E-paper Surya Edisi 10 Februari 2012

Page 2

Sopir... ■

DARI HALAMAN 1

kata Harianto kepada Surya di ruang kesehatan Polres Magetan, Kamis (9/2). Ia menuturkan, mobil sedan Honda Civic LX warna abu-abu dari kejauhan terlihat berjalan zig-zag. Tak lama kemudian mobil itu memakan jalur kanan, sehingga tabrakan dengan bus pun tak terelakkan. “Saya sudah mengerem, dan memberikan sinyal lampu utama. Tapi sedan itu tidak mau mengurangi kecepatan dan tetap masuk jembatan dan berjalan di sebelah kanan,” kata Harianto lalu menghela napas panjang. Ia berharap, bekas rem bus yang dikemudikan masih ada di jalan. Sehingga, nantinya ia tidak dianggap sebagai penyebab kecelakaan. “Penumpang saya bisa dijadikan saksi, untuk menjelaskan bahwa saya tidak ugal-ugalan. Saya mohon tidak disalahkan, kasihanilah anak istri saya Pak,” tutur Harianto dengan wajah masih terlihat pucat. Sejumlah pihak mendesak pemerintah mencabut semua izin trayek Sumber Kencono karena perusahaan bus ini berulang kali

Polisi... ■

DARI HALAMAN 1

intel Polsek KP3 lalu menembak kepalanya sendiri, Rabu (8/2) pukul 16.15 WIB. Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Hilman Thayib mengatakan, Divisi Propam Polda Jatim dan Tim Labfor Forensik sudah diturunkan sejak Rabu (8/2) malam untuk mengusut kasus ini. “Hasil penyelidikan termasuk siapa penelepon itu belum diketahui sampai saat ini,” kata Hilman di ruangannya, Kamis (9/2) sore. Seperti diberitakan sebelumnya, Briptu Dodik menembak kepalanya sendiri setelah menerima telepon dari seorang tak di-

Ribuan... ■

DARI HALAMAN 1

Apalagi, sudah diketahui, kini kurang lebih 21.143 unit rumah di bawah tipe 36, terancam tak terjual dan jadi ‘rongsokan’ menyusul penerbitan UU No1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman. “Sekarang, pengembang hanya boleh membangun dan menjual rumah minimal tipe 36. Padahal, banyak yang tipe 21 belum laku,” tutur Ketua Umum REI, Setyo Maharso saat hearing di Komisi XI DPR, Kamis (9/2). Rumah-rumah di bawah tipe 36 itu sudah jadi tapi belum berpenghuni dan tak dapat dijual

Awas... ■

DARI HALAMAN 1

Ditambah serangan di Kelurahan Bebekan, Ketegan, dan Kedungboto, jumlah korban mencapai sekitar 10 warga, rata-rata perempuan. Sekarang ini, kera juga menyerang warga Desa Beringin Bendo. M Yusuf diserang saat berada di kamar menidurkan bayi lakilakinya yang baru berumur sepekan. “Leher belakang saya terasa dielus orang. Saya kira ada saudara yang mengingatkan saya untuk Salat Dhuhur. Tapi, kok ada bulunya. Saat saya menoleh, kera itu mencakar dan menggigit siku kiri tangan saya,” katanya. Setelah itu, kera lari lewat pin-

surya lines surya.co.id terlibat kecelakaan maut. Yang terbaru bus Sumber Kencono nopol W 7530 UY jurusan Surabaya – Jogjakarta yang dikemudikan Harianto masuk sungai sedalam kurang lebih 20 meter di Dusun Glodok, Desa Sambirembe, Kecamatan Karangrejo, Magetan, setelah menghantam sedan Honda Civic LX nopol AG 1363 P, Kamis (9/2) sekitar pukul 04.30 WIB. Akibat kecelakaan ini dua orang (1 penumpang bus dan 1 penumpang mobil sedan) meninggal di tempat kejadian. Sedangkan 17 orang korban lainnya yang menderita luka berat dan ringan di rawat di RSUD dr Sayidiman Magetan dan RSU dr Soedono, Kota Madiun. Dua orang yang meninggal yaitu, Wisit Winingkas (50) penumpang bus Sumber, warga Jl Menur RT01/RW03, Kabupaten Cilacap, Jateng, dan Sukarno (52) penumpang mobil sedan warga Dusun Glodok, Desa/ Kecamatan Karangrejo, Magetan. Sementara sopir bus Harianto hanya luka ringan dan dirawat di ruang kesehatan Polres Magetan. Sementara Lilik Purwanto, pengemudi mobil sedan, warga Desa Manisrejo, Kecamatan Karangrejo, Magetan, menderita luka cukup parah

