HaluanKepri 15nov10

Page 5

OPINI DAN LAYANAN UMUM

T ajuk

Cakap Bijak "MANUSIA tak bisa menemukan samudera baru sepanjang dia tidak punya keberanian untuk memalingkan pandangan matanya dari pantai" (Andre Gide (1869–1951), Peraih Nobel Sastra 1947) "UNTUK mencapai kesuksesan, kita jangan hanya bertindak, tapi juga perlu bermimpi, jangan hanya berencana, tapi juga perlu untuk percaya"

(Anatole France, Penulis)

SELURUH umat muslim di dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha, 10 Zulhijah 1431 H atau bertepatan dengan Rabu, 17 November 2010. Di Indonesia dan mungkin juga di sejumlah negara lainnya, hari raya yang juga sering disebut sebagai hari raya haji atau hari raya qurban tahun ini ada pula yang dirayakan pada Selasa (14/10). Perbedaan ini tidak masalah dan semua berjalan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Umat Islam disunatkan berqurban pada Hari Raya Idul Adha, terutama bagi yang mampu. Qurban adalah penyembelihan binatang ternak yang dilaksanakan atas perintah Allah SWT dengan tujuan taqarrub (pendekatan) kepadaNya. Allah SWT mensyariatkan berqurban dalam Alquran Surat Al-Kautsar, ayat 2 yang artinya; “Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkurbanlah.” Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan qurban dan mensyukuri nikmat Allah SWT. Selanjutnya dalam surat Al-Hajj ayat 36, Allah juga berfirman yaqng artinya; “Dan kami

37,5 jam mengacu pada Keppres 68/ 1995 tentang Hari Kerja dan Jam Kerja PNS. Aturan ini dibuat tanpa direvisi selama 15 tahun. Clock card hanya aksesoris, kurang terpantau, tidak berhubungan langsung dengan gaji. Feisal Tamim menyatakan bahwa PNS berkinerja buruk mencapai 50 persen (SCTV, 23 Agustus 2003). Pada 2008, Taufik Effendi menyatakan angka yang meningkat, yaitu 55

jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah.” Hukum berqurban adalah sunnah muakkad, bagi yang mampu, sebagaimana hadits beliau riwayat Anas radhiallaahu anhu, bahwa Nabi Muhamdad SAW berqurban dua kambing yang bagus, bertanduk, beliau menyembelih keduanya sendiri dengan tangan beliau, menyebut nama Allah dan bertakbir. Adapun orang yang menghukumi wajib dengan dasar hadits, yang artinya: “Siapa yang memiliki kemampuan namun tidak berkurban, maka jangan sekali-kali mendekati masjidku.” Ini merupakan hadist yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah. Terlepas dari histori berqurban, bila ditinjau dengan realitas yang ada sekarang dengan kondisi sebagian masyarakat muslim di Indonesia dan dunia pada umumnya, maka perintah berqurban ini sangatlah positif. Dengan perintah berqurban, sebagian umat muslim yang selama ini sangat minim mengkonsumsi makanan-makanan berprotein hewani,

rata-rata seorang gubernur hanya 8,7 juta. Silakan terka darimana gubernur tersebut mampu membiayai dana kampanye sebesar 50 milyar. Dalam konteks dunia kependidikan, menjadi guru dan dosen pns juga tidak akan menjadikan seseorang sekaya pengusaha sukses, paling mungkin hanya hidup layak atau sedikit di atas rata-rata penghasilan keluarga besarnya. Gaji profesor saya yang

