Sriwijaya Post Edisi Sabtu 21 April 2012

Page 14

14

SRIWIJAYA POST Sabtu, 21 April 2012

Jualan Kambing Saat Kuliah KEHIDUPAN berliku dijalani H Syaiful Bahri SSi, Presiden Direktur PT Dinar Properti dan Owner Top Center Laptop. Kalau dilihat sekarang, dia memang pengusaha properti dan komputer sukses di Palembang. Tapi, enam belas tahun lalu, Syaiful bahkan harus jualan nasi untuk memenuhi kebutuhan hidup saat kuliah di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Dia juga pernah ‘lari’ ke Jakarta meninggalkan Darmarita Aryani SE, istri yang baru sebulan dia nikahi, karena dikejar utang. Oleh Retno Wirawijaya ALAU ada orang sudah berada di puncak, terjerembab ke tanah, kemudian bangkit lagi dan sukses naik ke puncak, pria bertubuh besar ini satu di antara sosok hebat seperti itu. Tidak mudah memang, tapi kita bisa belajar dari pengalaman itu. Syaiful Bahri lahir di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir pada 6 Agustus 1970. Dia anak semata wayang dari keluarga petani tradisional. Mas a

K

kecilnya jauh dari bermewah-mewahan. Dia sekolah di Talang Aur, SD dan SMP. Kemudian lanjut ke SMA Negeri 1 Indralaya. Hidup yang dijalaninya datar saja, masalah muncul paling soal pertemanan. Sementara kebutuhan sehari-hari cukup, tapi tak bisa lebih. Bayangkan, hingga umur 16 tahun, belum sekali Syaiful berkunjung ke Palembang, ibukota Sumsel. Tamat SMA, Syaiful dalam perenungan dalam. Dia sadar kalau tetap bertahan di desa bakal jadi

petani atau nelayan. Dia juga paham, pendidikan penting untuk menggapai cita-cita mengubah nasib keluarga. Syaiful pada akhirnya memutuskan kuliah. Ibunya Hj Hayunah (almh) saat itu tak banyak memberi sangu uang Rp 50 ribu. Syaiful tetap semangat dan berangkat penuh keyakinan. Dia naik bus ekonomi. Setiba di Semarang dia mendaftar di Fakultas MIPA Universitas Diponegoro. Cerita Syaiful, saat ia menempuh pendidikan di rantau itu bukanlah hal mudah. Di awal kuliah, setiap bulan dapat kiriman Rp 50 ribu. Uang tersebut dirasa pas-pasan. Sehingga dalam menempuh pendidikan ia harus berjuang sendiri untuk mencari nafkah sehari-hari serta untuk keperluan kuliah. Untuk mencukupi segala keperluan biaya hi-

dup dan pendidikan di daerah rantau ia harus berkerja keras siang dan malam. Mulai dari mengajar les komputer, jualan nasi, hingga menjual kambing di saat musim haji. “Sedikit pun, tidak ada perasaan malu saat itu. Yang ada di pikiran saya harus bertahan hidup dan dapat sukses dengan apa yang saya kerjakan. Termasuk dalam menempuh pendidikan,” kata suami dari Hj Darmarita Aryani SE saat dijumpai Sripo di ruang kerjanya. “Saya benar-benar sendiri di daerah orang. Saya tidak kenal siapa-siapa. Namun dengan tekad, semangat, dan keyakinan alhamdulillah meski dengan serba pas-pasan saya dapat menyelesaikan kuliah pada tahun 2000,” jelas Syaiful mengenang masa itu. Selesai kuliah, Syaiful Bahri menyandang gelar sarjana muda SSi. Ia memutuskan kembali ke Palembang untuk mengadu nasib. Palembang merupakan kota baru baginya meski asli Sumsel, ia baru sekali menginjakan kaki ke

SETELAH sukses dalam mengeluti bisnis, tahun 2004 Syaiful coba mencalonkan jadi anggota legislatif di kampung halaman Kabupaten Ogan Ilir. Dia diusung dari Partai Amanat Nasional. Namun Tuhan berkehendak lain, ia gagal menjadi wakil rakyat. Sudah banyak uang keluar untuk sosialisasi dan kampanye. Usaha Syaiful langsung goyang. Bisnisnya bangkrut, utang berlimpah hingga ratusan juta rupiah. Bahkan diakuinya, dengan waktu yang bersamaan pikiran yang masih kusut karena masalah yang dihadapi, ibunda tercinta meninggal dunia. Cobaan maha berat seperti itu membuatnya sangat terpukul. Bahkan hampir mengalami depresi dan stres. “Harta habis, toko tutup, utang berlimpah, ibu meninggal. Hancur nian saat itu,” jelasnya dengan mata sedikit memerah.

Motto Hidup Hadapi semua dengan ihlas dan sabar sebab semua yang terjadi sudah diatur Allah SWT. Tetap semangat, fokus dengan apa yang dikerjakan. Dan yang paling penting untuk menuju kesuksesan jangan sekalikali memandang kebelakang. Hadapi hari-hari dengan memandang ke depan fokus untuk segala pekerjaan. Berjalan dengan keyakinan.

