E-paper Surya Edisi 13 Februari 2012

Page 14

12

Sidoarjo-Gresik

SENIN, 13 FEBRUARI 2012

surya.co.id

Gelapkan Motor Berdalih Reuni ■ 2 Teman SMP Mengaku Jadi TNI ■ Korban Tidak Hanya Satu Orang

surya/mustain

GADUNGAN - Erol (kiri) dan Azis menunjukkan seragam TNI yang dipakai mengelabui temannya saat SMP, Minggu (12/2).

sidoarjo, surya - Ignatius Andrian Erol Sipasulta (25), warga Kwadengan Barat, Lemah Putro dan Abdul Aziz, warga Desa Keboguyang, Jabon, Sidoarjo, dijebloskan ke tahanan markas Polres Sidoarjo. Keduanya menggelapkan sepeda motor milik Johanes Tedy (22), warga Perum Griya Permata Hijau, Desa Bligo, Candi. Modusnya, mereka mengaku anggota TNI Angkatan Laut. Polisi menangkap keduanya di rumah masing-masing, Sabtu (11/2) lalu. Itu setelah korban melapor bahwa sepeda motornya bernomor polisi W 6990 RK, dibawa kabur para pelaku, Kamis (5/1) pukul 20.00. Saat itu, Tedy didatangi para pelaku

di rumahnya dengan dalih akan menggelar acara reuni SMP. Maklum, kedua pelaku dan korban pernah sekolah di SMP yang sama. Saat bertemu Tedy, Erol dan Azis mengaku sebagai anggota TNI AL yang bertugas di Tanjung Perak, Surabaya. Mereka bercerita bahwa tugasnya menjadi juru mudi kapal. Tedy percaya begitu saja pada bualan mereka. Apalagi, saat itu keduanya berseragam dinas anggota TNI AL. “Korban lalu percaya dan diajak membuat acara reuni sekolah,” ucap Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Sidoarjo, Ajun Komisaris Andi Sinjaya, Minggu (12/2). Erol lalu membonceng Tedy

MODUS penipuan ■ Para pelaku yang memang teman semasa SMP, memakai seragam TNI AL. ■ Korban diajak keluar bawa motor untuk urus reuni. ■ Motor lalu dibawa kabur. dengan motornya, sedangkan Azis sendirian naik motor yang semula dinaikinya bersama Erol. Ketiganya menuju rumah sejumlah teman semasa SMP di kawasan kota Sidoarjo. Kebetulan, di tengah perjalanan, Tedy ingin kencing sehingga mengajak mampir ke pom bensin di Jalan Mayjen Sungkono. Usai

dari kamar kecil, Tedy terkejut karena dua temannya raib bersama motornya. Polisi akhirnya meringkus mereka berkat laporan Tedy. Menurut Erol, motor itu telah dijual dengan harga hanya Rp 1,5 juta di kawasan Beji, Pasuruan. Uang itu lantas dibagi rata dengan Azis. “Idenya dari Erol. Saya hanya diajak,” dalih Azis saat diperiksa di markas Polres Sidoarjo. Azis mengaku, ide itu disambutnya karena kebetulan menyimpan seragam lengkap anggota TNI AL. Baju seragam ini diperolehnya dari seseorang pada 2009 silam, di Surabaya. Sedangkan Erol mengaku baju seragam TNI yang dipakainya

adalah pemberian kenalannya pada 2011 lalu. “Karena pas, ya saya pakai saja,” ucap Erol yang pernah mendekam 11 bulan di Lembaga Pemasyarakatan Delta Sidoarjo karena kasus pencurian dengan pemberatan. Polisi menyatakan, kasus ini masih diselidiki karena diduga kuat aksi serupa dilakukan terhadap beberapa temannya saat SMP. Apalagi, mereka juga mengaku pernah membawa kabur motor milik temannya, Yamaha Mio dan Mega Pro. “Sekarang kami menelusuri dua sepeda ini dan identitas korban lainnya,” kata Andi. Pelaku dijerat pasal 378 KUHP juncto Pasal 372 tentang penipuan dan penggelapan. (ain)