Dwi Kartikasari Dosen Politeknik Negeri Batam

jatah daging qurban adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh mereka. Apalagi saat ini banyak kaum muslimin di Indonesia yang tengah tinggal di pengungsian seperti di kawasan Gunung Merapi, Yogyakarta, Mentawai Sumbar, Wasior dan daerah lainnya. Bahkan kalau berpikir secara global, jutaan umat Muslim kini tengah hidup susah dalam memenuhi kebutuhan pangan. Mereka tersebar di daerah-daerah konflik, seperyi di Irak, Afganistan, Pakistan dan lain sebagainya. Hasil penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) konsumsi protein hewani rakyat Indonesia merupakan yang terendah di ASEAN. Konsumsi protein hewani Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Malaysia. Bahkan rata-rata konsumsi protein rakyat Filipina masih jauh lebih baik dibandingkan Indonesia. Konsumsi rakyat Malaysia sudah mencapai 46,87 kg per kapita per tahun, sedangkan konsumsi untuk telur mencapai 17,62 kg per kapita per tahun. Angka rata-rata konsumsi daging rakyat Fipilina

pensiunan ITB tidak lebih dari 3 juta. Saya dapat membayangkan bahwa dosen yang masih aktif tidak mungkin menerima lebih dari lima kalinya. Dengan gaji itu, tidak heran dosen di perguruan tinggi besar sulit sekali ditemui. Kewajiban berada di institusi bisa jadi hanya sehari dalam seminggu. Ada juga yang badannya saja di kampus, tapi otaknya hanya berpikir untuk perusahaannya sehingga kontribusinya kepada institusi menjadi minimalis dan keberadaannya hanya menjadi pemanis. Ide hidup untuk uang dan bukannya uang untuk hidup, adalah ide yang seperti virus mematikan. Dalam jangka panjang, inilah yang menyebabkan degradasi bangsa bahkan siklus bencana yang melanda Indonesia. Apabila mempertahankan jam kerja standar industri, berarti kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat dilaksanakan terstruktur, terjadwal, terarah di kampus. Harapannya hasil penelitian terintegrasi sehingga lebih aplikatif. Kegiatan koreksi dan penyiapan bahan ajar juga dilakukan di kampus, sehingga collaborative teaching untuk meningkatkan mutu pembelajaran berefek maksimal. Konsesi ini harus berdasarkan keikhlasan. Supaya pendidik dapat mengajar dengan ikhlas sehingga menularkan sikap ikhlas ke mahasiswanya, sebuah sikap yang karakter dasarnya sangat sulit disentuh dunia pendidikan

mencapai 24,96 kg per kapita per tahun. Sedangkan konsumsi telur 4,51 kg per kapita per tahun. Dibandingkan dengan dua negara ASEAN itu, angka rata-rata konsumsi daging rakyat Indonesia sangat jauh tertinggal. Berdasarkan data yang dilansir organisasi pangan dunia, rata-rata konsumsi daging rakyat Indonesia 4,5 kg per kapita per tahun. Konsumsi rata-rata daging Indonesia tertinggal 38,5 kg dari Malaysia, tertinggal 14 kg dari Thailand, serta tertinggal 8,5 kg dari Filipina. Konsumsi telur Indonesia 67 butir per kapita per tahun, sedangkan Thailand 97 butir. Dengan data-data di atas tentu diharapkan agar umat Islam yang mampu supaya berqurban. Sembari beribadah menunaikan perintah Illahi, daging qurban mereka yang didistribusikan kepada masyarakat miskin, kepada pengungsi dan lainnya bisa membantu mengurangi tingkat kekurangan konsumsi protein hewani yang mendera sebagian Umat Islam. **

