edi yang masuk RS kemarin sudah baik, dia sudah sadarkan diri dan telah keluar dari RS,”kata tetangga Edi kepada Tribun Minggu (15/5). (m28)

Kecewa Terhadap Tim SAR TIM penyelamat (SAR ) baik yang ada di provinsi maupun kota sejak Sabtu (14/5) dinihari hingga Minggu (15/5) pagi, tidak ada satupun yang turun ke lokasi untuk membantu keluarga korban melakukan pencarian jasad Medi Susilo Bakti, warga RT 15 Kelurahan Sengkotek Loa Janan Ilir Samarinda yang tenggelam sejak Jumat (13/5) lalu. Dari pantauan Tribun, tim SAR ternyata hanya membantu melakukan pencarian pada Jumat (13/5) malam lalu pascakejadian tenggelamnya dua warga tersebut. Mereka (tim SAR) hanya bekerja mulai pukul 19.00 sampai pukul 23.30 Jumat (13/5) malam. Setelah itu mulai Sabtu (14/5) dinihari

hingga Minggu (15/5) pagi kemarin, mereka (tim SAR) tak ada satupun yang turun. Yang aktif membantu keluarga korban mencari jasad Medi di Sungai Mahakam hanyalah anggota RAPI. Karena tidak adanya tim SAR yang turun tim emergency RAPI pun merasa kesal. Akibat tidak ada tim SAR yang turun, keluarga korban kewalahan dan terpaksa menyewa sebuah cas (kapal ketinting) untuk digunakan buat mencari sendiri jasad korban. Gara-gara tidak adanya tim SAR, warga Sengkotek juga kecewa dengan pemkot dan pemprov. Warga menilai, baik pemkot maupun pemprov tidak peduli dan tidak berkoordinasi dalam

menangani musibah yang dialami warganya. “Pemkot kok diam saja, inikan musibah. Masak dari Sabtu (14/5) dinihari lalu sampai Minggu (15/5) tim SAR tidak ada satupun yang turun untuk membantu mencari jasad warga yang tenggelam. Tim SAR sepertinya setengah hati bekerja,”cetus Ali warga Sengkotek yang kesal dengan sikap pemkot dan tim SAR yang tidak tanggap terhadap musibah yang dialami warga. Dinas Sosial selaku instansi yang berkaitan langsung dengan masalah tanggap bencana dan musibah serta yang membina tim SAR juga hingga ditemukan mayat kemarin, tidak ada satupun yang nongol. (m28)

SAMARINDA, TRIBUN Kerusakan jalan di Samarinda yang semakin parah kondisinya terus memicu protes warga. Kali ini warga memblokir jalan masuk Jl Bangris dari Jl Cendana dengan dua tumpukan tanah urukan yang ditanam pisang dan tebu, Minggu (15/5). Pemblokiran, membuat kendaraan roda empat tak bisa melintas di jalan tersebut. Aksi pemblokiran ini merupakan bentuk spontanitas kekecewaan warga dengan tak adanya perhatian sama sekali pemerintah untuk memperbaiki jalan. Warga yang mengikuti aksi blokir ini dari empat RT yakni RT 19, 20, 23 Kelurahan Teluk Lerong Ulu dan RT 6 Kelurahan

Karang Anyar. Mereka sumbangan membeli tanah uruk untuk menutup jalan dan tak akan membongkarnya hingga Pemkot melalui Dinas Bina Marga dan Pengairan melakukan perbaikan jalan. “Kami spontanitas saja memblokir jalan karena sudah satu tahun, kerusakan jalan tak ada perhatian dari pemerintah. Apalagi, jalan rusak berlubang ini banyak makan korban luka-luka ketika pengendara jatuh. Warga pun lalu membeli tanah uruk dan menumpuk jalan yang rusak dan tak akan dibongkar kecuali sampai jalan diperbaiki pemerintah,” kata Juanto, Ketua RT 20 Teluk Lerong Ulu. Menurut Juanto, kerusakan jalan sepanjang 200

Baru Diusulkan SAAT ini, Dinas Bina Marga dan Pengairan Samarinda mengajukan 15 Miliar untuk pemeliharaan jalan di APBD P. Selain itu, untuk perawatan drainase diajukan dana Rp 10 miliar dalam APBD P dengan perhitungan tambahan perawatan sedimentasi tinggi di kawasan Vorvoo dan Air Hitam yang semakin parah. “Seperti Air Hitam, sebelum ada perawatan, banjir banyak terjadi. Tetapi setelah ada perawatan, maka banyak masyarakat Samarinda Ulu berterima kasih kepada kita karena banjir berkurang. Nah, ini akan kita anggarkan perbaikan drainase pada APBD P,” pungkas Dadang

Airlangga, Kepala Dinas Bina Marga Samarinda. Tak ada alokasi dana dari APBD, membuat pemeliharaan jalan dan drainase di Samarinda, tak berjalan. Hampir tujuh bulan ini, belum ada paket pekerjaan untuk mengeruk sedimentasi pasir dan lumpur yang menumpuk di parit-parit. Akibatnya, ketika hujan sesaat, parit tak berfungsi optimal untuk menyalurkan air ketika hujan. Hal ini menyebabkan banjir dan jalan raya yang tergenang mudah rusak. Dadang mengatakan kerusakan jalan kini hampir 20 persen dari total jalan

