radar edisi 7-9 Mei 2012

Page 66

18

SENIN, 7 MEI 2012 / 15 JUMADIL TSANI 1433 H

Yoga Ditemukan Mengambang Balawista Ingatkan Wisatawan Jangan Berenang di Zona Bahaya PANGANDARAN – Yoga Satria Nugraha (18), pelajar SMA Pasundan Bandung yang hilang terseret arus di kawasan pos 4 penjaga pantai sejak Kamis (03/5) sore akhirnya ditemukan Sabtu (05/5) pagi sekitar pukul 08.30. Korban ditemukan nelayan sekitar 400 meter dari kawasan pos 3 penjaga pantai. Jasad Yoga kali pertama ditemukan Tumino (53), nelayan asal Dusun/Desa Wonoharjo saat membuang jaring. Waktu ditemukan, jasadnya sudah mengambang. “Ada benda terapungapung, sewaktu didekati perahu, benda itu ternyata mayat, lalu saya buru-buru ke darat dan melaporkan ke petugas Balawista,” tuturnya. Mendapat laporan dari Tumino, petugas Balawista, Pol Air dan Polsek Pangandaran yang saat itu tengah mempersiapkan pencarian langsung menuju lokasi penemuan mayat yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari kantor pusat Balawista. “Kami langsung melakukan pengecekan, beberapa anggota kami dan Pol Air kemudian membawa jasad itu ke darat. Setelah dicek pihak keluarga, ternyata itu jasad Yoga yang kita sedang cari,” tutur Ketua Balawista Dodo Taryana kepada Radar, kemarin (6/5). Dodo berharap, musibah kecelakaan laut yang menimpa Yoga tidak membuat wisatawan takut berenang di Pangandaran. Namun, dia mengingatkan agar pengunjung senantiasa mematuhi rambu-rambu yang ada di pantai. Menurut Dodo, semua kejadian wisatawan tenggelam terjadi di zona berbahaya. “Setiap kejadian laka laut

NANA SURYANA / RADAR TASIKMALAYA

DIEVAKUASI. Beberapa petugas menggotong jasad Yoga Satria Nugraha yang ditemukan seorang nelayan sudah mengambang Sabtu (05/5) pagi.

selalu di lokasi berbahaya, padahal kami sudah wanti-wanti dan peringatkan agar tidak ada aktivitas berenang. Setiap kawasan berbahaya selalu dipasang tanda bahaya berupa bendera merah dan papan bertuliskan larangan berenang,” tutur Dodo. Masih menurut Dodo, lokasi berenang berada di antara pos 1 dan pos 2

penjaga pantai. Sementara area berbahaya berada di antara pos 2 hingga pos 5 penjaga pantai. “Selain tanda larangan berenang di harim laut, kami juga selalu memasang bendera di bibir pantai, jadi kami mohon pengunjung untuk mentaatinya,” kata dodo. Selain larangan berenang di zona bahaya, Dodo juga mengimbau agar

pengunjung menggunakan alat bantu renang, seperti ban dan papan selancar mini yang banyak disewakan. “Selalu pakai alat bantu berenang dan jangan coba-coba memberanikan diri berenang jauh ke tengah, karena arus laut sewaktu-waktu bisa menyeret pengunjung ke tengah laut,” tuturnya. Imbauan Balawista, kata Dodo, se-

lalu disampiakan kepada pengunjung setiap waktu melalui pengeras suara. “Kalau pengunjung mematuhi aturan yang ada di pantai, kemungkinan laka laut akan semakin kecil. Intinya pengunjung harus berhatihati karena berenang di laut beda dengan di kolam yang tidak memiliki arus,” tandasnya. (nay)

Keluarga Korban Histeris ENDANG Sadikin, ayah korban dan kedua kakaknya histeris saat melihat Yoga sudah terbujur kaku. Bahkan, Endang harus dievakuasi dari kamar mayat Puskesmas Pangandaran karena jatuh pingsan saat melihat jenazah anak keempatnya tersebut. Kepada Radar Endang mengaku sangat kehilangan Yoga. Di mata keluarga, kata dia, Yoga anak yang shaleh dan rajin membantu orang tua. “Dia anak yang shaleh. Setiap pulang sekolah selalu membantu ibunya berjualan di warung, bahkan dia rela gak kuliah yang biayanya mahal demi ibunya naik haji,” tuturnya. Endang mengaku telah mengihklaskan kepergian salah satu anaknya itu. Dia berharap Yoga mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah. “Saya ikhlas, walaupun saya tadi sempat tak kuasa melihat dia di kamar mayat,” tuturnya berlinang air mata. Sementara itu, Ridwan — kaka Yoga — mengharapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) turut membantu proses pemulasaraan jenazah Yoga. Dia mengaku kecewa saat mendengar kematian adiknya tidak mendapatkan asurasi karena tidak membeli tiket masuk. “Memang mereka masuk tidak beli tiket, itu karena mereka dibujuk tukang beca. Ini tentu bukan salah mereka, harusnya petugas lebih proaktif saat melihat pengunjung masuk gerbang,” tuturnya. (nay)