Diskes Tolong Secepatnya Antisipasi Penyebaran DBD

dibandingkan ranah knowledge dan skill. Dalam paradigma instansi yang kurang berorientasi kinerja, maka paradigma yang lebih utama adalah bekerja dengan baik atau “doing good work”. Kata “good work” saya ambil dari penelitian Howard Gardner dkk. Kesimpulan penelitian yang panjang, lebih dari 10 tahun, dan meliputi berbagai bidang profesi ini menyimpulkan bahwa ada 3 karakteristik “good work” yang mereka beri simbol 3E: yaitu Excellent results, Ethically pursuit, dan Engaging. Menurutnya, bekerja harus berorientasi “hasil” yang bermanfaat, dilakukan secara “beretika”, dan mempertahankan “harmonisasi” bekerja dalam tim. Berkarya dengan penuh etika adalah berkarya/ bekerja yang bukan hanya sebagai tanggung jawab menghidupi keluarga, tetapi juga tanggung jawab kepada tempat kita bekerja, kepada masyarakat, kepada bangsa, dan kepada umat manusia. Seharusnya PNS yang terpilih dari ribuan orang dengan sistem seleksi yang ketat, transparan, dan tidak korup akan menghasilkan PNS yang tingkat intelijensinya berkualitas. Namun kualitas IQ saja tidak cukup. Perlu adanya komitmen yang kuat untuk melakukan perubahan atau memulai perubahan dari diri sendiri. Apabila tidak mampu mengubah sistem yang korup, tidak perlu ikut memakmurkan sistem itu. Akan ada saatnya nanti, ketika yang tidak korup akan tertawa lebih kuat daripada yang korup, jika tidak saat ini di dunia, setidaknya di akhirat. Ada anekdot yang mewakili opini saya saat ini. Konon Akbar Tandjung (mantan ketua DPR, mantan ketua HMI) pernah dikeluhkan oleh mahasiswa mengapa suaranya lantang saat menjadi mahasiswa namun setelah duduk di pemerintahan suaranya nyaris tak terdengar. Bang Akbar menjawab bahwa ketika mahasiswa, dia sedikit tahu, maka dia banyak bicara. Ketika masuk pemerintahan, kebalikannya, dia banyak tahu, maka sedikit bicara. Ketika berada di pucuk pemerintahan tertinggi, dia tahu semua, sehingga sama sekali tidak bisa bicara! Sebagai kritikus, saya mungkin hanya refleksi Bang Akbar ketika muda, wallahu a’lam.***

EFISIENSI adalah harga mati bagi dunia usaha. Tanpa proses bisnis yang efisien, sebuah institusi, baik perusahaan manufaktur, dagang, ataupun jasa tidak akan sanggup berkompetisi dengan institusi lainnya. Sedangkan bagi instansi pemerintahan, penyerapan anggaran adalah kata kunci dan pedoman dalam melakukan setiap aktivitas. persen pns yang hanya mengambil gajinya tanpa berkontribusi berarti terhadap pekerjaannya. Di Malaysia, pegawai bekerja 45 jam per minggu, Singapura 42 jam per minggu. Di Thailand dan Korea, pegawai negeri bekerja 40 jam per minggu. Bahkan Vietnam menerapkan 50 jam per minggu. Tak heran bila hasil kajian Kementerian PAN dan Universitas Indonesia beberapa waktu lalu menyebutkan, produktivitas pegawai negeri di Indonesia sangat rendah. Kontrasnya, PNS yang tergolong jabatan profesi seperti guru dan dosen hanya disyaratkan minimal mengajar 24 jam setiap minggu (UU 14/2005). Menghadapi pilihan ini, secara natural, manusia akan memilih yang paling mudah dan nyaman. Tentu saja, menyesuaikan dengan kultur jam kerja PNS terasa lebih menyenangkan. Di beberapa perguruan tinggi negeri yang besar, dosen hanya diwajibkan datang di jam mengajar saja. Bagian dari tridharma lainnya, yaitu penelitian dan pengabdian masyarakat dapat dijalankan di luar kampus. Namun, belajar dari pengalaman institusi besar, kemudahan ini sering kebablasan dan menimbulkan ekses bumerang. Tidak ada PNS jujur yang menjadikan penghasilan profesinya sebagai penghasilan utama yang dapat menjadi kaya raya. Menurut Gamawan Fauzi (Kompas, 22 Juli), gaji