di wajah dan patah tulang kaki, kini dirawat di RSU dr Soedono, Kota Madiun. Keterangan yang dihimpun dari tempat kejadian perkara (TKP) menyebutkan, bus Sumber Kencono yang melaju dari arah Solo, sebelum kejadian tabrakan itu, barusan berhenti menaikkan penumpang di pertigaan Pabrik Gula Poerwodadie, Glodok, sekitar 25 meter dari TKP. Menjelang masuk Jembatan Glodok, bus mengerem mendadak karena di depannya terlihat mobil sedan yang dikemudikan Lilik Purwanto, datang dari arah Madiun berjalan zig-zig. Mobil sedan itu melaju dengan kecepatan tinggi, bahkan kemudian memakan lajur kanan. “Menurut keterangan saksi, bus sebenarnya sudah berusaha mengerem, hingga terdengar bunyi berderit. Namun, karena sedan melaju sangat kencang, sehingga tepat di atas jembatan Glodok itu tabrakan terjadi. Bus masuk ke sungai, dan mobil sedan terlempar keluar jembatan,” jelas Kapolsek Karangrejo AKP Tirto Amarto. Hal yang sama juga diungkapkan Deny, warga Jogjakarta, salah seorang penumpang bus Sumber Kencono yang kini dirawat di IRNA III RSUD dr Sayi-

diman. Menurut Deny, bus sejak memasuki wilayah Ngawi tidak terlalu kencang. Ia memperkirakan kecepatannya sekitar 60 km. “Saya kebetulan duduk paling depan di belakang sopir. Sopir bus yang saya tumpangi ini tidak ngebut, malah bus terkesan pelan,” kata Deny. Ia juga memerkirakan sopir bus tidak ngantuk, karena penumpang sepi, sehingga bus sering berhenti di setiap halte. “Sebelum kejadian itu, bus juga menaikkan penumpang di pertigaan pabrik gula,” kata Deny, yang kini dirawat karena menderita bibir robek dan pergelangan tangan kanan patah. Ia katakan, saat kejadian itu, bus sudah mengerem. Tapi, mobil sedan yang datang dari arah berlawanan, melaju sangat kencang dan terlihat tidak sempat mengurangi kecepatan. “Saat kejadian justru sedan itu yang menghantam bus. Karena bus sudah berjalan melambat. Akibat tabrakan itu, bus melaju ke kiri (masuk sungai) dan kemudian saya tidak ingat lagi,” kata Deny, dibenarkan Irfan, warga Jombang yang juga dirawat di rumah sakit yang sama.

kenal di ruang intel Polsek KP3 Banyuwangi. Belum jelas siapa penelepon itu, meski sebelumnya sang istri, Budi Retnowati, yang diduga menelepon. Seorang sumber di Polres Banyuwangi menyebut ada nada pertengkaran dalam pembicaraan telepon terakhir itu. Soal latar belakang konflik keluarga sebagai motif bunuh diri diragukan polisi, karena selama ini hubungan Dodik dan istrinya yang baru menikah setahun lalu cukup harmonis. “Istrinya bekerja sebagai pegawai bank, sehingga secara ekonomi keluarga ini cukup,” ujar Hilman. Polisi kini terus menyelidiki latar belakang insiden bunuh diri itu, termasuk memeriksa kedua rekan Dodik, Brigadir

Sugihandono dan Brigadir Arif Kurniawan yang saat itu berjaga bersama Dodik. Senjata api revolver dan ponsel Dodik juga menjadi bahan penyelidikan. Sementara itu, dr Eka Wardani dari RSUD Blambangan yang mengotopsi jenazah Dodik mengatakan, anggota Polsek KP3 itu tewas dengan luka tembak di pelipis kanan tembus ke pelipis kiri. “Untuk lebih lengkapnya koordinasikan ke Kapolres,” ujarnya, sambil berlalu untuk menghidari pertanyaan wartawan lebih jauh. Ditemui terpisah, mertua Briptu Dodik, Andreas Sutoyo, mengaku heran dengan pilihan menantunya itu. Sejauh yang dia tahu, Dodik baik-baik saja dan tidak pernah terlibat dalam persoalan

