Surya Edisi 10 Agustus 2011

Page 22

20 Ekonomi Bisnis KURS DOLAR 8.560 8.570 8.580 8.590 8.600 8.610

9/8 22 POIN

8.576 8.581

8.581

5/8

7/8

8.598 8/8

9/8

KURS VALAS MATA UANG

KURS JUAL

KURS BELI

AUD

8,567.05

8,478.80

EUR

12,191.96

12,067.46

SGD

7,015.91

6,940.07

USD

8,598.00

8,512.00

HARGA EMAS

HARGA EMAS 8/8

DOLAR AS/TROY OUNCE 1.707.80

PERKIRAAN PASAR

9/8

1.753.40

(24 KARAT) Rp 486.000/gram

Harga Bersaing, Pasar Atap Metal Bertumbuh SURABAYA - SURYA Sektor properti seakan tak lepas dari teknologi baru seiring perkembangan pasar dan persaingan. Salah satunya produk atap metal yang kini mulai banyak dilirik menggantikan atap genteng atau seng konvensional. Direktur PT Utomodeck Anthony Utomo mengatakan, terus melonjaknya harga bahan bangunan membuat pasar kian berwarna dengan munculnya produk-produk inovasi baru yang mampu menutup kekurangan yang selama ini ada pada produk konvensional. “Terbaru atap metal kini mulai menjadi tren di pasar, baik ritel, pengembang maupun proyek gedung komersial,” kata Anthony di Surabaya, Selasa (9/8). Menurutnya, tren tersebut mulai marak setahun terakhir, dimana tahun ini pertumbuhan pasarnya melonjak sekitar 40 persen. Tingginya permintaan tersebut, selain didasari oleh kualitas bahan, harga yang sebanding

dengan atap konvensional, juga keunggulan pada sistem yang dimiliki, dimana pencetakan barang langsung dilakukan di tempat, khususnya untuk atap tanpa sambung. Ini dilakukan, selain untuk memotong alur distribusi, juga menekan potensi kerusakan barang saat pengiriman, serta mempercepat proses pemasangan. “Jika atap tanpa sambung konsumennya masih terbatas pada gedung, kantor dan pabrik, namun untuk genteng metal mulai banyak dipesan ritel untuk rumah tangga,” jelas Anthony yang mengaku harga jual genteng metal tak sampai Rp 50.000 per meter persegi atau lebih murah dibanding konvensional. Ia optimistis ke depan produk tersebut akan mampu menggeser atap konvensional. Oleh karena ini pihaknya kini gencar menggandeng kalangan pengembang hingga riteler untuk diaplikasikan ke proyek perumahan menengah bawah. ■ dio

Investor Serap 131.915 Naker

► 6 Produsen Sepatu China Masuk Jatim SURABAYA - SURYA IKLIM investasi di Jatim membaik, penyerapan tenaga kerja (naker) diproyeksikan tembus 131.915 orang di sepanjang semester I/2011. Di semester II/2011 diyakini tumbuh minimal 12 persen. Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim, Warso Harisasono mengatakan, pertumbuhan investasi ini jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Semester I/2010 izin investasi yang masuk nilainya hanya Rp 28,73 triliun, semester I/2011 naik menjadi Rp 34,51 triliun. Semester II/2011 optimistis tumbuh minimal 12 persen,” katanya, Senin (8/8). Kenaikan ini terdorong oleh gencarnya promosi Jatim ke berbagai negara. “Kami saat ini sedang mengincar relokasi beberapa pabrik milik Jepang dan Korea yang di China ke Jatim. Pajak dan upah buruh China naik empat kali lipat, harga jual ke konsumen tidak kompetitif. Akibatnya, banyak investor asing di China yang siap hengkang,” jelasnya. Namun, upaya tersebut tidak mudah mengingat Jatim juga harus bersaing ketat dengan Vietnam dan Laos. “Kebijakan penanaman modal di Vietnam dan Laos sangat mendukung investor, mereka menerapkan tax holiday. Meski demikian, Jatim masih unggul infrastrukturnya, juga naker yang berkualitas," yakinnya. Menurutnya, industri terbesar penyerap naker alias padat karya terletak pada industri manufaktur dan industri pengolahan. “Tahun ini kami optimistis ada pengajuan izin investasi baru sampai senilai Rp 92 triliun, baik PMA, PMDN maupun investor daerah. Capaian tahun lalu Rp 82,58 triliun,” katanya. Selama kurun waktu empat tahun terakhir, industri yang paling banyak menyerap naker adalah industri sekelas UMKM dengan nilai investasi di bawah Rp 10 miliar. “Sejak 2008 sampai semester I/2011 totalnya 1,210 juta orang naker. Bandingkan dengan serapan naker dari investasi PMDN 85.006 orang, sedangkan PMA hanya 67.689 orang,” jelasnya. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Irlan Indrocahyo menambahkan, bergairahnya investasi di Jatim ikut mendorong pertumbuhan industri manufak-

tur dengan serapan naker terbesar. “Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan di QI dan QII ini menggembirakan, yakni tumbuh 8,84 persen

RABU, 10 AGUSTUS 2011

dan 5,28 persen, baik industri besar maupun sedang,” jelasnya. Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim, Sutan RP Siregar mengakui, wilayah Jatim kini menjadi incaran investor asing, termasuk di sektor industri alas kaki. Ia pun membuktikan telah masuknya enam investor yakni produsen sepatu asal China dalam tahun ini ke Jatim. Mereka menggandeng produsen alas kaki di provinsi ini untuk diajak kerjasama mendirikan pabrik di Jatim. “Investasinya cukup besar, rata-rata 2-3 juta dolar AS per

pabrik dengan potensi penyerapan tenaga kerja sekitar 2.0003.000 orang,” jelas Sutan. Menariknya, lanjut dia, produksi sepatu tersebut bukan hanya dipasok untuk pasar domestik saja, namun justru lebih banyak diekspor, baik ke China maupun negara di Asia lainnya. Dengan kenyataan itu, ia optimistis produk alas kaki asal Jatim kian menguasai pasar dan diprediksi meningkat signifikan di tahun ini. Tahun 2010 lalu produksi alas kaki asal Jatim kurang dari 350 juta pasang. Tahun ini, ditargetkan mampu mencapai 500 juta pasang. ■ ame/dio

surya/habibur rohman

PABRIK MOBILE - Anthony Utomo (berdiri) menunjukkan proses pembuatan atap tanpa sambungan Utomo Mobile System pada salah satu proyek di Ngoro Mojokerto, Selasa (9/8).


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.