5

Mari Berqurban

Perang Paradigma Negeri dan Swasta Dalam konteks yang lebih pragmatis dan skeptis, penyerapan anggaran berarti penghabisan uang pajak rakyat, tetesan dari peluh gaji buruh, untuk kegiatan apapun yang dikira-kira (trial and error) akan bermanfaat bagi masyarakat (efektivitas masih dipertanyakan) dan berorientasi utama pada besaran anggaran yang mampu diserap oleh aktivitas itu daripada kualitas pencapaian aktivitas (efisiensi dinomor duakan). Sindiran atas kinerja pegawai negeri sipil sebenarnya sudah menjadi rahasia umum, ibarat obrolan yang tidak akan putus di warung kopi. Tanpa solusi, tak berujung. Retorika belaka, yang jawabannya selalu diawali dengan kata “andaikan”. Bagi jiwa muda, akan tumbuh semangat menggebu-gebu untuk memperbaiki bangsa ini. Bagi peragu, akan memandang perbaikan sebagai kemustahilan yang nyata. Dan bagi penyeduh kopi di warung kopi itu, semua obrolan itu adalah komoditi yang membuat dagangannya laku selama diskusi tak ada habisnya tersebut. Pun demikian, ibarat koin bermuka dua, di satu sisi mencemooh, di sisi lain memuja. Lihat saja pada antrian panjang pendaftaran calon pegawai negeri sipil baik daerah maupun pusat. Hal ini membuktikan bahwa menjadi pns masih menjadi mimpi banyak orang. Perguruan tinggi daerah juga berorientasi ke penegerian, sebut saja Politeknik Negeri Batam dan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pada institusi yang mulai bertransformasi dari swasta menjadi negeri, terjadi perang paradigma yang dahsyat antara menjadi badan swasta yang berorientasi pada efisiensi dengan menjadi instansi pemerintah yang umumnya cost center. Namun, ruh dan kebutuhan untuk survive in the changing world merupakan pemicu pengembangan. Efisiensi jam kerja adalah satu masalah tersendiri. Jam kerja standar di dunia bisnis adalah 08.00 sampai dengan 17.00, lima hari kerja, 40 jam sesuai dengan UU 13/2003 pasal 77. Masuk dan keluar dengan clock card, mesin absensi yang terpantau HRD. Dikontrol dengan ketat, karena ada korelasinya dengan gaji. Sementara jam kerja pns hanya

Senin, 15 November 2010

HALO Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota Tanjungpinang untuk segera mengantisipasi penyebaran demam berdarah dengue (DBD) yang akhir-akhir ini banyak terjangkit di masyarakat. Bisa saja entisiopasi tersebut dengan banyak melakukan sosialisasi cara hidup sehat, atau mengalakan program 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur, yang saat ini sudah mulai terlupakan. Bila kasus DBD ini tidak segera diantisipasi, dikhawatirkan korban akan semakin bertambah. Malah kasus DBD akan meningkat menjadi kasus luar biasa (KLB). Bila hal ini terjadi, maka penangananya akan semakin sulit. Sekian dan terima kasih.

Hendrik warga Bukit Bestari Kota Tanjungpinang JAWAB

Terima kasih pak Hendrik atas perhatiannya. sebenarnya saat ini kami dari Dinas Kesehatatan melakukan antisipasi pencegahan DBD di Tanjungpinang, dengan menggalakan kampanye stop DBD di seluruh kelurahan. Melalui kampanye tersebut, kami harapkan penderita DBD di Tanjungpinang bisa menurun. Memang berdasarkan data di Dinkes Tanjungpinang, penderita DBD pada bulan Mei 2010 sebanyak 19 kasus, dan pada bulan Juni 2010 masih ditemui jumlah kasus yang sama. Kita sedang mengupayakan agar jumlah kasus DBD bisa diminimalisir dari waktukewaktu. Seperti penyebaran penyakit DBD semakin terus bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Karena itu, warga Tanjungpinang harus terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu, warga juga harus melakukan kegiatan 3M di tempat-tempat yang dapat menampung air. Bahkan, kegiatan PSN ini tidak hanya dilakukan pemukiman penduduk saja, melainkan dilakukan di areal perkantoran, lingkungan sekolah, tempat umum, dan instansi kesehatan. Gerakan PSN harus terus dilakukan secara rutin di tujuh tatanan yaitu pemukiman penduduk, instansi pendidikan, perkantoran, tempat umum, pengolahan makanan, fasilitas olahraga dan fasilitas kesehatan. Dalam kampanye stop DBD ini, Dinkes akan lebih memberdaya jumantik, menumbuhkan self jumantik pada masyarakat, pembentukan koordinator wilayah DBD, dan melibatkan karang taruna, majelis taklim dan pengurus Masjid untuk menggiatkan PSN. Dari berbagai upaya telah dilakukan Dinkes diharapkan kasus DBD bisa diminimalisir atau kalau bisa dihilangkan sama sekali. Berbagai upaya terus kita lakukan dan ternyata hasilnya belum optimal. Untuk itu pada saat ini kita lakukan kampanye Stop DBD. Dan diharapkan untuk kedepannya kasus DBD di Tanjungpinang dapat menurun.

