Pontianak Post

Page 6

aneka

6 perawatan intensif di Rumah Sakit Sudarso Pontianak. Informasi yang dihimpun Pontianak Post, korban beralamat di Jalan Budi Karya, Pontianak. Ibu dan anak ini hendak pergi belanja kebutuhan rumah tangga menggunakan sepeda motor. Belum sampai di tujuan, mereka langsung tertimpa musibah. Sebatang pohon meranggas yang keropos tiba-tiba jatuh ke badan jalan menimpa korban. Pengendara sepeda motor adalah Marni, anak kandung dari Yulia. Kedua korban ini terbaring lemas di jalan raya setelah kejadian tersebut. Tragisnya, bagian tubuh mereka luka dan mengeluarkan bercak darah. Terlebih terhadap Yulia, kendati sudah memakai helmet, darahnya terus keluar dari kepala. Pantauan di lapangan, warga sekitar sibuk meminta pertolongan kepada pihak berwajib. Mereka tidak berani mengambil tindakan untuk memindahkan pohon besar itu. Selang beberapa saat kemudian, beberapa petugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pontianak datang ke lokasi bersama pihak kepolisian setempat. Para petugas ini dengan sigap memotong pohon tumbang itu menjadi beberapa bagian. Kemudian, menyelamatkan korban ke rumah sakit terdekat. Karena

terlihat kritis, Yulia dirujuk ke Rumah Sakit Polda Kalimantan Barat. Sedangkan anaknya, Marni, digiring ke RSUD Sudarso. Kendati sudah mendapat pertolongan medis, nyawa Yulia tidak dapat tertolong. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Menurut saksi mata, Dedi, pohon itu jatuh secara mendadak. Padahal, tidak ada angin kencang dan kondisi cuaca yang ekstrem saat kejadian. Dia menuturkan, mungkin umur pohon yang sudah tua dan keropos, sehingga jatuh secara tiba-tiba. “Pohon tersebut langsung menimpa pengendara sepeda motor yang sedang melintas di jalan,” paparnya. Begitu juga yang diutarakan oleh warga sekitar, Siakpa. Ia mengatakan, pohon itu memang sudah berumur dan layak ditebang. Kendati demikian, dinas terkait belum tanggap mendengarkan saran warga. “Kami sudah berapa kali untuk menginformasikan kepada pemerintah. Namun, pohon tersebut dikatakan belum layak ditebang dan masih dalam peremajaan,” ungkapnya. Suami korban, Samsudin mengatakan, sebelum musibah terjadi mereka pamitan untuk pergi belanja di Pasar Flamboyan. “Saya memberi uang belanja. Namun sekitar setengah jam kemudian, ada

pihak berwajib datang memberi informasi, bahwa istri dan anak saya kecelakaan,” kata ayah lima orang anak ini. Hal senada diutarakan oleh anak kandung korban, Ari. Dia menjelaskan, baru kali ini ibunya pergi belanja menggunakan sepeda motor. Sebelum pergi belanja, berencana untuk mengantar surat beasiswa adiknya yang masih sekolah di Jalan Suprapto. “Biasanya, saya yang mengantar ibu. Tapi tidak tahu, kenapa ibu ingin pergi bersama kakak. Saya berharap, agar pemerintah mau bertanggungjawab akan kecelakaan ini,” pungkasnya. Usai Salat Jumat, Wali Kota Sutarmidji menjenguk Marni di RSUD Sudarso, kemarin. Namun Sutarmidji tidak dapat berbincang dengan korban karena sedang tidur. “Saya tidak mau mengganggunya, biar saja tidur,” kata Sutarmidji.Dia berjanji Pemkot Pontianak akan menanggung semua biaya pengobatan di rumah sakit hingga sembuh. Untuk korban meninggal dunia Yulia, Pemkot memberikan santunan kepada keluarganya. “Saya juga minta petugas medis untuk memberi pelayanan sebaik-baiknya kepada korban selama di rumah sakit,” ungkap Sutarmidji. “Kepada korban meninggal saya juga ucapkan belasungkawa yang sedalamdalamnya.”Menanggapi ke-