apa pun, baik dengan keluarga, istri, maupun pekerjaan. Bahkan, kata Andreas, kesan yang muncul dari Dodik adalah sosok pria penyayang keluarga. “Tidak ada masalah apa pun dengan istrinya. Dia orangnya penyayang, jarang ada pertengkaran. Cuma, pagi hari sebelum berangkat bekerja, almarhum berkali – kali meminta maaf kepada saya. Saat itu tidak ada firasat apa pun,” katanya. Tahlil di Blitar Sekitar pukul 10.20 WIB lima orang berompi dengan tulisan DOKPOL di punggungnya dari RS Bhayangkara Bondowoso baru tiba di RSUD Blambangan dengan mengendarai mobil Suzuki APV. Sedangkan, tiga orang

tim Labfor dari Polda Jatim tiba di kamar mayat sekitar pukul 10.35 WIB. Kedua tim ini melakukan otopsi terhadap jenazah Briptu Dodik sebelum dimakamkan. Sementara itu, keluarga Briptu Dodik menggelar tahlil di Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Suharyono, salah seorang keluarga korban di Blitar, mengatakan, kegiatan ini untuk mendoakan almarhum. “Kami sengaja gelar acara ini untuk kirim doa,” katanya. Ia mengaku, tidak mengetahui persis penyebab utama Dodik bunuh diri. Ia juga tidak terlalu sering berkomunikasi, karena jarak. “Dodik bertugas di Banyuwangi, sementara keluarga lainnya tinggal di Blitar,” katanya.(st39/ant)

karena terbentur PP tentang batas minimal rumah minimal tipe 36 sebagai turunan dari UU No 1 Tahun 2011. Di Jakarta, ada 5.580 unit, Jabar 10.000 lebih, di Jatim 2.944, NTT, NTB, Sumsel, Lampung, dan banyak lagi di daerah lain. Menurut Setyo, REI telah melobi pemerintah dan diizinkan memundurkan rencana penerapan UU itu hingga awal 2013. “Para pengembang sekarang berpacu menjual dan menghabiskan stok rumah yang belum terjual,” katanya seperti dikutip detikfinance. Namun pernyataan Setyo ini dibantah Deputi Perumahan Formal Kementerian Perumahan Rakyat Pangihutan Marpaung.

Bunga tinggi Persoalan pengembang sebenarnya bukan hanya keharusan membangun rumah tipe 36, tapi juga soal suku bunga dalam skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). “Bunga tinggi, jadi daya serap masyarakat rendah,” tandasnya. Para pengembang sekarang menagih janji Menteri Perumahan Rakyat (Menpera), Djan Faridz yang akan menyelesaikan kisruh bunga KPR FLPP sebelum awal Februari 2012. Bila tidak ada perubahan hingga akhir Februari, para pengembang yang tergabung dalam Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) akan menggugat. Ketua

Apersi Jatim, Nurhadi mengatakan, kisruh suku bunga FLPP sampai saat ini sangat merugikan masyarakat dan developer. Dari 180 anggota Apersi Jatim, sekitar 90 yang aktif membangun rumah sederhana, dan setiap bulan sedikitnya 1.000 unit rumah sederhana dibangun. “Artinya, kalau mandeg sebulan, ada pembatalan 1.000 tansaksi kali Rp 80 juta yakni Rp 80 miliar,” jelasnya kepada Surya. Manager Marketing PT Menganti Asri Pemula, Ninik Nur Cahyani mendukung penundaan rencana penerapan aturan pembangunan rumah kecil dengan ukuran minimal tipe 36 karena harus diiringi aturan menyangkut harga jual rumah. “Kalau harganya tinggi tentu tujuannya

tidak tercapai,” ujar Ninik. Pengembang Golden Berry Regency itu menyebut kondisi penjualan rumah sangat menurun. Jika sebelumnya sebulan bisa menjual 40 unit, Januari ini hanya 14 unit. Proses pembiayaan dari perbankan yang tersendat sangat mengganggu pengembang. Akibat ketidakpastian pembiayaan bank setidaknya ada 40-an transaksi pembelian rumah yang akhirnya divakumkan, meski kredit sudah disetujui bank. Direktur PT Bumiwungu Jaya Abadi Mapan, pengembang perumahan Bunga Residence, Iwan Rachmad Hanafi menyatakan saat ini pengembang resah dan pembeli susah. (rey/ame)

