Surya Edisi Cetak 29 Agt 09

Page 18

C M Y K

15

HARIAN SURYA

PAGE 15

OPINI

SURYA, SABTU, 29 AGUSTUS 2009

Jalan Tol Saham Rakyat ANDA gelisah, sakit hati, kecewa, dan ingin berkomentar, merupakan hal yang wajar di era reformasi. Lewat rubrik Dari Pembaca kami membantu mengatasi masalah Anda. Kirimkan ke suratpembaca@suryagroups.com. Sertakan fotokopi identitas Anda (KTP, SIM, dll).Redaksi juga menerima artikel opini dari kalangan masyarakat, baik kalangan akademisi, penggiat LSM, mahasiswa, pelajar, pengamat, maupun kalangan profesional dengan panjang naskah sekitar 6.000 karakter. Kirimkan ke saudari Zera, lewat faks (031) 8414024, surat ke Harian Surya Jl Raya Margorejo Indah Blok D-108 Surabaya atau opini@suryagroups.com.

Pak Polisinya Kok Cuek HARI Minggu, 23 Agustus 2009, tepatnya di Taman Dayu Pandaan, saya mendapat surat tilang dari petugas kepolisian Polres Pasuruan. Karena tidak pernah mengikuti persidangan pelanggaran lalu lintas, akhirnya saya bertanya tentang mekanisme dan waktu sidang. Saat saya bertanya kepada petugas yang menilang saya, yang bernama Bripda Rz dari kesatuan Patwal Polres Pasuruan. Hingga lima kali saya memanggil dan bertanya tapi tidak dihiraukan. Padahal, posisi saya dengan petugas itu sudah berhadapan. Apa karena bulan puasa sehingga pak polisinya puasa bicara juga ya? Yang saya sayangkan kenapa dan di mana institusi kepolisian, khususnya Polantas Polres Pasuruan yang memiliki komitmen untuk melayani dan mengayomi masyarakat, tapi masih kurang bisa melayani masyarakat dengan baik. Mudah-mudahan ini bisa menjadi koreksi, khususnya di Polantas Pasuruan untuk menjadi lebih baik lagi dalam melayani masyarakat. Purwadian S purwa_info@yahoo.com

Mana Martabat Bangsa Indonesia? SETELAH wayang kulit, keris, batik, reog Ponorogo, kuda lumping, kini tari Pendet diklaim Malaysia. Kita seolah hanya diam, tidak melakukan aksi berarti. Akhirnya, budaya luhur itu dikenal oleh bangsa lain sebagai budaya Malaysia. Bahkan kini tiga pulau di Sumatra juga sudah siap dijual. Bangsa Indonesia harus malu jika terus menjadi korban ‘permainan’ Malaysia. Pemuda kita hanya menjadi kuli kasar dengan kedok TKI atau TKW, namun di sini justru dielukan dengan sebutan gelar pahlawan devisa. Pemerintah harus tegas bertindak. Diperlukan sekali saja aksi konkret untuk membuat Malaysia jera. Jika di zaman Soekarno kita berani slogan ganyang Malaysia, tapi kenapa justeru sekarang kita menjadi bangsa yang memble? Kalau terus begini, harga diri dan martabat kita sebagai bangsa akan terus diinjak-injak Malaysia, seperti kerupuk. Mukani Jl P Sudirman 42-A, Mlorah, Rejoso, Nganjuk

Didik Mashudi Wartawan Surya

Langkah melibatkan masyarakat pemilik tanah sebagai pemilik saham menjadi salah satu terobosan untuk mengatasi kebuntuan proses pembebasan lahan yang biasanya berliku-liku.

