radar edisi 7-9 Mei 2012

Page 70

22

SENIN, 7 MEI 2012 / 15 JUMADIL TSANI 1433 H

JATI DIRI Inspirasi dari si Buta CHEN Guangcheng barangkali adalah Karim dalam The Blinding Absence of Light. Tak ubahnya Karim yang dalam novel karya penulis Maroko Tahar ben Jelloun tersebut dikisahkan ditahan bersama sejumlah orang lain di sebuah sel gelap, Chen menemukan cahaya dalam kebutaannya, memperoleh kemerdekaan di balik penjara. Karena itulah, Chen yang tengah menjadi sorotan dunia setelah berhasil lari dari tahanan rumah dan sempat enam hari bersembunyi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing tersebut menumbuhkan harapan. Karena itu pula, ayah satu anak yang dijuluki ”pengacara rakyat” tersebut menebarkan inspirasi. Sebab, dia tak menjadikan keterbatasan sebagai alasan untuk menyerah. Pria kelahiran 12 November 1971 yang kehilangan penglihatan sejak usia belia tersebut malah mengubah keterbatasan menjadi senjata untuk melawan. Chen juga pengingat buat sebuah negara seperti Tiongkok bahwa pertumbuhan ekonomi yang mengagumkan tak lantas membuat semua perkara menjadi beres. Ada kebutuhan hakiki yang tak bisa diabaikan kendati perut telah terisi: kebebasan bersuara. Dan, Chen mempertaruhkan lebih dari separo hidupnya untuk itu. Dengan segala risiko: diawasi, dipukuli, dan dibui. Di rumahnya di Dongshigu, Provinsi Shandong, tempat dia dikucilkan selepas empat tahun dipenjara, bahkan sekadar menerima tamu bisa jadi urusan panjang. Memang ada yang mencibir bahwa AS berada di belakang pembangkangan Chen itu. Sebuah tuduhan yang rasanya bisa kita dengar di mana saja. Demonstrasi menuntut pemilu bersih di Malaysia yang marak belakangan juga dihinggapi tudingan serupa. Padahal, Chen melawan jauh sebelum Washington mendengar namanya. Dengan berani dia menuntut pengembalian pajak ilegal atas warga cacat serta membongkar praktik aborsi dan razia brutal demi kesuksesan program keluarga berencana di Tiongkok. Karena itu, kalau sekarang banyak pihak yang bersimpati, termasuk AS, itu adalah buah perjuangan Chen, bukan sebaliknya. Kalau kemudian Chen memilih bersembunyi di Kedubes AS saat melarikan diri dari kediamannya, jangan-jangan itu hanyalah simbol: Harus diakui, saat ini hanya Negeri Paman Sam itulah yang mampu menandingi kekuatan ekonomi dan politik Negeri Panda. Terbukti, berkat desakan Washington, Beijing berjanji melindungi hak-hak sipil Chen dan keluarganya. Memang masih harus ditunggu apakah Beijing tulus dengan janji-janji itu. Namun, kita yakin, kalaupun janji-janji itu dilanggar, Chen akan tetap melawan. Kobaran semangatnya itu pula yang semoga membuat kian banyak orang di Tiongkok bergerak untuk menyadarkan mereka yang berkuasa bahwa kebebasan atas nama apa pun tak boleh dibungkam. (*)