Ahmad Yani Kepala Dinkes Kota Tanjungpinang

Idul Adha Sebentar Lagi √ 100 Persen Itu Gayus - Wah..luar biasa Gayus √ Puluhan ABG Terjaring Razia - Sangat memprihatinkan √ Api Lalap Kantor Notaris Soehendro - Api memang tak pilih-pilih REDAKSI menerima kiriman artikel opini, surat pembaca, essai, dan informasi dengan syarat tidak menghina, memfitnah atau menghujat seseorang atau kelompok serta tidak berbau SARA. Setiap surat dilengkapi identitas diri dan dikirimkan ke Redaksi Harian Umum HALUAN KEPRI, Bengkong Garama, Telp. (0778) 427000 (hunting), Faks. (0778) 427784, E-mail: redaksi@haluankepri.com Redaksi berhak mengolah ulang isi tanpa mengurangi maksud surat.

DUA hari lagi, tepatnya Rabu (17/11) Hari Raya Idul Adha 1431 H akan tiba. Umat Islam di seluruh dunia berbondong-bondong melaksanakan dua rakaat shalat Id. Selanjutnya saling silaturahmi dengan sanak-famili dan handai taulan. Hari raya Idul Adha tentunya berbeda dengan perayaan hari raya Idul Fitri yang kita rayakan sebelumnya. Perbedaannya itu adalah karena Idul Adha memiliki nilai historis yang begitu mendalam. Idul Adha atau yang sering kita kenal dengan Idul Kurban, mengingatkan kepada kita bagaimana proses perjuangan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih putranya sendiri, yang bernama Ismail as, putra yang ditunggu-tunggu selama

TERBIT SEJAK 9 APRIL 2001

Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab Pemimpin Perusahaan Wakil Pemimpin Perusahaan Redaktur Pelaksana I Redaktur Pelaksana II Koordinator Mingguan Kepala Litbang

: H. Basrizal Koto : Zul Effendi : Sofialdi : Aldi Samjaya : Nando K Tamba : Yon Erizon : Jhoni Firdaus : Fery Heriyanto

bertahun-tahun. Di sinilah nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati yang dicintainya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena ketakwaan dan kecintaannya kepada sang Kholik melebihi segalanya, maka perintah tersebut beliau laksanakan juga. Meskipun pada akhirnya Nabi Ismail digantikan dengan seekor hewan kurban. Peristiwa di atas adalah menjadi titik awal dianjurkannya perintah untuk berkurban bagi umat Islam, terutama bagi orang yang mampu. Jadi dengan adanya perintah berkurban tersebut, kita sebagai umat muslim dituntut untuk tidak hanya melaksanakan ritual keagamaan semata, atau tidak hanya sekedar melak-

sanakan perintah Tuhan. Tapi kita juga diberi kesempatan untuk memanifestasikan rasa solidaritas kita kepada sesama. Caranya, dengan membagi-bagikan daging kurban kepada fakir-miskin dan kaum duafa di sekitar tempat tinggal kita. Artinya daging kurban tersebut tidak hanya dinikmati oleh saudara atau orang terdekatnya saja. Namun benar-benar dinikmati oleh orangorang yang membutuhkan. Orang yang sehariharinya makan daging adalah makanan yang langka bagi mereka. Berbeda dengan Idul Fitri yang menjadi puncak dari kemenangan yang hanya dapat dirasakan oleh masing-masing individu yang menjalankan perintah puasa di bulan Ramadhan. Idul Adha yang menjadi momentum sejarah

