Alam Budaya Manusia

Page 42

BUDAYA - 74 Seluruh lambung perahu ditutupi dengan geladak agar ombak yang dihadapi di lautan luas tidak dapat masuk, letak cadiknya disesuaikan dengan cara pemakaian jenis layar sandeq yang sebaliknya didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan para posasiq Mandar yang dikumpulkan sejak ratusan tahun silam ini. Dari segi teknik pelayaran jenis perahu sandeq dapat dinamakan perahu modern - walaupun dari cara pembuatan serta penggunaannya ia digolongkan sebagai perahu tradisional. Sandeq berarti ‘runcing’ dalam Bahasa Indonesia, dan menurut para posasiq Mandar menunjukkan bentuk haluan perahu yang tajam dan layar yang masandeq (bentuknya segitiga, model layar yang digunakan sebelumnya adalah berbentuk segi empat atau sombal tanjaq). Jenis perahu sandeq yang kini kita kenali sebagai perahu tradisional terkemuka Mandar baru bermunculan pada sekitar tahun 30-an abad ke-20; jenis perahu pakur yang digunakan sebelumnya “berbentuk seperti sandeq’’ dan memakai layar tanjaq. Nooteboom yang pada tahun 1938 sempat mengunjungi daerah Mandar memberitakan, bahwa: Sejak beberapa waktu lalu cukup banyak dari perahu-perahu [pakur] itu diberikan layar dan tali-temali yang lain. Tiang yang digunakannya lebih panjang, dan berbengkok ke belakang pada ujung atasnya, sebagaimana yang biasa digunakan pada perahu-perahu pesiar kecil yang memakai layar fin. Layar yang digunakannya memang sehelai layar fin yang lebar dan rendah. Pemilikpemilik beberapa perahu yang serupa ini

menceritakan kepada saya bahwa layar dan tali-temali ini mereka buat mengikuti layar-layar perahu pesiar yang mereka lihat di Makassar. Hal ini dapat dikonfirmasikan melalui laporan Van Vuuren mengenai keadaan pelayaran dan perkapalan di Mandar pada tahun 1916, nama perahu sandeq belum disebutkan. Menurut nelayan Mandar, perahu jenis sandeq pertama kali dikembangkan oleh tukang perahu di Pambusuang (Kecamatan Balanipa). Mereka terinspirasi salah satu model/fungsi layar yang ada di perahu layar Eropa yang berbentuk segitiga. Layar segitiga tersebut mereka terapkan pada perahu lepa-lepa yang mempunyai cadik. Sebelumnya, layar dipasang ‘mati’ (diikat statis, tidak bisa ditarik atau digulung) ke tiang layar. Hal tersebut menyebabkan nelayan akan memotong atau mematahkan tiang layar (dengan parang) jika angin bertiup sangat kencang, jika tidak perahu akan terbalik. Menghadapi masalah demikian, mereka mencari pemecahan dengan menerapkan teknik pemasangan layar di perahu pakur, yaitu bisa ditarik atau digulung dengan mudah dan cepat. Dengan ditemukannya pemecahan tersebut, mereka kemudian mencoba layar segitiga ke perahu pakur untuk menggantikan layar jenis tanjaq. Sebab jenis layar ini agak berbahaya ketika akan melakukan pemindahan posisi dari satu sisi ke sisi lain. Penerapan layar ‘jenis baru’ ke pakur merupakan proses yang lama sebab bentuk layar yang demikian harus disesuaikan dengan bentuk lambung dan

BUDAYA - 75 bagian-bagian perahu yang lain, khususnya tiang layar dan cadik. Oleh karena tiang yang diperlukan guna memasang jenis layar sandeq ini harus berbatang tunggal dan diperkuat dengan laberang, maka bentuk lambung perahu sandeq berbeda dari pakur yang menggunakan tiang tripod tanpa tali penguat. Hal ini terutama terlihat pada letak cadik perahu. Cadik buritan sandeq dipasang di sekitar tengah lambung perahu, pada perahu pakur cadik buritannya terletak berdekatan dengan sanggar kemudi perahu di bagian belakang lambung. Kemungkinan besar bentuk lambung perahu pun ikut berubah – bagi layar tipe tanjaq yang

Pencatatan peserta lomba kecepatan sandeq mini di Desa Karama, Kecamatan Tinambung

‘mengangkat’ perahu bila berlayar sebuah lambung yang bundar paling cocok; yang paling sesuai dengan tipe layar fin yang sebagai layar fore-and-aft memunculkan daya dorong ke depan yang kuat adalah sebuah lambung yang runcing, ‘sandeq’. Sampai hari ini (sandeq yang khusus dibuat untuk lomba) proses evolusi perahu sandeq tak pernah berhenti: Misalnya, sejak tahun 60-an abad ke-20 cadik buritan semakin dipindahkan ke arah haluan perahu (untuk memungkinkan bom layar bergerak dengan lebih leluasa), dan sejak akhir tahun 70-an cadik haluan mulai dipasang pada tempat yang lebih tinggi daripada sebelumnya (untuk menghindari tertenggelamnya dalam ombak bila perahu berlayar dengan angin dari buritan). Setelah ekonomi Indonesia pada awal tahun 70-an semakin bergerak, maka semua ikatan di antara cadik, katir dan lambung perahu yang sebelumnya terbuat dari rotan diganti dengan tali monofilament (sejenis tali pancing berukuran besar) yang semakin gampang didapatkan di pasaran, dan layar sandeq yang sampai saat itu dijahit dari kain katun diganti dengan jenis-jenis kain plastik yang lebih ringan dan tahan. Dengan perubahan-perubahan ini daya tahannya di laut lepas semakin ditingkatkan, sehingga selama dua dekade akhir abad ke-20 perahu-perahu sandeq mampu berlayar selama beberapa minggu mencari ikan sepanjang Selat Makassar dari Toli-Toli di ujung Utara Sulawesi sampai ke Pulau Laut di Kalimantan. Selain berdasarkan pada persoalan fisik dalam membuat, penggunaan, dan perawatan sandeq, hal yang sifatnya


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.