Pontianak Post

Page 10

gemerlap dunia

Artis Maudy Koesnadi menganjurkan kepada wanita Indonesia agar meluangkan waktu untuk santai di tengah kesibukan menjadi ibu rumah tangga dan wanita karir. “Tuntutan menjadi ibu rumah tangga adalah tetap cantik di depan suami dan bisa membereskan semua urusan rumah tangga seperti bersih-bersih rumah dan memasak,” katanya. Sedangkan tuntutan wanita yang memiliki karir adalah bisa menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, dan tetap bisa menjaga penampilan di tengah kesibukannya. Wanita kelahiran Jakarta, 8 April 1975 ini mengatakan menjadi wanita harus kuat perkasa. “Harus bisa tetap cantik dan tersenyum di tengah kepenatan, kesibukan, tuntutan pekerjaan dan segala masalah yang dihadapi,” katanya. Oleh karena itu, Maudy mengatakan wanita Indonesia wajib hukumnya untuk meluangkan waktu bersantai. “Bersantai banyak bentuknya, yang penting kita dapat melupakan sejenak segala urusan dan memanjakan diri, semuanya disesuaikan dengan kebutuhan diri,” katanya. Seperti pergi ke spa atau salon, aura healing, yoga, meditasi, mendengarkan musik, pijat, atau kalau perlu berbagi cerita dengan sahabat. Pemain sinetron yang mengawali karir di dunia entertainment melalui ajang pemilihan Abang dan None Jakarta ini mengatakan wanita cantik harus memiliki satu paket.Yaitu cantik secara fisik yang diperoleh dari segala perawatan kecantikan, dan cantik secara dalam yang didapat dari wawasan dan ketenangan jiwa. Maudy mengatakan, sayang apabila seorang wanita hanya memiliki kecantikan fisik, tetapi ketika diajak ngobrol tidak nyambung. “Kondisi seperti itu akan mengurangi mood orang yang mengajak bicara,” katanya. (kpl/dar)

Maudy Koesnadi

Luangkan Waktu Untuk Santai

Pontianak Post l

10

Minggu 14 Desember 2008

Cerita Film The Contract

Diburu Sekelompok Pembunuh Bayaran Pemain: Morgan Freeman, John Cusack, Jamie Anderson, Alice Krige, Megan Dodds, Bill Smitrovich, Ned Bellamy

Ray Keene (John Cusack) tak pernah mengira kalau ia harus diburu sekelompok pembunuh bayaran. Awalnya Ray, seorang mantan polisi yang menjadi guru olahraga, hanya bermaksud untuk mengajak putranya Chris (Jamie Anderson) untuk berkemah. Ray ingin hubungannya dengan Chris lebih akur terlebih sejak kematian ibu Chris karena kanker. Di saat yang hampir bersamaan, seorang pembunuh bayaran bernama Frank Carden (Morgan Freeman) ditugaskan untuk membunuh seorang jutawan. Celakanya Frank terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit lantaran terlibat kecelakaan yang membuatnya tak sadar. Frank yang kemudian ditangkap oleh polisi setempat kemudian berhasil ‘lolos’ dari polisi ketika anak buahnya datang menolong saat Frank akan dipindahkan ke lokasi lain. Sayangnya usaha ini tak sepenuhnya berhasil lantaran Frank malah terjatuh di dekat Ray dan Chris yang sedang dalam perjalanan menuju perkemahan. Ray

yang merasa berkewajiban untuk menyerahkan Frank kembali ke pihak kepolisian mau tak mau harus berusaha selangkah lebih cepat dari anak buah Frank yang sedang berusaha mencari Frank Tak seperti biasanya, film hasil arahan sutradara Bruce Beresford ini malah dirilis dalam format DVD dahulu sebelum masuk ke layar lebar. Ini cukup aneh bila mengingat ada dua nama besar, Morgan Freeman dan John Cusack, yang sebenarnya bisa jadi jaminan film ini bakalan laris. Sebenarnya, film ini cukup bagus juga meski sama sekali tak mengusung ide baru. Jalan cerita yang kurang lebih sama sempat ditawarkan oleh film-film sebelumnya namun tentu saja tak sama persis dengan film ini. Untuk disebut sebuah ide cerita yang menarik, sepertinya juga kurang tepat lantaran akhir cerita sudah dapat diperkirakan ketika film baru setengah jalan. Yang jadi tumpuan film ini mau tak mau adalah kemampuan akting Morgan Freeman dan John Cusack yang memang tak perlu lagi diragukan. Tampang dingin dengan nada bicara yang kadang terdengar sinis dari Morgan membuatnya

pas memerankan tokoh pembunuh bayaran sementara tampang John Cusack yang kadang terlihat polos juga tak mengalami kesulitan memerankan Ray Keene. Malah bisa dibilang kedua bintang ini tak mengalami kesulitan apa pun dalam memerankan tokoh yang mereka perankan. Sayangnya kekuatan yang ada ini jadi terasa sia-sia lantaran sang sutradara dan penulis naskah gagal membangun karakter yang kuat lewat dialog yang harus dibawakan baik Morgan maupun Cusack. Bisa dibilang kedua tokoh utama ini seolah hanya nama tanpa ada wujud yang nyata. Ini memang bukan kesalahan Morgan atau Cusack lantaran keduanya masih terikat pada naskah. Dan sampai di titik ini baik Morgan maupun Cusack sudah memberikan yang terbaik yang mereka mampu. Secara umum, film ini sebenarnya tak terlalu buruk untuk dinikmati sebagai hiburan, namun dengan sedikit perbaikan pada naskah film ini bisa jadi akan lebih punya taring dan siap mengeruk keuntungan besar. Bisa jadi ini juga yang membuat film ini dilepas langsung ke format DVD. (kpl/ roc)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.