Kelas 6 - Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas - Edi

Page 44

Setelah kira-kira beberapa lama, putra Patih itu merasa amat lapar. Barulah Pangeran Puja Kelana menghidangkan sebuah piring berisi tiga potong singkong rebus. Melihat hal itu, putra Patih berkata, "Hanya ini makanan yang dihidangkan? Maafkan hamba Pangeran, ini tidak bisa mengganjal perutku yang sudah amat lapar. Kalau hanya seperti ini, lebih baik aku makan di rumah saja." Ia langsung pamit pulang. Pangeran Puja Kelana diam saja melihat sikap putra Patih itu. Dalam hatinya ia berkata bahwa putra Patih itu bukanlah orang yang baik karena ia tidak sabar dan terkesan sombong. la tidak bisa dijadikan teman sejati. Pa d a k e s e m p a t a n b e r i k u t ny a , Pangeran mengundang makan putra seorang pemuka agama. Sebagaimana tamu-tamu undangan lainnya, putra pemuka agama itu amat gembira karena mendapat kehormatan untuk menikmati hidangan bersama Pangeran. Bahkan, ia sengaja mengosongkan perut, tidak menyentuh secuil makanan pun selama sehari semalam. la berpikir bahwa ia akan menikmati hidangan lezat. Dengan begitu, nafsu makannya akan terpuaskan. la berangkat ke kerajaan dengan penampilan terbaiknya. Sesampainya di kerajaan, ia mendapat sambutan ramah dari Pangeran. Tak lama kemudian, keduanya hanyut dalam perbincangan. Putra pemuka agama itu makin merasa lapar, perutnya keroncongan. Kemudian, sang Pangeran segera mengeluarkan tiga potong singkong rebus di atas piring. Setelah itu, ia pamit sebentar hendak mengambilkan minum. Setibanya Pangeran Puja Kelana kembali ke meja makan, piring itu sudah kosong. Ketiga potong singkong rebus itu sudah dimakan oleh putra pemuka agama. "Maaf, Pangeran. Singkong itu kumakan semua karena aku sudah amat lapar," kata putra pemuka agama itu seraya menahan malu. Kemudian, ia berpamitan hendak pulang. Dari situ, Pangeran Puja Kelana

34

tahu bahwa putra pemuka agama itu adalah orang yang tidak setia. la pun tidak bisa diajak berbagi suka dan duka. Ia bukanlah sahabat yang baik. Pangeran Puja Kelana hampir putus asa. la merasa jenuh karena tidak jua menemukan sosok sebagai mana yang dititahkan Ramandanya. Sampai akhirnya, Pangeran Puja Kelana memutuskan untuk keluar istana demi menemukan sahabat sejatinya. la pun menyamar menjadi pemuda biasa. Hari-hari berikutnya, ia lalui dengan keluar masuk hutan belantara, menembus rimba, menentang alam yang tidak bersahabat. Waktu berselang, tubuh Pangeran Puja Kelana makin kurus. Wajahnya pucat pasi. la tak tahan menahan rasa letih akibat perjalanan jauh. Namun, ia tak kunjung jua menemukan orang yang dicarinya. Hampir saja ia menyerah. Tiba-tiba, ada seorang pemuda sedang menggendong tas anyaman pohon bambu di punggungnya tampak berjalan menghampirinya. Melihat kondisi Pangeran yang payah, pemuda itu segera membimbingnya menuju gubuk miliknya. Sesampainya di sana, Pangeran dipersilakan beristirahat, sementara ia sendiri sibuk menanak nasi jagung dan memasak air. Setelah semuanya selesai, Pangeran Puja Kelana diajak makan bersamanya. Keduanya makan dengan lahapnya meskipun hanya nasi jagung dengan lauk ikan teri yang dihidangkan di balai bambu. Setelah selesai makan, keduanya saling bertanya nama masing-masing. "Siapa namamu?" tanya Jaka Kembara, pemuda yang menolong Puja Kelana. "Namaku Puja Kelana. Aku seorang pengembara. Siapakah namamu?� timpal Puja Kelana. "Namaku Jaka Kembara. Aku seorang tabib. Sehari-hari aku pergi memasuki hutan untuk meramu dedaunan dan akar-akaran serta tanaman yang berkhasiat obat." Keesokan harinya, Puja Kelana bersamasama dengan Jaka Kembara pergi ke hutan. Mereka mengumpulkan bahan-bahan obat.

Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas untuk Kelas VI


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.