tu depan kemudian naik plafon dan menuju kebun belakang rumah. Mendengar ada keributan, tetangga M Yusuf berdatangan. Korban dilarikan ke Puskesmas Tanjung Sari sebelum dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Siti Khadijah, Sepanjang Taman. Jumlah korban cakaran dan gigitan kera mencapai sekitar 14 orang. Namun, yang melapor ke Polsek Taman hanya tiga orang, yakni Susiati, warga RT 8 Kelurahan Ketegan, Ny Denok alias Bu Lince, 70, dan Akiyat, warga Keboan Sikep yang bekerja di lingkungan RS Siti Khadijah. Rata-rata korban menuturkan, sebelum menyerang, monyet lebih dulu memegang atau mengelus tubuh korban dari

belakang. Begitu korban menoleh, monyet langsung mencakar dan menggigit. Ini diungkapkan Susiati yang bekerja di catering milik Ny Rini di RT 8 Kelurahan Ketegan, dan juga Ny Lince. Usai serangan kera di rumah M Yusuf, warga Beringin Bendo dan sekitar memenuhi jalan kampung. Pria wanita dan anakanak yang baru pulang sekolah meluber di jalan. Apalagi saat itu petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah Surabaya dan Polsek Taman datang memburu kera. Di belakang permukiman warga yang masih penuh rerimbunan tanaman, petugas BKSDA menemukan jejak kaki kera di tanah. “Jejaknya seperti

manusia tapi ada kukunya. Kemungkinan besar jenis beruk,” tutur Kasi BKSDA wilayah Surabaya, Wid Widodo. Kapolsek Taman Kompol H Fathoni meminta warga waspada. "Pemilik kera yang kehilangan hewan piraannya itu tolong segera lapor kepada kami,” tukasnya. Wid Widodo menjelaskan, pihaknya menurunkan enam personel untuk memburu kera liar itu dengan kawat dan jaring. “Ini juga ada senapan bius,” tuturnya. Menurut Widodo, kera yang menyerang warga itu kemungkinan hewan piaraan ilegal yang terlepas. Pemelihara ini bisa dijerat UU 5/1990 tentang Pemeliharaan Satwa dengan ancaman pidana 5 tahun penjara. “Di sini

tak ada habitat kera atau monyet. Jadi, kemungkinan itu kera piaraan yang lepas,” ungkapnya. Beberapa korban menyatakan, kera yang menyerang itu ada yang tak punya ekor. “Berarti ada indikasi dua jenis kera. Tapi, dari jejak, kemungkinan itu jenis beruk,” paparnya. Pada saat berusia empat tahun, kera dan monyet siap menyalurkan hasrat atau libido. Di saat butuh penyaluran itu, kera bertindak brutal. “Dulu ada orang memelihara beruk sejak kecil. Empat tahun kemudian sang istri minta agar beruk diserahkan kepada BKSDA. Tapi, sang suami menolak. Dampaknya, si suami masuk UGD karena diserang,” tegasnya. (mif)

Ada Yang... ■

Jumat, 10 FEBRUARI 2012

DARI HALAMAN 1

hanya Rp 11,050 juta. Para hakim menolak kebijakan ini. Hingga Kamis (9/2) sebanyak 12 hakim ad-hoc PHI menolak menerima TK. Ini berarti sejak awal Januari 2012 hingga kemarin, mereka belum mengantongi sepeser pun hasil kerja kerasnya, karena TK Januari 2012 baru akan dirapel pada Februari 2012. Hal ini tentu menimbulkan permasalahan keuangan serius, khususnya hakim luar daerah/pulau. Salah satu hakim luar pulau mengaku harus mengencangkan ikat pinggang untuk bisa hidup di Surabaya. Tunjangan kehormatan Rp 5,5 juta per bulan (belum dipotong PPh 21) belum cukup. Selain biaya keluarga di luar pulau, dia juga harus menanggung sewa rumah dan biaya transportasi, karena sejak diangkat pada