Dewan Redaksi : Zul Effendi, Sofialdi, Fery Heriyanto, Nando K. Tamba, Yon Erizon, Jhoni Firdaus Sekretaris Redaksi: Nurhaida, Koordinator Liputan: M Syahdan, Redaktur : Amri, Sofyan, R Ghafur, Arment,M.Syahdan, Andi, Afrizal, Didik Yulianto, Yuri B Trisna Redaktur Foto: Tundra Laksamana, Agus Bagjana, Cecep (fotografer), Redaktur Khusus Mingguan : Apsek Apriadi, Lili Lestari, Reporter : Eddy S, Nicolaus Ngao, Ramli, Indra Kusuma, Ali Mahmud, Tito S, Nana Marlina, Dede Hadi Mulyadi, Zaki Setiawan, Manager Produksi: Dhani Rahmat, Pracetak/Layout: Irpan Husein Lubis (Koordinator), Mardius, Andri Idra, Elvient, Dieky, Hendri, Novrizal ,Grafis: Dimas Firman, Perwakilan Batuaji: Nov Iwandra, Perwakilan Tanjungpinang: Wendri Yepis (Kepala Perwakilan), Basyoruddin (Kepala Biro Redaksi), Asfanel, Reza Pahlevi, Jhoni Prisma (Sirkulasi), Perwakilan Bintan: Azwardi (Kepala), Yendi Perwakilan Karimun: Hengki Haipon (Kepala), Kamed, Reni, Perwakilan Natuna: Syafaruddin (Plt.Kepala), Perwakilan Lingga : Indra Helmi (Kepala Perwakilan), Perwakilan Anambas: Mahyuddin (Plt. Kepala), Jakarta: Syaf Al (Kepala Perwakilan), Djamalis Djamin, Perwakilan Iklan Jakarta: Soeparto Har, Maya Indah Building Jl. Kramat Raya No 3 G Jak-Pus Telp. (021) 3903112, 3904751, Fax (021) 3929630, Alamat Redaksi: Jl Yos Sudarso, No 9, Batuampar-Batam, Telp (0778) 427000 (hunting) Fax (0778) 427784. Website: www. haluankepri.com, E-mail: redaksi@haluankepri.com

telah mengajak kita kepada pola kehidupan sosial yang agamis. Membangun kekuatan spritualitas diri yang tinggi yang terbentuk dalam bentuk pengabdian yang tulus akan perintah-perintah Allah SWT. Hal ini demi kemaslahatan dan kebersamaan di antara umat Islam. M Syahdan Akhirnya kepada seluruh umat Muslim saya mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Adha". Mari kita isi dengan saling berbagi, saling memberi, saling menyayangi. Wartawan Haluan Kepri

Accounting: Safa, Kasir: Ririen, Kabag Iklan: Alfurqan Adm: Zubaidah, Kabag Sirkulasi: Dermawan, Adm: Richi, Staff Collector : Paruhum Nst. Tarif Iklan : Full Colour : Rp. 25.000 / mm kolom, Produk BW Rp. 10.000 / mm kolom, Spot Colour Rp. 20.000 / mm kolom, Display Rp. 10.000 / mm kolom, Sosial BW Rp. 8.000 / mm kolom, Sosial Full Colour Rp. 15.000 / mm kolom, Iklan Mini (Max. 1 kolom x 50mm) :Rp. 100.000/1 kali muat, Iklan Baris :Rp. 10.000/baris. Percetakan: Mardius C (Kepala), Evilius, Mulya Perbawa, Asnil Lubis, Isman, Repro: Zulfahmi,M.Rafi Packing: Asridal,Prima Juana,Joko, Dicetak Oleh PT Cerya Riau Mandiri Printing.

Wartawan HALUAN KEPRI dilarang meminta dan menerima apapun dari nara sumber dan dalam bertugas selalu dibekali dengan identitas dari perusahaan


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.