T

AHAPAN paling krusial pembangunan jalan tol adalah pembebasan tanah karena menyerap sangat banyak energi dan anggaran. Proses pembebasan tanah sering memunculkan konflik kepentingan dengan pemilik lahan sehingga prosesnya molor karena tak kunjung tuntas. Di satu sisi, tanah milik warga yang bakal dilewati jalan tol dibutuhkan negara, di sisi lain pemiliknya memasang harga yang sangat tinggi sehingga dirasakan memberatkan investor. Sebagian masyarakat masih beranggapan kalau jalan tol merupakan proyek yang didanai investor swasta. Padahal, jalan tol merupakan jaringan jalan milik pemerintah yang merupakan bagian dari pembangunan infrastruktur publik. Pembebasan tanah lebih diperumit lagi jika ada spekulan tanah yang ikut bermain mengeruk keuntungan pribadi. Tidak heran, kalau harga tanah Rp 1 juta per meter persegi dalam waktu singkat melonjak sampai Rp 10 juta per m2. Lonjakan harga tanah yang tidak wajar itu mengganggu anggaran pembangunan jalan tol yang naik berlipat-lipat dan menjadi beban tersendiri bagi investor. Masalah ini memang menimbulkan kekhawatiran di pihak investor, termasuk Jasa Marga sebagai operator jalan tol. Karena jika tidak ada penyelesaian, pemilik tanah seringkali bertindak anarkis, misalnya, menutup atau menduduki jalan tol sehingga operasi jalan tol terganggu. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dalam berbagai kesempatan mengakui masalah pembebasan tanah merupakan tahap paling krusial dalam pembangunan

warteg

jalan tol. Padahal, pembebasan tanah itu diperlukan supaya ada kepastian pembangunan jalan. Secara regulasi, pemerintah sudah menyetujui kebijakan land capping, yaitu pembatasan batas atas harga tanah yang akan dibebaskan. Jika ternyata harganya ada kelebihan, harga sisanya ditanggung pemerintah. Namun kebijakan yang merangsang pihak investor itu dirasa belum mampu memenuhi rasa keadilan masyarakat pemilik tanah. Masyarakat selaku pemilik tanah tetap kehilangan tanah yang pernah menjadi tempat gantungan hidupnya. Ada pola lain yang patut dicoba, yakni pembebasan tanah dalam bentuk penyertaan saham bagi para pemilik tanah. Langkah itu berupa pembelian tanah dan ganti rugi bangunan senilai dengan nilai jual objek pajak (NJOP). Biasanya, nilai NJOP itu sudah banyak yang kedaluwarsa sehingga harganya harus melalui negosiasi ulang atau tawar menawar baru. Untuk itu, dalam proses pembebasan tanah ini, pemerintah perlu melibatkan pihak penilai independen yang mampu menaksir harga tanah secara wajar yang menguntungkan kedua belah pihak. Pelibatan penilai independen yang diterima kedua belah pihak ini untuk menghindari konflik kepentingan yang merugikan. Melalui penyertaan saham, pemilik tanah selain tetap mendapatkan ganti rugi tanah dan bangunannya juga mempunyai saham dari hasil sisa kelebihan harga tanah hasil negosiasi. Nilai kelebihan itu kemudian dikonversi dalam bentuk penyertaan saham bagi masyarakat pemilik tanah.

Besarnya saham tentu sangat tergantung luas tanah yang dipergunakan untuk jalan tol. Sehingga nilai saham pemilik tanah seluas 100 m2 tentu berbeda dengan pemilik tanah 1 hektare. Langkah ini sedikit banyak, memudahkan proses pembebasan tanah juga merangsang masyarakat yang tanahnya bakal dipakai jalan tol untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol. Bagi pemerintah sendiri progam ini akan memudahkan mewujudkan pembangunan jalan tol di Jawa sepanjang 191 km. Dengan penyertaan saham, pemilik tanah tentu merasa ada jaminan di masa mendatang tetap mendapatkan keuntungan ekonomis dari penjualan tanahnya untuk kepentingan jalan tol. Pelibatan masyarakat pemilik tanah memiliki saham jalan tol selain memudahkan proses pembebasan tanah sekaligus menekan aneka permasalahan yang biasanya banyak muncul terkait jual beli tanah. Rakyat yang memiliki saham jalan tol secara tidak langsung telah ikut menciptakan perluasan rasa ikut memiliki jalan tol.