Akui Luput dari Pengawasan Sambungan dari halaman 1

cukup serius dan sampai saat ini masih mendapatkan perawatan di RSUD Soedarso Pontianak. Utin juga mengaku, pihaknya telah memberikan santunan kepada pihak keluarga. Menurut Utin, pohon yang tumbang tersebut karena pohon diteres (dikuliti) oleh warga. “Nampaknya pohon itu sengaja dikelang (diteres/dikuliti),” lanjut Utin. Kurangnya personil DKP untuk melakukan pengawasan diakui Utin juga merupakan salah satu kelemahan pihaknya

untuk melakukan pengawasan kepada semua pohon. Selain itu, Utin berharap kepada masyarakat untuk berperanserta menjaga dan melestarikan pohon yang ada di Kota Pontianak. Jika ada pohon yang sudah kering, bahkan yang memang sengaja diteres agar melaporkan ke dinas terkait. Karena menurut Utin, selama ini banyak warga yang salah melaporkan hal ini. “Kami berharap peran serta dari seluruh masyarakat. Jika ada pohon yang kering dan mati agar melapor ke kami. Setelah

itu kami akan melapor ke bapak Wali dan akan melakukan penebangan. Karena selama ini banyak warga yang salah melaporkan,” tambah Utin. Anggota komisi B DPRD Kota Pontianak, Johansyah juga menilai musibah ini karena luputnya pengawasan dari DKP. “Itu dikarenakan luputnya pengawasan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak, karena jumlah yang harus mereka awasi sangat banyak,” ungkap Johansyah di sela-sela pemakaman korban meninggal dunia.

Yakin DPP PG Bijak Putuskan Calon Gubernur Sambungan dari halaman 1

Dijelaskan Hersan, sesuai aturan partai bahwa Tim Pilkada PG telah melaksanakan tugasnya. Mulai dari proses pendaftaran cagub dan cawagub yang dilaksanakan dari 29 Maret sampai dengan 4 April 2012. Kemudian, Tim Pilkada membentuk Tim Verifikasi untuk memerifikasi semua berkas cagub cawagub Kalbar.

Setelah diverifikasi seluruh berkasnya maka Tim Pilkada melaporkan kepada DPD PG dalam rapat pengurus harian, diputuskan cagub dan cawagub untuk disampaikan ke DPP PG. Selanjutnya, dilakukan survey oleh lembaga independen. “Kemudian, baru diputuskan cagub atau cawagub dari PG,” kata Ketua Harian PG Kalbar, itu. Hersan mengelak menyebutkan saat ditanya kapan DPP

PG akan mengumumkan resmi cagub cawagub Kalbar. Begitu juga ditanya, apakah nanti DPP akan mengumumkan cagub sekaligus juga mengumumkan berkoalisi dengan siapa? Hersan memberikan jawaban diplomatis. “Kapasitas pemutus semuanya adalah DPP PG. Kita yang akan melaksanakan keputusan tersebut,” ujarnya. Seperti diketahui, DPD-DPD PG Kalbar hampir pasti men-

Suka yang Natural Sambungan dari halaman 1

“Aku nggak terlalu suka di salon,” kata Asmirandah di Studio RCTI Kebun Jeruk Jakarta Barat, Jumat (13/4). Mantan kekasih Dude Herlino

ini juga secara kontinyu mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran. Ia juga menggunakan alat pembersih make up yang cocok dengan kulitnya. Ia juga mengaku sering dipuji oleh para penggemarnya. Na-

mun paling senang saat kakak laki-lakinya memberikan pujian. “Kakakku, jarang muji di depanku tapi kalau di belakang sih sering. Baru satu kali dia keceplosan bilang aku cantik,”

Puas setelah Tahu si Anak Akhirnya Lulus Sekolah Sambungan dari halaman 1

Akibatnya, orang menjadi merasa sendiri. Dalam kondisi seperti itu, kata Tiwin, seseorang yang jiwanya tertekan akan semakin kalut dan stres. Karena itu, sharing masalah menjadi upaya untuk mencari jalan keluar terbaik yang mungkin bisa membantu seseorang berpikir jernih setelah emosinya terkuras. JBD merupakan organisasi nonprofit yang didirikan sepuluh psikolog di Jakarta. Mereka adalah para psikolog yang bergabung mailing list (milis) Psikologi Indonesia. Dalam sejumlah diskusi di milis tersebut, beberapa kali dibahas tentang fenomena bunuh diri sehingga memunculkan ide untuk membantu orang-orang yang sedang mempunyai problem psikologis yang menekan. Ide itu muncul dari pemikiran Harez Posma Sinaga yang kini menjabat wakil ketua JBD. Pada acara gathering para anggota milis pada 23 Desember 2009, disepakatilah wadah untuk menampung keluhan dan media guna sharing bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan psikologi. Kebetulan pada 2009 fenomena bunuh diri tengah marak. Di Jakarta tercatat paling tidak ada enam kali aksi bunuh diri tahun itu. ’’Dua di antara peristiwa itu terjadi secara beruntun akhir 2009. Yaitu, pada 30 November, seorang perempuan meloncat dari Grand Indonesia, kemudian 1 Desember seorang lelaki juga meloncat dari Senayan City,’’ terang psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) itu. ’’Itulah yang membuat kami