2006 hingga kemarin hakim ad-hoc ini tidak menerima fasilitas rumah maupun kendaraan dinas. "Untuk biaya rumah saja per tahun saya harus membayar Rp 4,5 juta. Ini tergolong murah karena memang saya memilih yang sederhana. Ada teman yang sewa rumahnya sampai Rp 5,5 juta per bulan,” kata hakim yang enggan disebutkan namanya. Untuk transportasi, hakim ad-hoc berperawakan tinggi kurus ini mengandalkan angkutan umum. ”Beruntung kontrakan saya dekat pengadilan, jadi saya tinggal jalan kaki untuk mengirit biaya transportasi,” ujarnya dengan logat Kalimantan. Hakim ini seringkali memendam kerinduan kepada keluarga. Paling singkat enam bulan sekali dia baru pulang kampung untuk mengobati kerinduan. Namun, Kamis kemarin (9/2), dia terpaksa pulang mendadak, karena ada kabar anaknya sakit usus buntu dan harus dioperasi. Kabar ini

join facebook.com/suryaonline

Bekas Pengereman Dirlantas Polda Jatim Kombes

menyentaknya. Itu berarti akan menambah pengeluaran, karena ternyata hakim ad hoc ini tidak mendapat tunjangan keluarga. Kepiluannya semakin bertambah karena hingga kemarin dia belum mengantongi tunjangan kehormatan sepeserpun sejak Januari 2012. “Karena tak ada uang terpaksa saya harus pinjam kepada teman-teman,” akunya terus terang. Sejak 2006, dia bersama hakim ad-hoc PHI berjuang untuk mendapatkan keadilan. Bukan saja memperjuangkan tunjangan agar tidak dipotong, tapi juga pengakuan status mereka sebagai pejabat negara laiknya hakim karier. Pasalnya, hingga kemarin belum ada status jelas apakah mereka pejabat negara atau bukan. Keputusan Menkeu (Dirjen Perbendaharaan Negara) yang membebankan PPh 21 hanya didasarkan pada statemen MenPAN yang mengatakan mereka bukan pejabat negara,

Pol Komarul Zaman mengatakan, berdasarkan olah TKP, kecelakaan terjadi karena mobil sedan melanggar marka jalan. “Saat ini bus diupayakan untuk diangkat dari sungai kemudian dilakukan proses penyelidikan,” jelas Komarul. Ia juga menegaskan bahwa bus dan sedan samasama dalam kondisi laik jalan. Kasubdit Bin Gakkum Ditlantas Polda Jatim, AKBP Ade Safri Simanjuntak, mengatakan telah memeriksa beberapa saksi. Dari hasil olah TKP, ditemukan bekas pengereman ban di lajur kiri (dari arah utara) yang diduga bekas pengereman bus Sumber Kencono. Juga ditemukan bekas pengereman ban dari arah selatan yang kemudian serong ke kanan, melewati marka lurus. Diduga kuat, inilah jejak dari sedan tersebut. “Selain itu, terdapat goresan di aspal bekas terseretnya kendaraan sedan,” tutur Ade. Serangkaian kecelakaan maut melibatkan bus Sumber Kencono berulang kali terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 12 September 2011, kecelakaan maut antara bus Sumber Kencono W 7181 UY dengan minibus Elf AG 7103 ML, di Bypass Desa Balongmojo, Kecamatan Puri, Mojokerto menewaskan 20 pe-

tidak didasarkan pada aturan perundang-undangan. Kebijakan inipun berubah-ubah setiap waktu. "Pada 2011, tunjangan kami tidak dipotong, tapi tahun ini kok ada potongan lagi. Ini kebijakan seperti apa kok berubah-ubah,” ujarnya kesal. Dia berharap pemerintah segera memberi kepastian statusnya. “Kami ini sudah rela ditempatkan di manapun. Seharusnya pemerintah menyiapkan regulatornya. Jangan terus melepas seperti ini dan menyuruh kami mencari makan sendiri,” kesalnya. Kekesalan juga dirasakan Achmad Syafii, hakim ad-hoc PHI lainnya. Syafii masih beruntung, karena berasal dari Surabaya sehingga tidak perlu sewa rumah dan menghabiskan uang untuk biaya transportasi. Dia juga masih bisa nyambi bekerja di pabrik, tempatnya sebelumnya. Meski demikian, pemotongan tunjangan kehormatan ini tetap saja memberatkan, apalagi hingga

numpang dan puluhan lainnya luka-luka. Awal Januari 2012 lalu, enam orang tewas akibat kecelakaan di Desa Jeruk Gulung, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, yang melibatkan bus Sumber Kencono dengan sepeda motor. Keenam korban tewas adalah penumpang bus. Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Jatim, selama periode tahun 2009-2011 saja jumlah kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus Sumber Kencono sebanyak 76 kasus dengan korban jiwa meninggal dunia sebanyak 72 orang, sedangkan luka berat sebanyak 67, dan 69 luka ringan. Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendorong Direktorat Jenderal Perhubungan Darat segera mencabut izin trayek Bus Sumber Kencono (SK) setelah mengalami kecelakaan lagi kemarin.