DALAM dunia usaha, uang sangat diperlukan sebagai alat pembayaran guna melakukan transaksi jual beli barang. Akhir-akhir ini, uang Rp 1.000 dan recehan sangat sulit didapat sehingga kadang-kadang bila membeli barang, kalau uang recehan tidak ada, diberi kembalian permen. Bisa dibayangkan, bila masyarakat mendapatkan permen atau apa, pasti akan menggerutu : uang kok diganti permen. Memang kelihatan sepele, tapi bila membeli barang berkali-kali, tidak ada recehan, pasti jengkel dan marah. Tidak hanya itu, dalam layanan jasa angkutan, masyarakat ngedumel, karena kondektur bus, misalnya, tidak ada uang receh buat kembalian. Seharusnya, Bank Indonesia sigap akan hal ini. Untuk mendapatkan uang seribuan, jangankan uang baru, uang lusuh saja, sulitnya minta ampun. Herannya, kalau mau memperoleh uang dua ribuan baru, orang harus antre di pos satpam Bank Indonesia, pukul 04.30 pagi hari, dan hanya dijatah 200 nomor. Setiap orang hanya diberi lima lembar uang dua ribuan. Anehnya lagi, banyak calo yang bergentayangan di sekitar Bank Indonesia, menjual uang Rp 2.000-an, jauh dari nilai uangnya. Bank Indonesia, selaku pemilik uang di negeri ini, harus adil dan merata kepada rakyat. Jangan menguntungkan calo-calo itu atau membiarkan orang dalam bekerja sama dengan calo-calo ini untuk keuntungan pribadi. Tolong, bersihkan Bank Indonesia dari praktik-praktik percaloan agar masyarakat tidak berpikiran negatif tentang kinerja yang secara kasat mata banyak penyimpangan. Bersihkan Bank Indonesia dari tikus-tikus berdasi. Mohon tanggapan dari Bank Indonesia. Nama dan alamat pada redaksi

HARIAN PAGI

Pemimpin Redaksi : Rusdi Amral Wakil Pemimpin Redaksi : Sunarko Redaktur Pelaksana : Alfred Lande, Farhan Effendi

Paradigma baru proses pembebasan tanah dalam bentuk penyertaan saham yang melibatkan masyarakat ini selain lebih manusiawi juga tidak meminggirkan pemilik tanah yang mayoritas para petani. Petani yang kehilangan tanah garapannya tetap mendapatkan tambahan penghasilan. Lebih dari itu, pemerintah tidak perlu lagi menerapkan Perpres No 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang dinilai sebagian kalangan pemerhati hak asasi manusia (HAM) banyak sisi negatifnya. Perpres dituding pula menjadi alat semena-mena untuk menghilangkan hak atas tanah dengan tiba-tiba. Meski pemilik tanah memiliki dokumen dan surat yang sah, melalui perpres pemerintah dapat mencabut hak atas tanah tersebut apabila tanahnya digunakan untuk kepentingan umum. Mekanisme pembebasan tanah seperti ini tak ubahnya gaya rezim Orde Baru yang lebih menekankan pendekatan represif dibanding pendekatan manusiawi yang mengedepankan win-win solution. ■

ANDA PUN BISA JADI WARTAWAN - Kirimkan naskah Anda ke e-mail warteg@suryagroups.com dengan subjek ‘Warteg’. Panjang naskah cukup 3.000 karakter. Jangan lupa cantumkan nama, alamat e-mail, alamat lengkap, usia, dan telepon Anda. Sertakan juga foto ilustrasi berita plus foto diri Anda dalam format JPEG. Tulisan yang menarik akan dimuat di rubrik ini. Yang lain, tetap dimunculkan di website www.surya.co.id

Pupus yang Meranggas

Bank Indonesia, Mana Uangmu?