meter dari simpang Jl Cendana hingga Gang I Jl Bangris. Ketika banjir, jalan rusak sangat berbahaya. Pengendara tak bisa melihat lubang jalan tertutup genangan air sehingga banyak terjatuh. Sementara itu Kepala Dinas Binar Marga Samarinda Dadang Airlangga ketika disinggung banyaknya kerusakan jalan membuat sejumlah pengendara kecelakaan makan korban jiwa dan luka-luka, menjelaskan hal tersebut ditangani bersama instansi terkait seperti Dinas Perhubungan dan Satuan Lalu Lintas Polresta Samarinda. Saat ini, pemerintah mencoba menutup jalan rusak

hanya lubang-lubang kecil. “Tetapi kalau lubang besar masih kita inventarisasi. Karena menutup lubang besar makan biaya besar,” katanya. Penanganan penutupan jalan rusak yang berlubang tahun 2011 disebut lebih sulit daripada tahun sebelumnya. “Aturan baru tidak lebih longgar yang lebih dulu. Dulu bisa dana perbaikan jalan bisa didahulukan dengan catatan persetujuan DPRD, tapi sekarang tidak bisa. Harus melalui DIPA jika tidak, maka kegiatan tidak bisa dilaksanakan. Aturan sekarang lebih ketat termasuk PP No 54 Tahun 2010 dan aturan Kementerian Dalam Negeri serta aturan Kementerian Keuangan,” katanya. (min)

sepanjang 536 Kilometer yang harus dirawat. Kondisi ini bisa bertambah parah dengan tidak adanya perawatan drainase. “Kerusakan drainase minim, hanya saja sedimentasi yang tinggi. Schedule kita normalnya setiap tiga bulan sekali harusnya ada perawatan. Tapi kondisi kita sejak triwulan III tahun lalu atau tujuh bulan tanpa perawatan,” katanya. Dadang menjelaskan sedimentasi tinggi dari air hujan membawa pasir dan lumpur karena tipologi daerah Samarinda. Aliran air yang tersumbat diperparah dengan ada penyumbatan sampah dan pipa PDAM closing di dalam parit. Penyumbatan parit ini akibat dampak pembangunan dan

tak bisa hanya satu faktor saja penyebabnya. “Pembangunan tidak jalan sendiri terlibat tiga domain, masyarakat, swasta sebagai pelaku dan pemerintah sebagai pembina sekaligus regulator. Selain itu tingkat curah hujan tinggi juga menjadi penyebab,” kata Dadang. Untuk mengatasi hal tersebut, tim banjir dioptimalkan untuk cek parit buntu ketika hujan. “Kita mencoba mengelminir tingkat kerusakan jalan dengan optimalkan tim banjir. Kalau banjir,tim ini cek parit-parit buntu untuk dikeruk, sehingga air langsung masuk ke polder. Karena salah satu kerusakan jalan karena parit buntu,” katanya. (min)

Kejari Selamatkan Rp 1,876 Miliar

● Dari Kasus Bansos Persisam dan Pengadaan Hewan Sapi SAMARINDA, TRIBUN - Pada tahun 2011 ini, Kejaksaan Negeri (Kejari) Samarinda berhasil menyelamtkan uang negara sebesar Rp 1,876 miliar. Uang tersebut berasal dana Bantuan Sosial (Bansos) Persisam dan proyek pengadaan hewan sapi di lingkungan Pemkot Samarindayang telah disidangkan Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Samarinda. “Memang kasus lama, atau sejak 2010 lalu. Tapi kan ini berbicara penyelamatan uang negara yang kita peroleh di 2011, makanya kami sebutkan penyelamatannya di 2011. Dua kasus itu (Bansos Persisam dan Sapi) sudah diputus di PN. Karenanya uang yang telah

CMYK

diselamatkan dikembalikan ke kas daerah, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya,” kata Kepala Kejari Samarinda Sugeng Purnomo, belum lama ini. Dijelaskannya, dalam kasus Persisam, majelis hakim PN telah memvonis mantan Manajer Persisam Aidil Fitri satu tahun penjara dengan nilai kerugian Rp 1,76 miliar. Sedangkan dalam kasus pengadaan sapi, PN memvonis dua terdakwa Marwoto dan Zainuddin (keduanya mantan Kabag Sosial Pemkot), dengan kerugian negara Rp 100 juta. “Memang baru dua kasus itu yang sampai incracht, kasus lain memang masih banyak

tapi kan masih belum berkekuatan hukum tetap. Mudah-mudahan saja kasuskasus korupsi akan terus bisa kita ungkapkan, sehingga uang negara bisa kita selamatkan, dan disetorkan kembali ke kas daerah,” ujarnya. Disinggung soal teknis penggunaan uang yang bekas korupsi. Sugeng mengaku tak mengetahui teknisnya. Dia hanya mengatakan, Kejaksaan hanya menyetorkan dana itu ke Kas Daerah, teknis penggunaannya adalah lembaga berwenang. “Bisa saja dipakai untuk membangun infrastruktur atau apapun, banyak lah penggunaannya intinya. Dan saya pikir kalau masuk dalam

kas daerah, maka panitia anggarannya nanti yang berwenang mengatur teknis penggunaannya bagaimana dan seperti apa. Jadi kalau tanya soal teknis, silahkan tanya sama panitia anggaran mereka,” terangnya. Sekedar diketahui, khusus untuk kasus dana bansos Persisam, saat ini Kejari masih belum melimpahkan berkas dua dua tersangka. Mereka adalah Arna Effendi, Kristonowo. Kejari beralasan, pihaknya masih melakukan review atau perhitungan ulang terhadap kerugian negara, setelah adanya fakta baru di sidang putusan mantan manajer Persisam Aidil Fitri beberapa bulan lalu. (aid)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.