Kho ping hoo

Page 102

sedemikian kuatnya dia mencengkeram sampai tulang punggung ular patah dan menusuk ke dalam daging di telapak kaki depan itu, Sin Liong segera mencabut tulang itu. Darah mengucur deras dan dia segera membalut dengan saputangannya. Beruang itu kini tidak marah lagi. Agaknya dia cerdik dan dapat mengerti bahwa orang yang datang ini bukan musuh, bahkan menolongnya. Kaki depan yang terluka itu kini tidak nyeri lagi dan tentu saja , karena yang membuat dia tersiksa rasa nyeri tadi adalah karena tulang yang menancap itu. "Coba kuperiksa, apa lagi yang perlu kuobati," Sin Liong berkata dan dia memeriksa luka-luka di tubuh beruang itu. Ada sebuah luka di tengkuk yang membengkak. Tahulah Sin Liong bahwa luka ini cukup berbahaya, kalau tidak lekas diberi obat yang cocok akan dapat membahayakan nyawa beruang itu. "Hemmm, aku harus mencarikan daun obat untuk luka-lukamu,"katanya, lupa bahwa beruang itu tentu saja tidak mengerti apa yang dia katakan. "Hai, Suheng, ada apakah?" Tiba-tiba terdengar teriakan dari atas. Sin Liong menoleh dan melihat Sumoinya turun berlari-lari cepat sekali.Setelah dekat, beruang itu menggerang dan memandang Swat Hong dengan marah. "Huh, binatang buruk!" Swat Hong memaki. "Dia terluka cukup berat, akan tetapi dia menang berkelahi melawan ular laut itu. Lihat, betapa besarnya ular itu, Sumoi. Beruang itu kuat sekali. Aku harus mengobatinya sampai sembuh." Swat Hong mengerutkan alisnya, "Perlu apa menolong binatang buas seperti itu, Suheng? Membuang-buang waktu saja." "Dia tidak buas lagi, sumoi. lihat betapa jinaknya. Dia pun mahluk hidup yang perlu kita tolong. Aku merasa kasihan kepadanya,sumoi." "Wah, kau lebih mementingkan dia..." "Hei..., ada apa engkau...?" Tiba-tiba Sin Liong berteriak melihat beruang itu menggereng-gereng dan menarik-narik tangannya, seolah-olah hendak mengajak Sin Liong pergi dari situ! Beruang itu makin keras menggereng dan makin kuat menariknya. Diam-diam Sin Liong kagum bukan main. Tenaga beruang ini luar biasa besarnya, dan kiranya dia hanya akan dapat menandingi tenaga raksasa ini kalau dia menggerakan sinkang sekuatnya! Akan tetapi tiba-tiba dia mendapat firasat tidak baik melihat sikap beruang itu, maka disambarnya tangan sumoinya dan dia berteriak. "Awas, sumoi. Mari pergi, dia menghendaki demikian, entah mengapa?" JILID 8 Sin Liong memegang erat-erat lengan sumoinya dan membiarkan dirinya diseret oleh biruang itu. Binatang itu mengajaknya setengah paksa berlompatan dan berlarian ke gunung es yang lain yang berdekatan. Baru saja mereka melompat ke atas gunung es lain itu, tiba-tiba terdengar suara keras dan gunung es dimana mereka berada tadi telah pecah berantakan menjadi keping-keping kecil. Kiranya gunung es itu ditabrak oleh gunung es yang lain dan hal ini agaknya telah diketahui oleh si Beruang tanpa melihat datangnya gunung es yang tak tampak dari situ. Ternyata binatang itu hanya diperingatkan oleh nalurinya yang tidak ada pada manusia! Sin Liong berdiri dengan muka pucat, kemudian dia merangkul beruang itu. "Terima kasih, kakak beruang. Kiranya engkau malah menyelamatkan kami berdua." Akan tetapi Swat Hong merasa tidak senang. "Suheng, mari kita segera pergi dari sini. Tempat ini amat berbahaya. Lihat, gunung es tadi hancur dan itu kelihatan dari sini perahu kita. Untung tidak hilang. Marilah, suheng." "Nanti dulu, sumoi. Aku harus mencarikan daun obat untuk mengobati luka-luka di tubuh beruang ini." "Ah, perlu apa? Kita bisa celaka di sini..." "Sumoi, dia telah menyelamatkan nyawa kita!" "Hemm, begitukah? Engkau pun tadi telah menyelamatkan nyawanya ketika kau mengusir burung-burung nazar itu, bukan? Aku melihat dari jauh. Berarti sudah terbalas semua budi, bukan Marilah, Suheng." "Tidak, sumoi. Kita tinggal di sini dulu sampai aku selesai mengobatinya." Swat Hong menjadi marah. "Agaknya kau lebih sayang biruang betina


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.