Pemilik tanah yang telah rela menjual tanahnya itu pada akhirnya dapat menikmati hasilnya setiap tahun dalam bentuk semacam sisa hasil usaha (SHU) atau pembagian saham keuntungan yang dapat dinikmati selamanya. Langkah melibatkan masyarakat pemilik tanah sebagai pemilik saham menjadi salah satu terobosan untuk mengatasi kebuntuan proses pembebasan lahan yang biasanya berliku-liku. Untuk menghimpun eks pemilik tanah yang dipakai jalan tol itu, pemerintah di daerah dapat memfasilitasi dengan membentuk wadah semacam koperasi atau paguyuban yang menjadi tempat berhimpun di masing-masing desa atau kecamatan. Dengan memperoleh keuntungan plus itu, dalam jangka panjang dapat menumbuhkan kesadaran para pemilik tanah jika suatu saat tanahnya diperlukan untuk pembangunan jalan tol. Adanya rangsangan dalam bentuk penyertaan saham, membuat pemilik tanah tidak lagi menganggap pembebasan tanah untuk proyek tol sebagai musibah, tapi justru membawa berkah.

MENGANTISIPASI global warming dan efek Oleh Dra Ninik Sirtupi R MPd rumah kaca, setiap insan Indonesia harus segera mengubah perilaku statis menjadi diGuru SMPN 17 dan Ganesha Operation namis. Kalau semula cuek bebek, sejak Malang sekarang memikirkan bagaimana atau apa nsirtufi@yahoo.com yang dilakukan untuk mencegah efek rumah kaca dan pemanasan global ini. Dalam skala kecil, melakukan penghinguap bagai iklan almarhum Basuki tentang jauan di rumah kita. Penulis bangga jika seAntangin JRG ….. wes..ewes…ewes… bablas mua keluarga memprakarsai penanaman angine. Andai budaya ‘sayang tanaman’ ini bunga pot, buah pot, atau toga pot. Penanaditumbuhkembangkan sejak di lingkungan man aneka tanaman itu memiliki makna keluarga, tentulah akan kita peroleh generasi ganda. Indah karena bentuk, ukuran, dan muda yang sayang akan tanaman. warna daun, bunga, maupun buahnya. Masyarakat Bali perlu diteladani. Melalui Hasilnya dapat petik, dan bahkan diperfilosofi agamanya, manusia hidup berdamjualbelikan. Pasokan oksigenpun terpenuhi. pingan dengan hewan dan tanaman karena Dedaunan tanaman itu saling membutuhkan. Tak selain pemasok oksigen heran, setiap keluarga puJika ‘pupus-pupus muda’ juga merupakan filter nya hewan piaraan dan cerdas alami yang mamaneka tanaman bunga. dalam artian generasi pu mengatasi polutan Andai para orangtua muda, memiliki pemahaudara. Aduhai… ngedapmengajak putra-putrinya man tentang manfaat ganda edapi kan karya ilahi itu? menyayangi tanaman yang pepohonan, ‘pupus-pupus muda’ mereka jumpai di mana Tidak hanya di lingkungan rumah tangpun, tanaman itu akan lesyang sesungguhnya, yakni ga, di kantor-kantor pun tari. Melalui dongeng sebededaunan pepohonan akan berdemikian. lum tidur, dialog dalam setumbuh, dan pada gilirannya Sekolah juga mempertiap berinteraksi, bahkan menghijaukan dunia. oleh pembagian jatah saat berekreasi, bahwa kita berbagai tanaman kayu butuh kehadiran tanaman keras seperti ‘setekan’ sebagai pabrik pemasok okpohon kayu putih, kemiri, mangga, dan lainsigen dan penyaring udara, penulis yakin lain. Berbagai tanaman keras tersebut setidak ada lagi ‘tangan jahil’ yang iseng mencegera ditanam oleh petugas. Sayangnya, tidak derai daun, bunga, atau bagian lain dari tanadibarengi dengan pemberitahuan dan laraman sehingga menghambat pertumbuhannya. ngan bagi siswa untuk tidak melakukan Dengan demikian, kelak tidak akan kita kekerasan terhadap tanaman ‘baru’ itu. dengar ada orang yang karena iming-iming Yang penulis saksikan dan sesalkan, setiap tertentu sengaja meracuni dan membunuh hari banyak ‘tangan jahil’ siswa (entah sengatanaman di tepi trotoar jalan (yang sengaja ja, cuma iseng, atau semacam ketidakpahaditanam) sebagai jalur hijau. man) yang mengoyak lembar-lembar daun Jika ‘pupus-pupus muda’ dalam artian tanaman. Pupus yang baru tumbuh dengan generasi muda kita sudah memiliki pemahasusah payah (karena setiap hari tukang kebun man tentang manfaat ganda pepohonan, ‘pumerawatnya), hari ini muncul, esok pagi pus-pupus muda’ yang sesungguhnya, yakni sudah koyak, meranggas, atau tiada berbekas. dedaunan pepohonan yang ada di sekitar Melalui mata pelajaran yang penulis ampu, kita pun akan bertumbuh dan berkembang hampir setiap hari penulis juweh memberidengan pesat dan pada gilirannya akan tahukan, baik secara langsung maupun melamenghijaukan dunia kita. lui dongeng betapa tanaman berhak mendapat Dengan hijaunya alam kita, pastilah efek ruperawatan, perlindungan, dan kasih sayang mah kaca dan pemanasan global pun dapat disebagaimana manusia membutuhkannya. atasi bersama-sama. Nah…, akankah kita biarNamun, sejuta kata dan cerita itu mekan pupus-pupus muda itu meranggas? ■