Kota Pempek ini. “Saya dari sekolah SD hingga SMA itu di Indralaya setelah itu langsung ke Semarang, jadi sewaktu datang ke Palembang memang benar-benar asing,” ceritanya serius. Dengan keyakinan, Syaiful mengawali karirnya dengan merintis usaha jual beli printer bekas (second) di rumah kontrakan. Perlahan sedikit demi sedikit mengumpulkan penghasilan, tidak lama kemudian dia menyewa satu ruko di Jl Mangkunegara. Usaha saat itu terbilang maju dan sudah bisa dikatakan berhasil. Ia sudah memiliki rumah, kendaraan, serta modal cukup besar. Barang-barang yang juga masuk sebagai modal berlimpah, mulai dari aksesoris komputer hingga segala jenis komputer. “Nama toko saya saat itu Dinar Com. Saya geluti bisnis dengan lurus tanpa halangan. Namun kesuksesan itu sempat terhenti sejenak,” katanya. ***

Biofile: H Syaiful Bahri SSi Nama : H Syaiful Basri SSi TTL : Pelabuhan Dalam 6 Agustus 1970 Pendidikan : SD/SMP Talang Aur SMA Negeri 1 Indralaya Universitas Diponegoro Fakultas Mipa Sekarang menempuh pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Satyakirti fakultas Managemen Publik Istri : Hj Desmarita Aryani SE Anak : Muzaffar Dinar Wardana Nisrina Suwita Wardani Profesi : Presdir PT Dinar Properti membawahi - PT Terang Jaya Abadi - PT Madina Tuna - PT Hima Tuna - PT Tarung Gria Tama - PT Sabita Putri Pegagan Owner Top Komputer Memiliki beberapa Cabang - Palembang - Palembang Square - Baturaja - Tanjung Enim - Megaria - dan di Undermal yang akan dibuka Maret

Bangkrut Kemudian Bangkit Sejenak Syaiful terdiam, mengenang kembali masa itu. Setelah menarik napas panjang, Syaiful meneruskan kisahnya. “Terus larut dalam keterpurukan bakal membuat saya tenggelam. saya harus bangkit,” katanya. Syaiful memasuki periode kedua dalam hidup. Dia menikahi Darmarita Aryani SE yang dikenalnya saat sama-sama menjadi caleg. Setelah satu bulan menikah, dalam posisi dikejar penagih utang, Syaiful memutuskan ‘lari’ ke Jakarta meninggalkan istri yang baru ia nikahi. “Di samping melarikan diri dari ketakutan dikejar-kejar utang, niat saya ingin menjemput kesuksesan dan bertanggung jawab untuk membayar utang saya,” katanya. Sebulan di Jakarta, istrinya menyusul ditemanani adik ipar. Mereka numpang tinggal di rumah sahabat seperjuangan sama-sama caleg yang berhasil. Di awal tahun 2005 itu dia berkerja sebagai staf di DPR RI. Tugasnya menyiapkan berkas dan perlengkapan rapat sekaligus sebagai sopir pribadi

sahabatnya itu. Jalan Terang Lima bulan menggeluti pekerjaan itu, Syaiful merasa tidak nyaman dan memutuskan berhenti untuk kembali ke Palembang pada 5 Mei 2005. Dia menumpang di rumah H Tibron Basnan di Perumahan TOP Amin Mulia. Dari sini Syaiful kembali merebut kesuksesan hingga saat ini. Dengan posisi dicari orang karena utang, Syaiful bingung mau berkerja dan membuka usaha apa. Perasaan takut selalu menghantui, sementara dia tak berani keluar rumah. Lama merenung dan berpikir, Syaiful minta kiriman produk proyektor dari kenalannya di Pekanbaru. “Itu awal mula saya bangkit. Saat itu saya memang tidak bisa keluar. tapi saya tidak habis akal saya jualan melalui iklan koran menggunakan nama istri saya. Alhamdulillah cara itu berhasil,” katanya. Juni di tahun 2005 ia memberanikan diri menyewa satu unit ruko dengan biaya sewa Rp 1 juta per

bulan di Jl Jend Sudirman depan Cinde. Ia menyewa ruko selain untuk toko juga dijadikan tempat tinggal. Dia memberi nama toko TOP Komputer yang memiliki dua makna. “Tibron orang Penyandingan dan saya ingin menjadi orang TOP,” kata Syaiful, tersenyum. Usahanya berjalan lancar. Pada Oktober 2005 berbarengan dengan kelahiran anak, Muzarffar Dinar Wardana ia mengembangkan bisnis ke pengembang properti dan diberinya nama Dinar Poperty. Pertama kali take over perumahan Grand View seluas 3 hektare dengan 23 bangunan yang sudah jadi seharga Rp 11,7 milyar. Sekarang dia punya 20 lokasi perumahan di Sumsel. “Hasilnya sekarang syukur alhamdulillah saya sudah bisa berangkat haji. Punya keluarga yang bahagia, punya tempat tinggal yang layak, punya kendaraan untuk bepergian dan yang paling penting dengan harta yang saya miliki saya dapat berbagi dengan sesama,” kata Syaiful, menutup kisah. (mg17)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.