Indikator Kesuksesan Pilkada P

EMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Kota Tasikmalaya tanggal 9 Juli 2012, merupakan event penting dalam proses suksesi kepemimpinan di Kota Santri ini. Pilkada kali ini, juga merupakan satu-satunya cara merestrukturisasi dan merevitalisasi kepemimpinan dalam kelembagaan-kelembagaan politik yang paling damai. Dalam terminologi resmi menurut UU Pemilu, pemilihan walikota/bupati merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat. Artinya, melalui pemilihan kepala daerah, rakyat menyampaikan aspirasinya, kehendaknya, dan menyerahkan mandatnya kepada pihak lain untuk menyelenggarakan pemerintahan (membangun dan melayani masyarakat) secara demokratis. Dengan bahasa yang lebih lugas, pemilihan walikota merupakan bentuk lain dari ”kontrak sosial” dalam rangka mencegah terjadinya perebutan kekuasaan yang bisa melahirkan anakisme. Itulah setidaknya yang menjadi harapan normatif dalam kehidupan bernegara dan berpemerintahan. Bahwa dalam prakteknya, hal itu sering jauh dari kenyataan, itu merupakan dua persoalan yang berbeda. Boleh jadi, karena itulah banyak pihak membuat prediksi dan kalkulasi, akankah berlangsung sukses atau gagal. Untuk menentukan kesuksesan penyelenggaraan Pilkada Kota Tasikmalaya, setidaknya, ada beberapa indikator, diantaranya; pertama, indikator kedemokratisan, kedua, keberadaban, dan ketiga keber-

Oleh: kualitasan. Pilkada Kota luber jurdil (langsung, Tasikmalaya, dapat dikataumum, bebas, rahasia, jujur, DEDE RAHAYU kan demokratis apabila sedan adil). mua rakyat, yang telah meSelanjutnya, pemilihan menuhi syarat, diberi kesempatan yang walikota dapat dikatakan berkualitas, apasama untuk menentukan pilihannya, tanpa bila setidak-tidaknya, memenuhi 3 prinsip ada intervensi, mobilisasi, intimidasi dari utama, yaitu adanya jaminan; keterwakilan, pihak manapun. Karena itu, pemilihan waliakuntabilitas, dan legitimasi. Keterwakilan, kota akan menghasilkan representasi-reartinya siapa pun yang akan menduduki presentasi rakyat untuk menyelenggarakan jabatan-jabatan politik harus benar-benar pemerintahan guna memenuhi kepentingan merupakan representasi rakyat. Maksudnya, rakyat. Inilah yang selama ini dikenal dengan yang bersangkutan benar-benar dipilih oleh istilah demokrasi, sebagai pemerintahan dari rakyat. Rakyat mengenal betul siapa yang rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. akan mewakili dirinya, sebagaimana lazimKalau lembaga-lembaga representasi raknya dalam pemilihan walikota menggunakan yat (legislatif ), masih tak menyuarakan sistem distrik. Persoalan akuntabilitas, measpirasi rakyat dan tak bertindak untuk dan rupakan persoalan yang rumit. Sebab, tradisi atas kepentingan rakyat, sulit dikatakan transparansi kita masih sangat rendah, terbahwa pemilihan kepala daerah Kota Tasikutama kalau sudah menyangkut soal dana malaya, berlangsung secara demokratis. dan posisi. Yang terjadi, atas nama politik, Begitu pula, adanya penetapan kontrak semua sering dianggap absah dan boleh, politik antara rakyat dengan pemenang meskipun berada di luar fatsoen politik yang pemilihan walikota nanti, hingga kini masih sepatutnya. menjadi perdebatan yang cukup seru. Maka, Kalau semua syarat tersebut dipenuhi patut pula dipertanyakan, tingkat kedenoda, maka sulit diharapkan lahirnya mokratisin sebuah pemilihan walikota. legitimasi publik. Kalau legitimasi publik tak Pemilihan walikota, dapat dikatakan beradab ada, maka kecil kemungkinannya stabilitas apabila terselenggara dalam koridor sopanpemerintahan akan terjamin. Kalau stabilitas santun, terbebas dari berbagai stigma buruk, tak terjamin, mustahil roda pembangunan seperti mencuri start kampanye, berlaku dapat digerakkan sesuai dengan harapan dan curang, dusta, dan khianat, baik kepada diri makna pemilihan walikota, sebagai sarana sendiri, sesama peserta pemilihan walikota, kedaulatan rakyat. Jadi, peta pemilihan wapihak-pihak lain, maupun konstituennya likota Tasikmalaya, tampaknya masih tetap sendiri. Inilah yang lazim disebut sebagai buram, meskipun tetap harus dilaksanakan,

