RADAR LAMPUNG | Rabu, 3 Juni 2009

Page 16

METROPOLIS

16

RABU, 3 JUNI 2009

Bukan Sekadar Berita

LINTAS METRO

Ricky Belum Kembali HINGGA kemarin, Ricky Setiabudi (9) belum kembali. Bocah yang tercatat sebagai siswa kelas 2 SD Dwi Warna ini meninggalkan rumah sekitar pukul 05.00 WIB Rabu (27/5). Warga Kampung Sukaindah RT 017/Lk. 03, Kelurahan Pidada, Kecamatan Panjang, Bandarlampung, ini pergi dengan membawa tas, sandal jepit, sepatu sekolah, dan uang Rp70 ribu. Pihak keluarga mengharapkan warga yang Ricky Setiabudi menemukan Ricky agar dapat menghubungi nomor telepon (0721) 7161826. ’’Kami berharap warga yang menemukan Ricky segera menginformasikan keberadaannya,” kata Devi Y. Lendra, ayah Ricky, kemarin. (ferdy kurniawan/alam islam)

Gara-gara Bro, Tangan Terluka PETUGAS Polsekta Kedaton mengamankan Rahman Tedi (29), warga Jl. Raden Saleh, Tanjungsenang, Bandarlampung. Sopir angkutan kota jurusan Tanjungkarang-Wayhalim ini diduga menganiaya Angga Pawaka Putra (21), warga Jl. Ratu Dibalau, Waykandis. Kanitreskrim Polsekta Kedaton Bripka M. Teguh mewakili Kapolsekta AKP Sastra Budi mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 12.30 WIB Minggu (31/5). Perselisihan tersebut disebabkan salah paham antara keduanya. Awalnya, tersangka yang mengendarai angkot melintas di Jl. Ratu Dibalau dan dikejutkan dengan motor yang melaju dari arah berlawanan. Angkot dan motor nyaris bersenggolan lantaran korban berusaha menghindari lubang. Kemudian, tersangka berteriak ’’awas bro”. Namun, ucapan tersebut didengar ’’beruk”’oleh korban. Lalu terjadi pertengkaran di antara keduanya. Saat itu, tersangka menyerang dengan silet hingga menyebabkan tangan korban terluka. Tersangka mengaku sebelumnya sempat dipukul korban. (taufik wijaya/alam islam)

Salah Obat, Bocah Dirawat OBAT yang diminumnya membuat Fidia (5) harus dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandarlampung kemarin. Bocah yang tinggal di Kecamatan Rajabasa ini diketahui meminum obat darah tinggi milik ibunya. Firdaus (49), ayah Fidia, mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 08.00 WIB. Saat itu, ia melihat empat jenis obat di dalam plastik hitam. Karena kondisi Fidia yang sedang sakit, ia memberikan seluruh obat yang ada di dalam plastik kepada anaknya. ’’Lalu, istri saya menanyakan apakah Fidia sudah diberi obat. Saya menjawab sudah dan mengatakan memberikan obat yang ada di dalam plastik hitam,” kata Firdaus ditemui di instalasi gawat darurat kemarin. Mendengar jawaban tersebut, Yusnidawati, istri Firdaus, terkejut. Sebab, sebagian obat yang ada di dalam plastik itu adalah obatnya. ’’Saya kaget, ternyata di dalam plastik itu ada obat Fidia juga,” tambah Yusnidawati. Fidia pun kemudian dibawa ke rumah sakit. (ferdy kurniawan/alam islam)

Apa Kabar Bandarlampung Most Wanted? Laporan Wirahadikusumah Editor: Alam Islam BANDARLAMPUNG – Hingga kemarin, pihak Poltabes Bandarlampung belum berhasil menangkap satu pun dari sepuluh orang yang paling dicari (most wanted) di kota ini. Mereka adalah pelaku tindak pidana yang masuk daftar pencairan orang (DPO). Diketahui, Poltabes Bandarlampung menetapkan sepuluh orang yang paling dicari di kota

ini. Penentuan peringkat, salah satunya didasarkan pada tingkat kasus kejahatan yang dilakukan. Mereka menjadi buron lantaran tidak memenuhi panggilan penyidik. Selain menetapkan sepuluh most wanted tersebut, poltabes juga menjanjikan memberikan imbalan bagi siapa saja yang menginformasikan keberadaan mereka. Kasatreskrim Poltabes Bandarlampung Kompol Namora Limande Uhum Simanjuntak, S.I.K., M.H. mengatakan, pihaknya tetap

menelusuri keberadaan sepuluh buronan tersebut. ’’Selain DPO, mereka juga menjadi target operasi (TO) kami,” kata Namora. Lulusan Akpol 1995 itu mengatakan, pencarian dilakukan hingga luar Bandarlampung. Daerah yang ditelusuri, antara lain, Provinsi Bangka Belitung sampai beberapa kota besar di Pulau Jawa. Selain itu, polisi juga terus memantau kediaman sepuluh buronan tersebut. Lebih jauh Namora mengatakan, dalam mencari sepuluh buron-

an itu, pihaknya membutuhkan partisipasi masyarakat untuk memberikan informasi tentang mereka. Daftar nama dan foto wajah masing-masing buronan sudah dikeluarkan di media massa. ’’Kami berharap warga yang mengetahui keberadaan mereka segera menginformasikannya,” kata perwira dengan satu melati di pundaknya ini. Sekadar mengingatkan, sepuluh orang yang paling dicari oleh Poltabes Bandarlampung, mulai dari urutan pertama adalah Teguh