Lagi, Dua Pelajar SMP Kepergok Beli Miras Pantai Timur Tempat MUI dan Polsek Pangandaran Gelar Razia Miras PANGANDARAN – Peredaran minuman keras (miras) di Pangandaran sudah sangat mengkhawatirkan. Bukan saja orang dewasa yang mengonsumsi barang haram tersebut, sejumlah pelajar kini disinyalir menjadi pecandu miras oplosan. Hal ini terbukti saat MUI Kecamatan Pangandaran bersama Polsek Pangandaran menggelar razia miras, Sabtu (5/5). Belasan pelajar kedapatan mengonsumsi miras, termasuk dua pelajar SMP yang kepergok membeli miras oplosan di salah satu warung jamu. “Saya menyaksikan sendiri banyak pelajar membeli miras. Saya perhatikan dalam setengah jam saja belasan remaja membeli miras. Bahkan, tadi terbukti waktu kita razia di warung jamu, ada dua pelajar SMP membeli miras. Ini sangat menyedihkan, bagaimana masa depan generasi anak kita?,” tutur Asep Jahiri, Koordinator Razia Miras kepada Radar, kemarin (6/5). Asep mengaku prihatin atas maraknya peredaran miras di Pangandaran. Dia

nana suryana / radar tasikmalaya

BELI MIRAS. Dua remaja yang diduga pelajar SMP ditemukan sedang membeli minuman keras oplosan saat razia miras, Sabtu (5/5).

mengaku setiap hari menemukan pesta miras oleh sejumlah remaja di tepi pantai. “Setiap malam saya keliling di pantai, selalu ada saja yang minum (miras),” tutur Asep. Dikatakannya, murahnya harga miras op-

losan membuat para pelajar mampu membelinya dengan uang saku mereka. “Harganya cuma Rp 10 ribu, ya jelas saja banyak anak-anak sekolah yang beli,” tuturnya. Asep mengharapkan, para orang tua

siswa lebih mengawasi anak-anaknya dalam bergaul. Dia juga mengharapkan tindakan tegas dan upaya dari pihak sekolah untuk memantau pergaulan anak didiknya. Sementara itu, pengurus MUI Kecamatan Pangandaran Ustadz Nana Nasirin mengimbau agar para penjual jamu jangan menjual miras. “Lebih baik jualan jamu saja, jangan meracuni dengan barang haram. Sebelum razia ini, kami sebetulnya sudah memberikan peringatan kepada para penjual jamu agar tidak menjual miras, tapi mereka tetap bandel, akhirnya kami bersama-sama aparat berwenang melakukan tindakan penyitaan,” tuturnya. Tian (30) salah seorang penjualan jamu di kawasan Parapaan Ajo Jalan Kidang Pananjung mengaku dalam sehari bisa menjual miras minimal lima puluh kantong plastik. Dia mengaku, miras oplosan jenis gingseng itu dipasok dari Tasikmalaya. Saat diintrogasi warga, dia mengelak menjual miras kepada anak sekolah. “Kalau pelajar yang beli kami tidak kasih,” tuturnya. Dalam razia di warung jamu itu, polisi berhasil menyita 32 kantung plastik dan dua ember besar berisi ginseng. (nay)

Pesta Miras dan Pacaran

PANGANDARAN – Petugas Polsek Pangandaran, Koramil Pangandaran dibantu warga dan pengurus MUI melakukan pembubaran paksa terhadap sejumlah remaja yang melakukan pesta miras di Lokasi pantai kawasan pantai timur, Sabtu (5/5) malam. Retimur sangat gelap, sehingga maja yang berpacaran di tempat tersebut juga banyak anak-anak yang turut dibubarkan. minum (miras) di sana, Dalam kegiatan tertermasuk juga yang sebut, tiga kendaraan polisi diterjunkan. Seberpacaran sampai jumlah anggota berkelewat batas.” sama-sama warga menyisir kawasan pantai timur mulai dari kawasan Lapang Katapang Doyong hingga kawasan tempat Pelelangan Ikan (TPI). “Lokasi pantai timur sangat gelap, sehingga banyak anak-anak yang minum (miras) di sana, termasuk juga yang berpacaran sampai kelewat batas,” tutur Asep Jahiri kepada Radar kemarin (6/5). Asep menuturkan, saat dibubaran, ditemukan banyak remaja berpesta miras. Beberapa diantaranya berpacaran di tempat gelap dan berlindung di balik bebatuan. Kapolsek Pangandaran Kompol Sugiyarto SH mengatakan, pihaknya mengharapkan peran semua pihak dalam pemberantasan penyakit masyarakat. “Ini bukan menjadi tugas polisi saja, kita semua harus bekerja sama, saya sangat terbantu dengan adanya masyarakat yang peduli,” tuturnya. (nay)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.