Sriwijaya Post Edisi Jumat 22 Juli 2011

Page 5

SRIWIJAYA POST Kamis, 21 Juli 2011

5

Pasarnya Hingga ke Pagaralam ■ Patraganik III Binaan Pertamina PALEMBANG,SRIPO — Tak hanya andal dalam memproduksi bahan bakar minyak (BBM), Pertamina Refinery Unit (RU) III Plaju juga konsern dengan lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan keseriusan Pertamina bermitra dengan masyarakat sekitar kilang dan mensuport penuh pengembangan pupuk organik. Dalam waktu hanya enam bulan sejak dirintis, usaha yang dikembangkan Yusuf, warga Sungairebo, di atas lahan Pertamina yang dinamakan Pusat Pengolahan Limbah Domestik Pertamina RU III, sudah mampu menghasilkan pupuk organik. Bahkan pupuk yang diberi merek Patraganik III ini sudah menembus pasar hingga Pagaralam. “Dalam waktu tiga bulan, Kampung Organik Wong Kito ini sudah bisa menjual pupuk organiknya untuk kebutuhan masyarakat,” kata Leodan Haadin, Health, Safety and Environmental (HSE) Manager Pertamina RU III didampingi Yusuf, Rabu (20/ 7) di areal Kampung Organik Wong Kito di Kawasan Pulau Layang Talangputri Plaju. GM Pertamina RU III Ir Irwan disaksikan Camat Plaju Yunan Helmi dan sejumlah lurah di Kecamatan Plaju, serta Badan Lingkungan Hidup (BLH) didaulat meresmikan Patraganik III. “Ini adalah salah satu program CSR (corporate Social Responsibility) Pertamina RU III di bidang lingkungan,” kata Irwan. Lebih lanjut Leodan menjelaskan, ketertarikan Pertamina RU III memfasilitasi usaha yang dirintis Yusuf, karena pusat pengolahan limbah ini mengelola sampah-sampah yang ber-

asal dari lingkungan Pertamina. “Semua sampah, baik organik dan anorganik, pembuangannya di sini, lalu diolah untuk dijadikan pupuk khusus sampah-sampah organik,” kata Leodan. Dalam sehari, sambung Yusuf, sebanyak delapan truk sampah dari lingkungan Pertamina masuk ke Kampung Organik. “Dari jumlah tersebut, 4-6 truk itu berupa sampah organik, seperti rumput murni dll. Sisanya sampah anorganik,” katanya. Saat ini, Kampung Organik Wong Kito sudah mampu menghasilkan 50

karung pupuk organik per hari dan mempekerjakan delapan pekerja. Pertamina sendiri, ujar Leodan, memfasilitasi pengadaan beberapa mesin seperti mesin pencacah sampah organik, mesin granul, mesin pencacah plastik dll. GM Pertamina RU III Ir Irwan menambahkan, pihaknya akan terus mensupport mitra binaan ini untuk lebih berkembang. “Misalnya Kita akan dorong agar Pak Yusuf juga menanam pohon buah-buahan dengan pupuk organik, lalu hasilnya bisa dipasarkan melalui koperasi Patra Pertamina,” katanya. (Rel)

IST

TANDATANGAN — GM Pertamina RU III Plaju Ir Irwan menandatangani prasasti tanda diresmikannya pupuk organik Patraganik III, yang merupakan binaan Pertamina, Rabu (20/7).

Berkah Hobi Bersepeda EODAN Haadin, HSE Manager Pertamina RU III Plaju, sempat menitikkan airmata, sambil menepuk pundak Yusuf saat memberikan sambutan di sela-sela peresmian pupuk Patraganik III, mitra binaan

L

KONTAK INFORMASI

IST

PATRAGANIK III Pulau Layang Plaju Telp (0711)7051998085279752323

Kiri (Yusuf), kanan Leodan Haadin

Pertamina. Dia terharu melihat perjuangan Yusuf yang kini membuahkan hasil, hanya dalam waktu enam bulan. “Saya berharap pak Yusuf bisa lebih maju lagi,” katanya. Perkenalan Leodan dengan Yusuf sebenarnya tak sengaja. “Kebetulan saya hobi bersepeda, bertemu dengan Yusuf yang juga hobi bersepeda. Dia berkonsultasi ingin mengembangkan pupuk organik. Saya langsung berminat, karena inilah salah satu solusi mempercepat pengolahan sampah, di lingkungan Pertamina,” kata Leodan.