Diramaikan 10.000 Pesepeda SIDOARJO, surya - Sedikitnya 10.000 pesepeda mengikuti Sidoarjo Fun Bike Car Free Day yang digelar Harian Surya bersama Pemkab Sidoarjo, Minggu (12/2) mulai pukul 05.00. Pukul 06.15, ribuan pesepda dilepas Bupati Saiful Ilah, didampingi Wakil Bupati MG Hadi Sutjipto, Kepala Polres Ajun Komisaris Besar Marjuki dan Komandan Komando Distrik Militer 0816, Letnan Kolonel (Kavaleri) A Miftahuddin dan Pemimpin Redaksi Harian Surya, Sunarko. “Terima kasih kepada Harian Surya yang telah menggelar acara ini,” ucap Saiful saat sambutan. Puluhan komunitas pesepeda sepeda tampak antusias mengikuti acara ini. Misalnya, anggota klub sepeda Gobyos Sidoarjo, Tanto. Ia berharap, acara serupa bisa digelar lebih intens, tidak setahun sekali, hanya pada saat peringatan HUT

Sidoarjo. “Setahun minimal bisa empat kali digelar,” harapnya. Selain anggota komunitas pesepeda, para fotografer amatir juga antusias mengabadikan momen ini. Mereka ikut lomba fotografi dengan obyek seorang model bergaya dengan sepeda Fixie tipe Soloits 77 dan Soloist 02. “Ingin cari obyek yang baru,” ucap Salim, anggota Fotografi Klub Sepanjang Sungai Surabaya (Fokus Susu). Ia datang bersama temannya, Lucy Kusuma Putri. “Saya dua kali ke sini. Kebetulan ada lomba foto, ya ikut,” ucap Lucy. Area Promotion Manager Indonesia Timur United Bike, David Walalangi, menyatakan, lomba foto diikuti 34 peserta. Menurut dia, Fixie tipe Soloist 77 berbahan aluminium dan seharga Rp 2 juta. Sedangkan Soloist 02 seharga Rp 1 juta. (ain)

surya/rudi mulya

SEMARAK - Bupati Saiful Ilah (bersepeda tua) di antara 10.000 pesepeda saat Sidoarjo Fun Bike Car Free Day yang digelar Harian Surya bersama Pemkab Sidoarjo yang juga diselingi peragaan busana daur ulang oleh para gadis model amatir, Minggu (12/2).

Jalan Berlubang Belum Diperbaiki GRESIK, surya - Jalan penghubung Kecamatan Benjeng dengan Pasar Duduksampean, Gresik, rusak parah. Padahal, jalan tersebut menjadi alternatif paling penting karena jika melewati jalur Cerme, sedang ada perbaikan jembatan di Desa Morowudi. Pantauan Surya, jalan yang menjadi tanggung jawab Pemkab Gresik itu banyak berlubang. Apalagi ketika musim penghujan seperti saat ini, ada lubang jalan yang diameternya 3 meter dan sedalam 50 sentimeter. Setiap hari, jalan penghubung Benjeng-Duduksampean itu dilewati angkutan umum dari Benjeng, Duduksampean kemudian ke Pasar Gresik, juga kendaraan pribadi. Gara-gara ada lubang besar, tetapi tertutup genangan air, banyak pengguna jalan yang celaka saat berangkat maupun pulang kerja. “Saat turun hujan, sering kecelakaan di lubang jalan itu,” jelas Suprayitno (53), warga Benjeng saat melintas di jalan tersebut, Minggu (12/2). Guna mencegah kecelakaan, Pemkab Gresik belum membenahi lubang-lubang tersebut, kecuali sekadar memasang per-