lebih bersemangat hingga akhirnya JBD resmi berdiri pada 20 Januari 2010,’’ lanjutnya. Sejak JBD berdiri, mereka telah melakukan pelayanan kepada ratusan orang yang ingin sharing masalah apa pun yang mereka hadapi. Kebanyakan yang mengontak JBD itu mengutarakan niatnya untuk mengakhiri hidup. Tapi, ada juga yang hanya ingin curhat karena depresi. Setiap hari rata-rata 4–7 orang yang menghubungi hotline JBD, mengirimkan surat elektronik (e-mail), atau berinteraksi langsung via chat Yahoo Messenger (YM). Dari sisi usia, umumnya yang ’’masuk’’ berumur 15–35 tahun. ’’Kalau musim ujian sekolah atau kuliah, yang telepon justru banyak. Itu terjadi karena mereka menganggap ujian adalah sebuah fase yang membuat psikologi mereka tertekan. Tekanan itu semakin besar dengan adanya kekhawatiran tidak lulus,’’ ungkapnya. Perilaku orang-orang yang curhat pun bermacam-macam. Biasanya, di awal pembicaraan, tim JBD membuka dengan pertanyaan, ’’Apa ada yang bisa dibantu?’’ Selanjutnya, si penelepon menumpahkan unek-unek dan keluh kesahnya sambil menangis. Ada juga yang membiarkan teleponnya on, tapi diam saja malah. Kalau ada yang seperti itu, Tiwin dkk tetap akan melayani dengan sabar. Perempuan yang tak mau menyebutkan usianya itu menuturkan, banyak klien yang menelepon ketika malam sudah larut atau setelah tengah malam. Beruntung, ada anggota milis psikolog yang tinggal di Amerika

Serikat sehingga perbedaan waktu dengan Indonesia tidak menjadi masalah. Tiwin mengakui, memang melelahkan menjalankan JBD. Selain harus sabar, itu menguras tenaga karena aktivitas tersebut dijalankan di sela-sela kesibukan para psikolog itu. Namun, ada kelegaan tersendiri saat mengetahui orang yang hopeless akhirnya mendapat pencerahan dan memutuskan tidak jadi bunuh diri. Itu seperti yang terjadi pada seorang remaja putri yang ingin bunuh diri karena depresi menghadapi ujian. Saat curhat dengan Tiwin, dia mengatakan ingin bunuh diri karena tidak kuat dengan tekanan itu. Namun, setelah beberapa kali berbincang, dia mengurungkan niatnya mengakhiri hidup. ’’Alangkah senangnya begitu mendapat kabar bahwa anak itu akhirnya lulus ujian dengan nilai baik,’’ tuturnya. Selama dua tahun perjalanan JBD, Tiwin menemukan beberapa kesimpulan sederhana bahwa perilaku bunuh diri bisa terjadi kepada siapa saja, tak mengenal strata sosial. Kesimpulan itu sekaligus membantah anggapan bahwa mereka yang bunuh diri berasal dari kalangan menengah ke bawah saja dan faktor ekonomi menjadi trigger utama seseorang untuk melakukan bunuh diri. Mengenai penyebab seseorang memutuskan menghilangkan nyawa sendiri, berdasar rekapitulasi selama dua tahun terakhir, 24 persen klien mengalami depresi karena merasakan tekanan hebat tanpa mampu berbagi kepada orang lain. Lalu,

