HinaKelana-4.TigaIblisPulauBerhala

Page 107

"Brebet!" "Craas!" Golok di tangan Buang Sengketa berhasil melubangi tenggorokan Sigalumet. Darah memancar dari luka yang menganga. Tiada kata yang terucap dari mulut Dedengkot Pulau Berhala ini, kecuali suara dengkur nafas bagai kerbau yang disembelih. Masih dengan memegangi lehernya yang berlubang, tubuh Sigalumet nampak tergetar beberapa saat lamanya. Darah semakin lama semakin berkurang yang keluar dari luka itu. Seiring dengan tetesan darah yang terakhir, tubuh Sigalumet limbung dan untuk kemudian terjengkang dengan nyawa putus. Habislah sudah sekutu-sekutu pemberontak Runa. Buang Sengketa menarik nafas panjang. Pemuda itu sudah bermaksud meninggalkan tempat itu ketika sepasang matanya yang setajam mata elang itu melihat dua orang penunggang kuda yang tengah menuju ke arahnya. Pendekar Hina Kelana urungkan niatnya, dua orang penunggang kuda itu makin lama makin dekat, Pendekar ini kernyitkan alisnya begitu melihat pakaian yang dikenakan oleh orang-orang itu. Kalau melihat dandanan yang mereka pakai sudah barang tentu dua orang ini merupakan seorang raja dan patihnya. Akan tetapi hendak kemanakah mereka? Batin Pendekar Hina Kelana dalam hati.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.