Bagi Yusuf sendiri, keinginan membangun usaha pupuk organik menggebugebu sejak tahun 2009. “Tapi setelah bertemu pak Leodan, keinginan ini baru terwujud,” ujar Yusuf yang mengaku hanya tamat SMA. Bapak satu anak ini bukan tanpa pengalaman dalam mengelola pupuk organik. Selama tiga tahun, dia dipercaya menjadi mandor pada Pusat Riset dan Penelitian Pupuk Organik milik PT Pusri. Selepas dari sana, Yusuf sempat pula mengelola pupuk organik di dua pondok pesantren, dan akhirnya berinisiatif mandiri, de-

ngan memproduksi Patraganik III. Yusuf memasarkan pupuk organiknya Rp 15 ribu per karung (isi 20 kg) dengan produksi 50 karung per hari. Pemasarannya meliputi wilayah Palembang, Prabumulih, Banyuasin dan Pagaralam. Saat ini Yusuf tengah menunggu hasil riset tentang kandungan pupuk organik yang diproduksinya dan seberapa besar dampak positifnya terhadap pertumbuhan tanaman. “Hasil riset ini penting, untuk melihat kualitas produk kami, sebelum benar-benar dipasarkan,” kata Yusuf. (Rel)

Bakrie Telecom Terapkan Green Warehouse MELANJUTKAN gerakan Hijau Untuk Negeri, Bakrie Telecom menerapkan Green Warehouse atau prinsip-prinsip ramah lingkungan di alur mata rantai pasokan barang dan gudangnya. Langkah ini tidak saja memperkuat kontribusi Bakrie Telecom pada upaya pengurangan dampak negatif industri telekomunikasi pada lingkungan tapi juga menjadikan operator telekomunikasi ini semakin dapat mengontrol secara efektif dan efisien proses produksi, penyimpanan dan pengiriman produk. Sebagai operator telekomunikasi, Bakrie Telecom banyak menggunakan peralatan IT dan Network. Dengan jumlah BTS sekitar 3.900 buah dan layanan yang tersebar di 82 kota di seluruh Indonesia, tentunya dibutuhkan dukungan peralatan IT dan Network handal dan terus ditingkat-

kan kemampuannya. Namun seiring dengan perjalanan waktu, ada saja peralatan IT dan network yang telah usang. Peralatan ini mengandung material kimia, metal dan lainnya yang bisa mencemarkan lingkungan. Karena itu aktivitas green warehouse harus memastikan semua limbah operasi dan elektronik tersebut digunakan dengan sepatutnya sampai usai masa operasinya. “Caranya dengan mendayagunakan bahan-bahan yang masih bisa digunakan kembali (reuse). Jika perlu dibuang dengan cara yang benar (properly disposed),” tutur Agung Satya Wiguna, Vice President Supply Chain Management PT Bakrie Telecom Tbk. Menurut Agung, perusahaannya mentargetkan untuk menggunakan kembali (reuse) atau mendaur ulang (recyle) 75% dari limbah elek-

tronik yang dihasilkan oleh IT dan Network selama tahun 2011. Saat ini PT Bakrie Telecom Tbk. Merupakan Operator Telekomunikasi pertama yang bekerjasama dengan Prasadha Pramana Limbah Industri (PPLI). Dalam penanganan proper disposal electronic waste (ewaste). PPLI merupakan perusahaan pengolahan dan penghancuran limbah yang telah mendapat sertifikat dari Kementrian Lingkungan Hidup. Tak hanya peralatan IT dan Network, Bakrie Telecom juga secara kreatif menggunakan kembali (reuse) berbagai materi kampanye, seperti poster dan marketing kit. Demikian pula Return Ruim Card. Menurut Agung, kartu perdana Esia yang rusak atau satu dan lain hal tidak bisa digunakan, maka akan diambil dan digunakan kembali kartu RUIMnya sehingga bisa dijadikan kartu per-

dana baru. “Upaya ini tidak hanya menghemat sumber daya, tapi juga menghemat biaya. Kami bisa hemat hingga 33% dari ongkos produksi. Jadi kepedulian pada lingkungan bisa selaras pula dengan nilai strategis bisnis,” katanya. Jelasnya lagi, kontrol efektif pada proses penyimpanan dan distribusi di warehouse mampu menjaga stock level yang ideal. Akibatnya biaya penyimpanan dan biaya distribusi bisa dikurangi dan terjadi penghematan biaya yang cukup signifikan. “Bahkan saat ini kami sedang mengimplementasikan penggunaan Third Party Logistics atau lazim dikenal dengan 3PL. Untuk tahap awal kami lakukan di regional Jawa Barat. Hasilnya kami bisa hemat antara 10 persen hingga 15 persen tiap bulannya. Melihat

SRIPO/SYAHRUL HIDAYAT

Customer Service Esia menjelaskan keunggulan HP Esia Hidayah kepada pelanggan setia Esia.

hasil tersebut kami berkeinginan untuk mewujudkannya di seluruh regional Bakrie Telecom di Indonesia,” ujarnya. Pelaksanaan konsep 3PL ini ternyata juga dapat me-

ningkatkan proses quality assurance dan quality control. Perhatian karyawan kini lebih fokus sehingga kualitas produk yang dihasilkan juga lebih terjamin. Langkah ini dipandang

mampu meminimalisir tingkat pengembalian produk dan saat yang bersamaan menjaga tingkat kepercayaan pelanggan terhadap produk-produk Bakrie Telecom. (Rel)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.