mengingat tak ada pilihan lain yang lebih baik, tertib, dan damai. Tetapi, kita semua tentunya berharap banyak, semoga pemilihan walikota Tasikmalaya tahun 2012 ini dapat berlangsung lancar dan damai. Hal inilah, kiranya yang perlu kita sadari bersama, berupaya meletakkan kepentingan daerah yang lebih besar, dengan pembangunan kesejahteraan masyarakatnya daripada hanya memenangkan kepentingan kelompok atau pribadi. Juga mempunyai makna adanya kesadaran kebersamaan antara para elit daerah dan seluruh stakeholder. Untuk saling mengakui kelebihan maupun kelemahan masing-masing, sehingga adanya saling mendukung terhadap siapapun yang berhasil jadi pemenang. Hal ini, sesungguhnya, sebagai sikap kedewasaan dalam melihat permasalahan daerah, yang merupakan sikap kenegarawanan. Bukan sikap yang memperlakukan bahwa daerah akan kiamat, apabila dia dan kelompoknya, tidak berhasil meraih kemenangan dalam pemilihan ini. Hal ini, perlu kita sadari dengan bersikap lebih dewasa, sehingga tak mudah terprovokasi ataupun memprovokasi. (*) Dosen di STT YBSI Tasikmalaya, STMIK DCI Tasikmalaya, dan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Budi Bhakti Bekasi, Pengurus DPC Granat Kota Tasikmalaya, dan DPD KNPI Kota Tasikmalaya.

Ketika Mereka Tak Lagi Telantar KUMUH, bau pesing di sana-sini, dan sampah berserak dimana-mana menjadi pemandangan lazim dari sebuah bangunan tua di tepi Jalan By Pass Ir H Djuanda, Tasikmalaya. Dindingnya banyak lubang dan coretan-coretan arang hitam. Jika malam tiba, suasananya sangat gelap, kecuali beberapa lampu penerangan yang masih tersisa. Lampu jalan di depan bangunan itu pun tidak menyala. Kalau hujan, atap sudah pasti bocor. Melihat bangunan itu, siapa pun berpikir jika bangunan bekas terminal Cilembang yang terakhir digunakan lima tahun lalu itu sangat tidak layak untuk ditempati. Tapi siapa menyangka, di balik bangunan kumuh dan tua itu ada sebuah yayasan sosial di dalamnya. Ya, sebuah yayasan sosial yang serba sederhana, terbatas dan minimalis untuk merehabilitasi penderita psikotik, atau yang lazim kita sebut (maaf) orang gila. Yayasan itu bernama Keris Nangtung. Sebelum tiga tahun lalu, jalan-jalan di kota Tasikmalaya banyak ditemui orang terlantar yang menderita gangguan jiwa. Kehadiran mereka seringkali meresahkan warga, karena pakaian mereka yang lusuh compang-camping, tubuh yang bau, kotor, dan sering berbicara sendiri. Sehingga tidak heran jika banyak warga yang selalu menjauh ketika bertemu, atau bahkan mengusirnya. Namun sejak 2008, jalan-jalan di Tasikmalaya sangat jarang ditemui ”orang gila.” Adalah Dadang Heriyadi (42), bersama dua orang temannya, Taufik dan Ahmad Rovi (45) yang berperan dibalik ”pembersihan” jalanan dari orang-orang ”tidak waras.” Merekalah