Pengemudi... ■

DARI HALAMAN 1

AKBP Agus Santosa, Kamis (9/2). Menurut dia, berdasarkan hasil tes urine diketahui tidak ada kandungan zat amphetamin dalam diri yang bersangkutan, sehingga hal itu berarti Lilik Purwanto tidak dalam pengaruh narkoba. Sementara hasil dari tes darah untuk mengetahui kandungan alkohol, belum keluar. “Kami masih menunggu hasil tes dari darah yang bersangkutan. Meski yang bersangkutan sedang dirawat di rumah sakit, namun tes tetap dilakukan,” kata dia. Rencananya, lanjut Agus, tes darah tersebut akan dilakukan di Laboratorium Forensik Polri Cabang Surabaya di Mapolda Jatim, sehingga hasilnya belum dapat diketahui dalam waktu singkat. Sementara, terhadap sopir bus Sumber Kencono, Harianto, warga Kecamatan Megaluh, Jombang, tidak dilakukan tes urine dan darah, karena statusnya yang masih sebagai saksi dan juga hasil olah TKP diketahui titik tabrakan kecelakaan tersebut terjadi di jalur bus. “Kedua sopir masih kami periksa dan statusnya masih sebagai saksi. Kami belum dapat menentukan tersangka dalam kasus ini karena masih melakukan pendalaman yang melibatkan tim Puslabfor Polri

Kompak... ■

DARI HALAMAN 1

adat. Olla yang tengah menyusun rencana untuk menikah dengan Muhammad Aufar Hutapea, akan memakai adat Batak. Ayu Dewi yang sudah mengumumkan kedekatannya dengan RD, akan menggunakan adat Gorontalo. Dua calon suami mereka juga sama-sama pengusaha. Olla mengaku, tidak akan menikah dengan mewah. “Daripada yang megah tetapi jadinya cerai. Apa adanya saja, Insya Allah dengan ridho dan ikhlas,” kata Olla ditemui di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (9/2). “Saya sih maunya memakai adat Batak, di joget-jogetin begitu. Aufar kan orang Batak,” tambahnya. Meski belum menentukan tanggal pernikahan, namun Olla mengaku, tak ingin terburu-buru melepas masa lajangnya. Olla cukup hati-hati karena pernikahannya dengan Alex Tian harus berakhir de-

kemarin dia juga belum mengambil terhitung sejak Januari 2012. "Kalau istri saya sudah hafal, karena tiap Januari pasti tidak cair dan baru dirapel Februari. Begitu juga dengan anak-anak saya yang masih sekolah SD sampai SMA tidak masalah, karena biaya sekolahnya gratis. Kalau masalah buku bisa disiasati dengan mengambil referensi dari internet," kata hakim adhoc perwakilan SPSI Surabaya. Syafii baru pusing ketika anak pertamanya yang mahasiswa menagih uang SPP kuliah. "Kepikiran juga ditagih anak bayar SPP. Ya, kita tunggu keputusannya besok (hari ini) gimana saja,"katanya. Rencananya, hari ini para hakim ad-hoc PHI akan menemui Ketua PN Surabaya membicarakan masalah ini. "Apakah nanti ada kesepakatan mengambil atau tidak tergantung pertemuan besok,"kata Achmad Syafii, salah satu hakim ad-hoc PHI. Ketua DPD Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI) Jatim,