Ubi Jalar Bukan Kelas Dua UBI jalar merupakan Oleh Efata Yohana L salah satu produk pertanian yang lazim Tinggal d Lompobatang, Malang terdapat di Indonesia. efa_mus2nguik@yahoo.com Bahkan, Indonesia merupakan negara kedua terbanyak penghasil ubi jalar, atau yang lazim disebut ketela rambat di daerah Jawa. Sayangnya, ubi jalar masih dianggap makanan kelas dua bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Anggapan tersebut muncul karena kebanyakan masyarakat lebih mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Padahal jika dilihat komposisinya, ubi jalar juga memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, ubi jalar dapat menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok. Belum lagi jika dilihat kandungan kalsium, fosfor, vitamin A serta kandungan lainnya yang cukup tinggi. Pengolahan ubi jalar pun masih sangat terbatas. Belum banyak industri yang mengolah bahan pangan berbasis ubi jalar ini. Padahal, mulai dari limbah batang dan daunnya sudah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Coba Anda bayangkan jika Indonesia dapat memanfaatkannya sebagai komoditi perindustrian. Belum lagi daun-daun ubi jalar merupakan sumber gizi yang cukup tinggi dan dapat diolah menjadi sayur. Ubi jalar itu sendiri, jika dikeringkan dapat difungsikan menjadi tepung ubi jalar. Itu baru pengolahan yang dilakukan di negara yang sedang berkembang. Bagaimana dengan pengolahan ubi jalar di negara maju? Di Amerika dan Jepang misalnya, ubi jalar merupakan komoditi yang sangat berharga bagi sebagian besar industri. Perusahaan minuman raksasa sekaliber Coca Cola menggunakan ubi jalar yang sudah diubah menjadi gula fruktosa sebagai bahan bakunya. Selain itu, masih banyak lagi indutri seperti industri tekstil, kosmetik, farmasi, sirup yang memanfaatkan ubi jalar sebagai bahan bakunya. Dari pemaparan di atas, sungguh keterlaluan jika kita masih menganggap ubi jalar sebagai komoditas ‘kelas dua’. Sangat disayangkan jika Indonesia, sebagai negara terbanyak kedua penghasil ubi jalar, malah menyianyiakan komoditas yang telah dianugerahkan Tuhan ini. Andai kita jeli, kita dapat memanfaatkan ubi jalar yang berlimpah ruah ini untuk kemajuan industri tanah air serta kemakmuran bangsa. ■