pencetus sekaligus pendiri yayasan ini. Mereka bukan pegawai pemerintah, hanya warga biasa. Berawal ketika suatu hari Dadang melihat seorang penderita gangguan jiwa sedang mengambil sisa-sisa makanan dari tumpukan sampah yang diurainya, lalu dilahapnya. Rasa getir sekaligus iba muncul seketika. ”Karena mereka juga manusia. Kenapa tidak ada perhatian untuk mereka. Mereka bisa kembali normal jika diberi perhatian,” kata Dadang mengisahkan awal didirikannya Keris Nangtung. Dadang lalu mengajak temannya, Taufik dan Rovi membentuk yayasan. Bagi Dadang, mengurusi penderita psikotik menjadi pilihan hidupnya untuk mengabdi pada kemanusiaan, hanya dengan bermodalkan Sajuta (Sabar, Jujur, Tawakal). Demi amal kemanusiaan mengurusi orang-orang ini, pria bersahaja ini harus ”menggadaikan” enam tahun profesinya sebagai karyawan outsourcing di PLN. Beruntung istri dan keluarga Dadang mendukung ”langkah aneh”-nya meski penuh kecemasan di awalnya. Sejak didirikan tiga tahun lalu, sudah 300 lebih penderita psikotik yang diambil dari jalanan kota Tasikmalaya. Tak kurang dari 100 orang yang sudah kembali sadar dan kembali kepada keluarga mereka. Sebagian lagi ada yang kabur. Saat ini masih ada 84 penderita psikotik yang masih ”nyantri” di Keris Nangtung. Mereka menempati enam kamar bekas kios-kios berukuran 5x6 meter dan 6x8 meter. Sejak tidak lagi digunakan sebagai terminal tahun 2006, bangunan seluas 2 hektar ini pernah disalahgunakan masyarakat menjadi

lokasi prostitusi liar. Banyak kios yang berubah menjadi “café” remang-remang, sehingga awal 2008 pemerintah kota Tasikmalaya membongkar paksa cafe-cafe tersebut. Bekas kios-kios itulah yang dipakai sebagai kamar ”para santri.” ”Bangunan ini banyak rumput ilalang dulunya. Pernah dipakai sebagai cafe remang-remang sampai akhirnya dibongkar paksa petugas dan atapnya dihancurkan. Ya untuk dakwah juga, maka saya pakai untuk yayasan. Saya bersihkan, dibuatkan pagar bambu dan atap dibuat dengan bahan apa adanya supaya tidak dipakai lagi untuk prostitusi,” cerita Dadang. Setiap hari, pengurus Keris Nangtung membina mereka tanpa segan. Memberi makanan, olah raga, musik, sampai pengajian. Entah, mereka ini paham atau tidak ketika dikuliahi pengajian. Bahkan, tidak segan para pengurus juga memandikan mereka setiap pagi, diberikan pakaian yang lebih layak dan kamar-kamar mereka selalu dibersihkan. Selain Dadang, Rovi, dan Taufik, ada enam orang lain lagi yang membantu mengurus. Beberapa pengurus malah dulunya ”alumni” yang juga ”menyantri” di yayasan ini. Setelah kembali sadar, mereka lebih mengabdikan diri untuk ikut membina daripada kembali ke keluarganya. ”Kami butuh tempat yang lebih leluasa untuk aktivitas. Kalau di sini bekas terminal, mereka banyak menganggur, dan tidak layak untuk rehabilitasi sebenarnya. Para ”orgil” itu perlu aktivitas yang nantinya mempercepat kesembuhan mereka,” demikian

harapan Dadang. PERLU KEPEDULIAN LEBIH Pada dasarnya, para penderita sakit jiwa juga adalah bagian dari masyarakat, hanya status sosial mereka berada pada tingkat yang paling rendah. Oleh karena itu, mereka seringkali tersisihkan dari kehidupan karena dianggap tidak lagi berguna. Sebagai lembaga kemanusiaan, Dompet Dhuafa sangat mengapresiasi kerelawanan dan kepedulian Yayasan Keris Nangtung mengurusi para penderita penyakit jiwa ini. Apresiasi ditunjukkan dengan membantu subsidi biaya operasional Rp8 juta per bulan, dan mendirikan bangunan yang lebih layak untuk pusat rehabilitasi psikotik. Pusat rehabilitasi senilai Rp 500 juta ini nantinya akan dipinjamkan kepada Yayasan Keris Nangtung untuk pemberdayaan para psikotik. Namun demikian, usaha membantu para penderita penyakit jiwa ini, tentu memerlukan kesediaan dan kerelawanan banyak pihak dan bahu membahu. Tidak cukup Dompet Dhuafa. Karena hakikatnya, mereka adalah kelompok dhuafa yang perlu bantuan dan bimbingan agar dapat kembali hidup normal dan menjalani aktifitas sebagaimana manusia lainnya. Jangan biarkan mereka terlantar dan terbuang. Salurkan kepedulian Anda guna menyembuhkan mereka. Salurkan kepedulian Anda melalui rekening BCA 237.3111.180; BSM 004.019.1111; Bank Muamalat Indonesia 000.1264.184 atas nama Yayasan Dompet Dhuafa Republika. (*)