Berkas Trafficking Dilimpahkan

Kirim Surat Panggilan Resmi Laporan Wira - Editor: Alam Islam

Laporan Wirahadikusumah Editor: Alam Islam BANDARLAMPUNG – Penyidik Poltabes Bandarlampung bergerak cepat melengkapi berkas perkara trafficking. Rencananya, pekan depan penyidik melimpahkan berkas perkara tersebut ke Kejari Bandarlampung. Dalam kasus ini, polisi menetapkan dua tersangka. Mereka adalah Sunarti (44), warga Jl. Karyabersama, Rejosari, Tenayanraya, Pekanbaru, dan Fitria (24), warga Kelurahan Talang, Telukbetung Selatan (TbS), Bandarlampung. ’’Saat ini masih dalam tahap pemberkasan dan tinggal dijilid. Setelah itu dilimpahkan,” kata Kasatreskrim Poltabes Bandarlampung Kompol Namora Limande Uhum Simanjuntak, S.I.K., M.H. Namora mengatakan, penyidik agak kesulitan menggali keterangan dari Sunarti. Wanita yang akrab disapa Narti itu mengaku hanya memiliki satu anak buah, yakni Fitria. Sementara penyidik menduga wanita itu memiliki banyak kaki tangan. ’’Ibu Sunarti masih bungkam. Dia sangat tertutup saat ditanya apakah memiliki anak buah yang lain,” tukasnya. Meski begitu, Namora mengatakan, sambil menunggu berkas perkara dinyatakan lengkap oleh jaksa, pihaknya akan berusaha menggali informasi dari kedua tersangka. Diketahui, dua tersangka itu ditangkap pada Selasa (19/5). Dalam penangkapan tersebut, petugas Poltabes Bandarlampung bekerja sama dengan Poltabes Pekanbaru. Polisi juga mengamankan RN (29), korban trafficking asal Kota Bandarlampung. Ia adalah tetangga Fitri. Terungkapnya kasus ini berawal dari laporan Edi Yusuf (35), suami RN, pada 14 Mei 2009. Laporan tersebut tertuang dalam LP/ B/1421/V/2009/SPK/TabesBalam. Ketika itu, Edi melaporkan bahwa istrinya dijadikan pekerja seks komersial (PSK) di Pekanbaru. (*)

Heriyanto alias Juju, Gono Handoko, Sanwani, Efendi alias Acau, dan Tanzie Feriadi Ronie. Kemudian Desirino Siswanto, Febriyansyah, Mike Wijaya, Hairul Bahri, dan Me. Sebagian besar dari mereka terlibat kasus penipuan dan penggelapan. Kemudian, ada yang terlibat kasus kepemilikan bom ikan serta pelemparan bom ikan ke gedung DPRD Provinsi Lampung tahun 2004. Lalu terlibat kasus pemerkosaan serta pencurian dengan kekersan (curas). (*)

FOTO ALAM ISLAM

MACET: Truk fuso BE 4346 LB yang memuat pasir terguling di Jl. Z.A. Pagaralam, tidak jauh dari pintu keluar Terminal Rajabasa, sekitar pukul 03.30 WIB kemarin. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, peristiwa ini menyebabkan kemacetan di ruas jalan tersebut.

BANDARLAMPUNG – Penyidik Poltabes Bandarlampung akan memanggil lima dari 13 korban penipuan calon pegawai negeri sipil daerah (CPNSD) yang dilakukan Sri Purwati (65). Sebab, hingga kemarin, belum ada satu pun dari lima korban tersebut yang menemui penyidik. ’’Sebelumnya kita sudah sarankan untuk menemui penyidik. Karena tidak datang, kita akan melayangkan surat panggilan resmi,” kata Kasatreskrim Poltabes Bandarlampung Kompol Namora Limande Uhum Simanjuntak, S.I.K., M.H. Namora mengatakan, keterangan kelimanya sangat penting. Sebab, dari keterangan mereka, penyidik bisa mengetahui sejauh mana keterlibatan Aini Marwati (48). Ada tiga belas korban yang mendaftar melalui Aini. Uang yang terkumpul pada warga Jl. Pagaralam, Kedaton, itu mencapai Rp463,6 juta. ’’Dalam kasus ini, Aini statusnya pelapor. Namun, ia juga diminta oleh tersangka untuk mencari orang-orang yang ingin menjadi PNS. Makanya kami masih menyelidiki peran yang bersangkutan,” papar Namora. Diketahui, Sri Purwati ditahan sejak Rabu (6/5). Sebelumnya, dua korbannya melaporkan warga Jl. Hanoman, Kelurahan Jagabaya I, Tanjungkarang Timur (TkT), ini ke polisi. Sri diduga menipu puluhan orang. Saat melakukan aksinya, Sri memberikan informasi kepada saudara ataupun teman-temannya bahwa ia bisa memuluskan langkah seseorang untuk menjadi PNS. Salah satu korban yang melapor ke Poltabes Bandarlampung adalah Aini Marwati. Namun, Aini juga diminta Sri untuk mencarikan orang-orang yang ingin menjadi PNS. Selanjutnya, Aini mencari siapa saja yang ingin menjadi PNS dan mendapatkan tiga belas orang yang mendaftarkan diri dengan memberikan uang antara Rp20 juta–Rp75 juta. (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.