Staf Redaksi: Satwika Rumeksa, Tri Yulianto, D Wahjoe Harjanto, Trihatmaningsih, Sigit Sugiharto, Tri Dayaning Reviati, Eko Supriyanto, Junianto Setyadi, Hariyanto, Didik Mashudi, Adi Sasono, Tutug Pamorkaton, Gatot Sunarko, Wahyudi Hari Widodo, Josef Sintar, Endah Imawati, Kistyarini, Adi Agus Santoso, Yuli Ahmada, M Rudy Hartono, Ahmad Pramudito, Joko Hari Nugroho, Wiwit Purwanto, Suyanto, Deddy Sukma, Tantowi Jauhari, Habiburrohman, Kuncarsono Prasetyo, Titis Jatipermata, Fatkhul Alami, Imam Hidayat, Ravianto, Dyan Rekohadi, Amru Muis, Sri Handi Lestari, Yudie Thirzano, Wahyu Nurdianto, Marta Nurfaidah, Dwi Pramesti, Sugiharto, Musahadah, Mujib Anwar, Hadi Santoso, Sudharma Wahyu Adiwijaya. Direktur: Rusdi Amral; General Manager Bisnis-Iklan: Stella Soedibjo, Wakil General Manager Bisnis: Wachid Mukaidori ;Manager Marcomm: Rachmad Hariyanto Biro/Perwakilan: Malang: M Taufiq Zuhdi, Hesti Kristanti, Eko Nurcahyo, Sylvianita Widyawati, Arie Yoenianto Alamat: Jl Sultan Agung No. 4, Malang. Telepon: (0341) 360201 Fax: (0341) 360204. Iklan: fax (0341) 360204, Sirkulasi (0341) 360203 Sidoarjo : Anas Miftakudin, Kediri: Arief Suka Putra, Alamat: Jl Banjaran Gg I/ 131, Kediri, Tlp (0354) 686933, Pasuruan: Jl Dr Wahidin Selatan 180 Pasuruan. Telepon/fax: (0343) 412411, Mojokerto: Doso Priyanto ; Jakarta: Tri Mulyono ; Alamat : Jl Palmerah Selatan 12 Tlp (021) 5483008, Fax: (021) 5495360 Kantor Pusat: Jl Raya Margorejo Indah D-108 Surabaya 60238 Telepon: (031) 8419000, Fax Redaksi: (031) 8414024 Alamat Surat: PO BOX 110 SBWO Surabaya Penerbit: PT Antar Surya Jaya, Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No.202/SK/MENPEN/ SIUPP/A.7/1986 Tanggal 28 Juni 1986. Percetakan: PT Antar Surya Jaya. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan: Iklan taktis min 75 karakter–mak 375 karakter (1 karakter Rp 750); Iklan display/umum (hitam putih) Rp 25.000/mmk, Iklan display/umum (warna) Rp 30.000/mmk; Iklan duka cita Rp 7.500/mmk; Iklan mendesak/duka cita untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 18.00 WIB. Bagian Iklan: Jl Raya Margorejo Indah D-108 Surabaya, Telepon: 031 841 9000, Fax: (031) 8470000 dan (031) 8470500. Manager Iklan Jakarta: Christina MS Indiarti; Alamat: Gedung Iklan Kompas Gramedia, Jl Palmerah Selatan No.15 Jakarta. Telp. (021) 53679599 Ext.6009, Fax (021) 53699150. Bagian Sirkulasi (Langganan): Gedung Kompas Gramedia Lt. 4 & 5 Jl. Jemur Sari No. 64 Surabaya, Telepon: (031) 8419664 (Pelanggan), (031) 8483939, 8483500 (Bagian Sirkulasi) Fax: (031)8479595 - 8478753. Harga Langganan Rp 29.000/bulan, E-Mail Pengaduan: pengaduan@suryagroups.com, Rekening: BCA Cabang Darmo, Rek 088-3835830; Bank BNI Cab. Pemuda, Rek. 0048789714; u Bank Danamon Cab Gubernur Suryo Rek. 0011707361 atas nama PT Antar Surya Jaya. Surya Online: http://www.surya.co.id E-Mail: redaksi@surya.co.id SEMUA WARTAWAN SURYA DIBEKALI TANDA PENGENAL DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER.

C M Y K

HARIAN SURYA

PAGE 15


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.