Pendiri: H Mahtum Mastoem (Alm). General Manager: Dadan Alisundana. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Ruslan Caxra. Redaktur Pelaksana: Usep Saeffulloh. Asisten Redaktur Pelaksana Pracetak: Midi Tawang. Koordinator Liputan: M Ruslan Hakim. Redaktur: Tina Agustina, Nancy AQ Mangkoe, Farid Assifa. Asisten Redaktur: Candra Nugraha, Asep Sufian Sya’roni, Irwan Nugraha. Penanggung Jawab Web: Husni Mubarok. Reporter: Dede Mulyadi, Yana Taryana, Permana, Lisna Wati, Rina Suliestyana, Lisan Kyrana, Slamet Wahyudi Yulianto. Singaparna: Sandy Abdul Wahab. Karangnunggal: Ujang Yusuf Maulana. Ciamis: Iman S Rahman. Pangandaran: Nana Suryana. Banjar: Kukun Abdul Syakur (Kepala Biro). Wartawan Luar Negeri Melalui Jawa Pos News Network (JPNN): Dany Suyanto (Hongkong). Sekretaris Redaksi: Lilis Lismayati. Pracetak: Achmad Faisal (koordinator), Sona Sonjaya, Husni Mubarok, H Yunis Nugraha. IT: Harry Hidayat. Iklan: Agustiana (Manager), Nunung, Reska (administrasi), Devi Fitri Rahmawati, Jamal Afandy. Iklan Perwakilan Jakarta: Yudi Haryono (081320279893), Azwir, Eko Supriyanto, Mukmin Rolle, Arief BK, Asih. Pemasaran dan Pengembangan Koran: Dede Supriyadi (Manager), Asep H Gondrong, Yadi Haryadi, Toni, Dani Wardani. Djalu Dwi Martanto. Promosi dan Event: M. Fahrur, Sarabunis Mubarok. Keuangan: Nina Herlina (Manager), Novi Nirmalasari (Accounting) Rina Kurniasih (Inkaso), Tatang (Kolektor). Diterbitkan: PT. Wahana Semesta Tasikmalaya. Percetakan: PT Wahana Semesta Java Intermedia. Komisaris Utama: H. M. Alwi Hamu, Komisaris: Lukman Setiawan, Dwi Nurmawan. Direktur Utama: H. Suparno Wonokromo. Direktur: Yanto S Utomo. Alamat Redaksi/Pemasaran/Iklan/Tata Usaha/Percetakan: Jl. SL Tobing No. 99 Tasikmalaya 46126, Telp. 0265-348356-57, Fax. 0265- 322022, email: radar.tasikmalaya@gmail.com. Perwakilan Cirebon: Jl. Perjuangan No.9 Cirebon Tlp: (0231) 483531,483532,483533, Perwakilan Bandung: Jl. Margahayu Raya Barat Blok SII no.106 Bandung Telp. 022-7564848, 08182398875 (Sofyan), Perwakilan Jakarta: Komplek Widuri Indah Blok A-3, Jl. Palmerah Barat No. 353, Jakarta 12210, Telp. 021-5330976, HP: 081320279893. Tarif Iklan: hitam putih Rp28.000/mm kolom, warna (Fc) Rp38.000/mm kolom, iklan baris Rp15.000, iklan halaman 1 (fc) Rp76.000/mm, iklan bw halaman 1 (bw) Rp56.000/mm , No. Rekening: 0520110944 - BANK SYARIAH MANDIRI Cabang Tasikmalaya, 0007245361001 - BANK JABAR BANTEN Cabang Tasikmalaya, an. PT Wahana Semesta Tasikmalaya. Referensi Semua Generasi

Isi diluar tanggung jawab percetakan

SEMUA WARTAWAN RADAR TASIKMALAYA SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL ATAU SURAT TUGAS, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APAPUN DARI NARASUMBER.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.