243

Page 23

23

Puailiggoubat NO. 243, 1 - 14 Juli 2012

P

ada suatu hari seorang pemuda berburu di hutan. Hari itu dia sudah berjalan jauh, tetapi tidak seekor pun buruan yang didapatnya. Sampai di suatu tempat, dia melihat seekor rusa. Diambilnya anak panah dan dibidikkan ke rusa itu. Anak panah dilepas dari busur dan melesat mengenai tubuh rusa. Tetapi rusa itu tidak mati, malah lari menjauh. Pemuda tersebut mengejar dengan mengikuti jejak rusa tersebut. Sampai jauh dia mengikuti jejak rusa, tetapi rusa tersebut tidak ketemu. Karena kelelahan, si pemuda istirahat di pangkal batang enau. “Hai sobat, apa yang kau cari?” terdengar sebuah suara. Si pemuda mencari sumber suara itu. Dilihatnya di sekeliling hanya hutan dan belukar. Suara itu terdengar lagi. Si Pemuda kaget, ternyata suara itu berasal dari pohon enau tempat dia beristirahat. Dia pun menjawab pertanyaan pohon enau. “Saya sedang mengikuti jejak rusa yang saya panah”, jawab si pemuda. “Hai sobat, tak usah lah kamu cari. Rusa itu tidak mati. Ambillah ijukku, lalu kamu cuci. Jalinlah dan gunakanlah sebagai jerat penangkap rusa”, Kata pohon enau. “Bagaimana caranya?” tanya si pemuda “Aku akan tunjukkan cara membuat jerat serta pantangnya,” kata pohon enau Pemuda itu melakukan apa yang diajarkan pohon enau. Berjam-jam lamanya dia menjalin ijuk dari pohon enau yang telah dibersihkannya. Setelah jerat itu selesai, si pemuda memasangnya di tempat yang biasa dilalui rusa. Si pemuda kembali lagi ke rumahnya dan menunggu rusa terperangkap dalam jerat yang baru dipasangnya. Beberapa hari kemudian seekor rusa melintas ditempat si pemuda memasang jerat. Rusa heran melihat mahluk aneh yang belum pernah

sekadar becanda Sudah Tahu Ada anak baru (AB) dan anak lama (AL) sedang mengobrol saat pelajaran Fisika. AL: “Eh lu anak baru ya?” AB: “Iya..” AL: “Hati-hati lu sama guru Fisika, kalau salah sedikit bisa di gampar” AB: “Ooh… gue udah tahu” AL: “Iya, gurunya udah jelek, gembel gitu mukanya,

Asal Usul Jerat dilihatnya di daerah tersebut. Walau setiap saat dia melintasi daerah itu. “Hai sobat, sedang apa sobat disini?,” kata rusa kepada jerat, “Saya tinggal disini, sobat”, jawab jerat Rusa tidak suka ada mahluk aneh di sekitar tempat dia mencari makan dan bermain. Diusirnya jerat tersebut. Tetapi jerat tidak mau pergi. Rusa marah dan mengancam jerat. “ kalau begitu ayo berkelahi. Siapa yang kalah harus meninggalkan daerah ini”, tantang rusa.

“Sekali lagi maaf kawan, saya tidak kuat berkelahi, sedangkan kamu mampu melewati beberapa bukit, lembah, rawa dan sungai sedangkan saya hanya disini saja coba lihat punggung saya ini sedang sakit”, jawab jerat. “Jangan banyak alasan, ayo kita berkelahi,” desak rusa. “Kalau begitu ulurkan tanganmu,” ujar jerat dengan lembut. Lalu rusa memberikan tangannya dan jerat langsung menangkap tangan rusa tersebut dan menjepitnya erat