Korban Tewas: Jangan Terlalu ke Tengah, Nanti Mati ■ 7 Pelajar Jabon Diseret Ombak Balekambang

surya/sugiyono

RUSAK PARAH - Jalan berlubang hingga berdiameter tiga meter di Desa Sumengko, Kecamatan Duduksampean, Minggu (12/2). ingatan, "Jalan berlubang, harap hati-hati. Tertanda, Dinas PU Gresik’. Namun, ada lubang lain yang juga sangat membahayakan pengguna jalan dan oleh warga sekitar dipasang ban bekas serta peringatan, "Awas Lubang Sangat Dalam’. Selain itu, masih terdapat sedikitnya empat lubang lebar dan sangat dalam yang mengharuskan setiap kendaraan roda empat yang berpapasan,

harus bergantian untuk menghindari lubangan jalan tersebut. Sementara, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Gresik, Tugas Husni Syarwanto, mengatakan, jalan itu rusak setelah ada peralihan lalu lintas terkait perbaikan jembatan Morowudi. “Sekarang masih dalam tahap lelang untuk perbaikan jalan tersebut,” jelas Tugas saat dihubungi melalui telepon selulernya. (st38)

MALANG, surya - Dua pelajar dari Sidoarjo tewas tergulung ombak saat berenang di Pantai Balekambang, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Minggu (12/2). Mereka adalah Ahmad Jubaidilah alias Ubed (17) dan Khusnul Maarif alias Arif (17). Masing-masing pelajar kelas I SMA dan SMK Walisongo, Kecamatan Jabon. Meski sama-sama tinggal di Kecamatan Jabon, namun dua pelajar ini tinggal di desa yang berbeda. Ubed tinggal di Desa Balong Tani, sedangkan Arif di Desa Jemirahan. Menurut Kepala Polsek Bantur, Ajun Komisaris Azwandy, peristiwa itu terjadi pukul 14.00. Saat itu, keduanya bersama lima rekannya berenang di bagian dangkal Pantai Balekambang. Saat ombak besar menggulung tujuh sekawan itu, hanya Ubed dan Arif yang tak bisa menyelamatkan diri. Sementara, dari lima korban selamat, tiga di antaranya berhasil menyelamatkan diri dan dua lainnya diselamatkan warga setempat. “Tetapi sayang, Ahmad Jubaidilah dan Khusnul Maarif

tak terselamatkan dan terus terseret ombak. Jasad mereka menepi sendiri ke dekat pura yang ada di sana. Setelah dievakuasi, jenazah kami bawa ke kamar mayat RSSA,” kata Azwandy, merujuk nama Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang. M Farid (16), salah satu teman korban, mengungkapkan, mereka bertujuh tiba di Balekambang pada Minggu pagi. Dari Sidoarjo, mereka berangkat Sabtu (11/2) malam dengan naik bus dan menginap dulu di rumah seorang kerabat di Kecamatan Pakis. “Selain Ubed dan Arif, yang ikut ke sini saya, Affandi, Dwi Purwanto, Yudi Anoraga, dan Andika. Kami teman sekolah waktu SMP, ke sini untuk liburan dan reuni. Malam sebelumnya tidur di rumah saudara Yudi,” terang Farid. Farid menambahkan, sebelum kejadian, justru Ubed yang mengingatkan keenam rekannya agar tidak berenang terlalu ke tengah. “Sebelumnya, dia bilang ke kami, jangan berenang terlalu ke tengah, nanti mati. Lha waktu itu kami renangnya juga cuma

di pinggir pantai yang dangkal, tetapi tiba-tiba ombak besar datang dan menyeret kami,” imbuhnya. Sementara itu, Affandi, salah satu korban selamat, juga masih terlihat shock dengan kejadian tersebut. Ditemui saat meng-

antar jenazah kedua temannya ke kamar mayat RS Dr Saiful Anwar, Affandi tampak berkaca-kaca mengenang Ubed, sahabatnya. “Sejak SMP, saya paling sering sama Ubed. Biasanya kami main sepak bola bareng, bahkan semalam kami juga sempat main PS (PlayStation), lalu foto-foto di rumah saudara Yudi,” ujar Affandi. (st17)

surya/nedi putra aw

SELAMAT - M Affandi (kiri) dan M Farid, korban selamat dari amuk ombak Pantai Balekambang saat menunggu jenazah dua rekannya di kamar jenazah RS Saiful Anwar, Kota Malang, Minggu (12/2).