Pihaknya mengaku prihatin terhadap kecelakaan antara bus Sumber Kencono dengan sedan di Magetan, Kamis dini hari. Soekarwo mengaku, Pemprov Jatim telah mengirim surat untuk pencabutan trayek bus usai kecelakaan di Madiun pada awal Januari 2012. Pihaknya tidak memiliki wewenang mencabut izin trayek karena otoritas di Ditjen Perhubungan Darat. “Sekarang ada kejadian lagi. Sehingga kami akan kembali mengirim surat sekaligus menanyakan bagaimana tindak lanjut dari surat sebelumnya,” kata pejabat yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut. Pemprov, kata dia, juga menerima informasi dari Dinas Perhubungan dan LLAJ Jawa Timur bahwa kecelakaan diduga disebabkan oleh pengemudi sedan, bukan dari Sumber Kencono. (st40/k4/fat)

Cabang Surabaya di Mapolda Jatim,” kata dia dilansir Antara. Rumah Lilik Purwanto (40), sopir sedan Honda Civic LX yang bertabrakan dengan bus Sumber Kencono kemarin terlihat sepi. Istri dan kedua anak Lilik Purwanto, semua menunggui Lilik Purwanto di RSU dr Soedono, Madiun. Sedang di rumah hanya ada Ny Padmi (70) yang mengaku ibu dari istri Lilik Purwanto. “Tidak ada orang Mas, semua di Madiun, nunggui bapaknya di rumah sakit Madiun,” kata Padmi, saat Surya baru memasuki pintu rumah nomor 41, di perumahan PG Poerwodadie, di Desa Manisrejo, Kecamatan Karangrejo, Magetan, Kamis (9/2). Lilik Purwanto adalah karyawan PG Poerwodadie dan baru enam bulan ini diangkat sebagai mandor pabrik gula itu. Padmi, mengaku tidak tahu kabar tentang menantunya itu, termasuk kebiasaannya mabukmabukan. “Wah, saya tidak tahu, soal dia suka minum apa tidak. Saya ini di rumah terus, nunggui rumah,” kata wanita tua itu. Namun, menurut Sutarman, kepala Dusun/Desa Pelem, Kecamatan Karangrejo, Magetan, Lilik Purwanto ugalugalan sejak diangkat menjadi mandor pabrik gula enam bulan lalu. “Dia itu seperti kaget, sejak diangkat menjadi mandor pabrik Poerwodadie, Lilik tiap hari mabuk-mabukan, mengajak teman-temannya,” katanya kepada Surya di rumahnya, Kamis (9/2). (st40)

ngan perceraian. Ia tidak ingin mengulangi kesalahan itu. Olla mengaku, sudah mendapat banyak tawaran dari para sahabat artis yang ingin terlibat dalam pernikahannya. Ayu Dewi ikut mengamini. Prosesi pernikahannya kelak juga sudah dirancang sederhana. Begitu sederhananya hingga Ayu tidak mementingkan cincin pertunangan. Mungkin Ayu juga belajar dari pengalamannya ketika sudah mengumumkan pertunangan ternyata ditinggal pergi oleh Zumi Zola yang sekarang terlibat tuduhan perselingkuhan. Olla ingin Ayu yang menjadi MC dalam pernikahannya. Demikian juga sebaliknya. “Aku belum ada konsep-konsepan kok. Paling Ayu duluan. Kalau aku kan sudah pernah, Ayu kan belum. Paling baru hampir, udah bayar gedung lagi,” canda Olla yang memang bermaksud menyindir Ayu Dewi yang kala itu gagal menuju pelaminan. “Yang jelas Ayu Dewi nanti jadi MC di pernikahanku nanti,” ucapnya. (Tribunnews.com)

Sunarno Edi Wibowo menilai tunjangan kehormatan Rp 5,5 juta bagi hakim adhoc tidak sesuai dengan rasa keadilan. Pasalnya, hakim ini memiliki tanggungjawab berat memutus nasib seseorang. Bowo-panggilan Sunarno Edi Wibowo khawatir rendahnya pendapatan ini akan berdampak pada independensi hakim. Jangan sampai karena dalih pendapatan minim, para hakim ini dengan mudah menyalahgunakan kewenangan dengan menerima suap atau gratifikasi. “Kalau sudah seperti itu maka hancurlah keadilan,” tegasnya. Bowo berharap pemerintah segera merespons keluhan para hakim ini dengan memberi kepastian hukum tentang status mereka apakah termasuk pejabat negara atau tidak. "Kalau menurut saya, semua hakim itu pejabat, karena dia menentukan keputusan yang konkret, individual, dan final. Apalagi, keputusannya ini juga diakui dan mengikat ke dalam maupun keluar,” katanya. (Musahadah) follow @portalsurya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.