erat. “Lepaskan tanganku…..! lepaskan tanganku….!”, teriak rusa “Kawanku rusa, walaupun pung-gungku sakit, kamu tidak akan ku lepas. Kalau bilou sudah berbunyi, berarti ibu saya sudah bangun untuk mempersiapkan ransum bapak saya. Kalau burung sri gunting gunung berkicau, bertanda bapak saya akan datang”, ujar jerat pada rusa. Rusa sadar dia sudah terperangkap. Tapi tidak ada guna menyesalinya. Dia tidak bisa lepas dari ikatan kuat jerat yang dipasang si pemuda. Kini rusa hanya bisa pasrah menung-gu si pemuda, yang di sebut “Bapak” oleh jerat. Satu malam sudah berlalu dan fajar pun merekah di langit. Rusa masih terikat oleh jerat. Tidak lama kemudian terdengar suara bilou bersahutan. Para perempuan di kampung sudah sibuk memasak dan menyiapkan bekal suami dan anak lelaki mereka yang berangkat ke ladang atau ke hutan. Beberapa lama kemudian rusa mendengar kicauan burung sri gunting gunung. Dia tahu bahwa si pemasang jerat sudah berada di hutan. Sesampai si pemuda di tempat dia memasang jerat, hatinya bersorak melihat seekor rusa sudah terperangkap. Dia berjanji akan mematuhi segala pantangan memasang jerat seperti yang sudah diajarkan pohon enau. Ini adalah kisah tentang bagaimana terjadinya jerat, menta-wai beserta pantangnya. Dalam cerita ini mengandung makna bahwa manusia (masyarakat) mentawai begitu dekat dengan alam, ada hubungan baik dan saling meng-hormati antar sesama makhluk hidup dengan menjaga keutuhan ekosistem. (Kumpulan Cerita Rakyat Mentawai)

Sudah Tahu Pertanyaan Sederhana mana miskin lagi!” AB: “Ooh…gue udah tahu” AL: “Pokoknya ntar kalau pulang kita kerjain yuk! kita siram pake air got, kalau perlu kita gebukin tuh guru jelek! Eh ngomong-ngomong kok lu dari tadi bilang kalo lu udah tau sih?” AB: “Gue anaknya!!”

Pertanyaan Sederhana Seorang filsuf terkenal

sangat disegani oleh sopirnya yang selalu ikut mendengarkan setiap ceramah bosnya tentang moralitas dan etika. Kemudian suatu hari si sopir mendekati sang filsuf dan bertanya apakah ia bersedia untuk bertukar peran pada kuliah berikutnya, sang filsuf menjadi sopir, dan sang sopir yang akan menjadi dosen dan mengisi kuliah. Sang filsuf setuju. Materi kuliah dibawakan dengan sangat baik oleh si sopir. Ketika tiba saatnya pertanyaan

dari para peserta, seorang wanita di belakang bertanya, “Apakah pandangan epistemologis alam semesta masih berlaku dalam dunia eksistensialis?” “Itu adalah pertanyaan yang sangat sederhana,” jawab sang sopir (yang sedang menyamar menjadi dosen), “Terlalu sederhana, bahkan sopir saya bisa menjawab pertanyaan itu, dan itulah yang akan ia lakukan.”

Suara Daun Roberta Sarogdog

Calo Tiket

S

urat keputusan bupati untuk kapal Pemda Mentawai yang sudah berjalan hampir 2 bulan ini menjadi peluang bagi yang mengoperasikan beserta jajarannya untuk mengais keuntungan dibalik surat keputusan tersebut. Padahal tujuan surat keputusan itu dibuat untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan perjalanan antar pulau di Mentawai, dan juga surat keputusan itu dibuat akibat tingginya biaya operasional yang disupport oleh Pemda Mentawai, sementara beroperasinya kadang jalan dan kadang tidak dengan alasan tidak bisa membeli BBM. Surat keputusan itu malah menambah lemah kontrol pemerintah sehingga para pelaksana surat keputusan ini tidak tunduk dengan isi suratnya. Praktik percaloan meningkat seiring digratiskannya kapal pemerintah ini. Para calo semakin menjadi-jadi ditengah ramainya penumpang saat liburan sekolah. Praktik ini tentu merugikan masyarakat dan pemerintah, yang seharusnya cukup membayar Rp5.000 untuk asuransi, namun tiket untuk kamar diperjualbelikan dengan harga Rp50 Ribu sampai Rp100 Ribu per tiket. Pemerintah khususnya Dinas Perhubungan tentu tidak boleh membiarkan calo tiket ini tumbuh subur. Calo-calo yang kini sering berkeliaran di pelabuhan Muara Padang atau di Mentawai harus segera ditertibkan. Jika memang ada oknum dari pemerintah terlibat baik dari petugas kapal ataupun Dinas Perhubungan, harus segera diambil tindakan tegas dan sanksi. Masyarakat yang menjadi penumpang juga harus kritis dan melaporkan jika menemukan calo tiket atau petugas pemerintah yang “nakal” Calo tiket ini harus menjadi perhatian serius, sebab akan berdampak pada jumlah penumpang dan daftar manifest penumpang. Jika terjadi kecelakaan, akan membahayakan jika manifest penumpang tidak jelas. Semoga sistem kontrolnya berjalan untuk tertib dengan aturan yang ada.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.