Pengabdian Para Juru Kunci Cagar Budaya

Rela Tidak Dibayar, Bekerja Siang Malam Keberadaan para juru kunci di sejumlah cagar budaya tampaknya mesti mendapatkan perhatian sejumlah kalangan di Sidoarjo. Mereka seringkali bekerja tanpa mengenal waktu, bahkan rela tidak dibayar. Inilah kisah juru kunci Candi Pari di Porong dan makam Dewi Sekardadu di Buduran.

S surya/mustain

CAGAR BUDAYA - Makam Dewi Sekardadu di Kepetingan, Buduran, Sidoarjo, yang dijaga oleh juru kunci Samadi (80). join facebook.com/suryaonline

amadi (80), juru kunci makam Dewi Sekardadu di Dusun Kepetingan RT 24/RW 4, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran mengaku tidak menerima honor resmi. Pria yang sudah bercicit ini bercerita, kesehariannya hanya mengandalkan uang pemberian para peziarah makam yang dipercaya menyimpan jasad ibu Sunan Giri, salah satu Wali Songo itu. “Tidak ada gajian. Biasanya

ya diberi dari uang hasil kotak amal yang di makam,” ucapnya, akhir pekan lalu. Meski demikian, Samadi mengaku ikhlas. Setiap hari, Samadi merawat kompleks makam, membersihkan lantai pendapa makam yang berbahan kayu, hingga menyapu lantai sekitar nisan. Ia pun rela bangun malam saat ada peziarah berkunjung malam hari. “Rumah saya sering diketuk malam

hari, diajak peziarah pergi ke makam,” cetusnya. Jika sedang begitu, dia harus berjalan kaki beberapa ratus meter dari rumahnya ke kompleks makam karena tidak ada bangunan untuk tempat tinggal juru kunci di dekat makam. Hanya ada musala kecil di depan pendapa. “Ya, mau bagaimana lagi. Wong tugasnya memang megang kunci makam. Kalau ada yang datang sewaktu-waktu ya harus siap,” ucapnya. Dia mengakui sebenarnya bukan warga asli Dusun Kepetingan. Samadi lahir di Mojokerto dan merantau hingga tiba di dusun terpencil yang hanya bisa diakses melalui sungai itu. “Saya jadi juru kunci di sini sejak tahun 2002 lalu, setahun sejak makam ini dipugar pada

tahun 2001,” bebernya. Pengabdian serupa juga dilakukan Muhammad Saroni (39), juru kunci Candi Pari di Desa Candi Pari RT 6/RW 3, Kecamatan Porong. Jam kerja juru kunci ini juga tidak mengenal batas waktu. Setiap saat, pria beranak dua ini selalu siap sedia di sekitar candi. “Kalau ada yang mau masuk malam, ya ikut menemani,” ucapnya. Beda dengan Samadi yang tanpa dibayar, Saroni kini menerima gajian rutin setelah diangkat menjadi pegawai Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto. Namun, status pegawai negeri sipil (PNS) itu baru disandangnya beberapa tahun belakangan. Padahal, dia menjadi juru kunci Candi Pari sejak 1994.

Saroni mengenang, awal mula menjadi juru kunci sering menerima cibiran dari sejumlah tetangganya. Kala itu, Saroni diejek karena bekerja merawat tumpukan batu bata. “Saat itu saya sempat nelangsa. Saya disindir, masih muda kok mau jadi penunggu candi,” ucap Sarono lirih. Saroni bahkan menyebut keluarganya nyaris berantakan dengan statusnya tersebut. Sebelum diangkat menjadi PNS, istrinya kerap tidak tahan karena pekerjaan yang dilakoninya tanpa penghasilan pasti. Namun, Saroni tetap merawat candi terbesar di Sidoarjo itu dengan senang hati. “Alhamdulillah, sekarang istri saya sudah memahami pilihan hidup saya ini,” cetusnya. (mustain) follow @portalsurya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.