l

Sabtu 14 April 2012

Gaji Hakim Naik Tahun Depan

Nyawa Yulia Tak Tertolong Sambungan dari halaman 1

Pontianak Post

jadian itu, Sutarmidji meminta masyarakat tidak sembarangan JAKARTA – Para hakim menebang atau membunuh bisa bernapas lega. Tuntutan pohon. Pohon yang menimpa kenaikan gaji yang mereka suarMarni dan Yulia di Jalan Suprapto akan mendapat tanggapan posididuga kuat sengaja dibunuh. tif dari para pemegang kebijakan. “Makanya jangan sembarangan Saat ini telah dibentuk tim khusus bunuh pohon. Yang di Suprato yang akan mengkaji semua item itu setelah dicek memang sen- kenaikan gaji hakim. Namun, gaja dibunuh. Dikelang, kulitnya realisasinya baru dimulai tahun sengaja dikupas,” tuturnya. depan karena APBN perubahan Jika kulit pohon dikupas, telanjur diketok. dalam waktu lama batang, daKetua Komisi Yudisial (KY) han dan ranting pohon akan Eman Suparman menyatrapuh. Parah lagi, kondisi itu akan, tim tersebut mewakili tidak diketahui dinas kebersihan semua pihak yang terkait dengan dan pertamanan karena tidak kenaikan gaji hakim. Yakni, Keada koordinasi dari masyarakat. menterian Keuangan, Kemente“Sampai sekarang kami belum rian Pendayagunaan Aparatur tahu pelakunya, tetapi akan dis- Negara, Komisi Yudisial, dan elidiki,” tegasnya. Mahkamah Agung (MA). ’’Tim Sutarmidji melanjutkan, jika akan merumuskan rancangan masyarakat terpaksa memang- peraturan pemerintah untuk kas atau menebang pohon pros- menaikkan gaji hakim,’’ katanya edurnya kirimi Pemkot surat. Karena memang penebangan pohon penghijauan memerlukan izin wali kota. “Setelah dikaji dan memang pohon tersebut mesti Sambungan dari halaman 1 ditebang akan kami beri jalan. Jangan asal tebang dan bunuh Korupsi (KPK), terkait kasus tanpa koordinasi,” ucapnya. pembangunan Stadion HamKepada Dinas Kebersihan dan balang di Bogor, Jawa Barat. Pertamanan Kota Pontianak, SuNazar buka-bukaan ke KPK tarmidji meminta segera pantau saat dimitai keterangannya soal semua pohon penghijauan. Jika aliran dana Rp100 miliar dari PT memang mengancam kesela- Adhi Karya. “Saya sudah laporkan matan segera dipangkas, jangan ke KPK tentang uang yang diamditunda. “Saya minta DKP cek bil dari Adhi Karya Rp100 miliar semua pohon di pinggir jalan,” itu,” ujar Nazaruddin. katanya. (rmn/hen) Nazar menjelaskan, uang Rp100 miliar itu Rp50 miliar dari Mahfud selaku Dirut PT Adhi Karya ke Yulianis dan dibawa ke Johan berharap, kedepannya, Bandung untuk pemenangan DKP menambah lagi anggotanya Anas Urbaningrum dalam Konuntuk melakukan pengawasan gres Partai Demokrat. Yang Rp50 miliar dibagidan perawatan pohon yang ada bagikan ke sejumlah pihak oleh di Kota Pontianak. Karena menurutnya anggota Mahfud, seperti kepada Menpora yang ada sekarang ini kurang jika Andi Malarangeng, Angelina dibandingkan dengan jumlah Sondakh masing-masing Rp10 pohon yang harus dipantau dan miliar, termasuk ada yang ke Banggar DPR RI. dilakukan perawatan.

saat dihubungi dari Jakarta kemarin (13/4). Eman menegaskan, hakim sejatinya adalah pejabat negara. Tapi, selama ini pemerintah tidak pernah merealisasikan fasilitas bagi mereka. ’’Nah, sekarang bergantung kemampuan pemerintah. Kalau mampu memberikan semua fasilitas pejabat negara kepada hakim, silakan. Yang punya anggaran pemerintah, mereka yang menentukan,’’ katanya. Eman berharap para hakim memberikan waktu bagi tim untuk bekerja. Karena itu, dia berharap para pengadil tersebut membatalkan niatnya untuk mogok. Sebab, tuntutan itu sudah ditanggapi pemerintah. ’’Kalau masih mogok, biarkan MA yang memberikan sanksi,’’ tegasnya.Di bagian lain, permintaan

kenaikan gaji yang diserukan para hakim didukung penuh kalangan advokat. Para kuasa hukum dalam persidangan itu menilai, kesejahteraan hakim selama ini memang cenderung memprihatinkan. Itulah salah satu penyebab kewibawaan lembaga peradilan diremehkan lantaran banyak hakim yang nakal. ’ ’Tugas hakim ini luar biasa. Tapi, dalam menjalankan tugasnya, mereka dapat godaan yang sangat berat. Mereka membuat putusan harus berdasar keadilan. Tapi, di luar, banyak pihak yang menggoda dengan berbagai tawaran,’’ ungkap Ketua DPP Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) Todung Mulya Lubis di kantornya kemarin (13/4).(aga/ kuh/c5/ttg)

KPK Pastikan Bakal Periksa Anas

“Kedepannya kita meminta kepada pihak DKP agar ada penambahan personel dan kar- Sambungan dari halaman 1 yawan untuk lebih meningkatkan pengawasan pohon-pohon yang ketimbang obat bermerek, ada di Kota Pontianak,” harap mereka menilai bahwa khasiatnya Johan. (afi) dan kualitasnya juga murahan. Sementara sebagian lainnya lebih memilih OGB. “Saya selalu pilih obat generik karena lebih murah. Isinya (kandungan) kan dukung Morkes Effendi dijagokan sama saja dengan obat bermerek,” sebagai cagub partai berlambang kata Danu Wijaya (26), mahasiswa Pohon Beringin, itu. Nah, jika Universitas Tanjungpura. DPP berkata lain, bukan memilih Namun bagi warga kelas bawah Morkes untuk diusung sebagai seperti Endang, 56 tahun, OGB cagub, apa sikap DPD PG? adalah satu-satunya pilihan. “Kita meyakini bahwa DPP Beberapa hari yang lalu ibu rusangat bijak dalam mengambil mah tangga ini dirawat di ruang keputusan. Tentu DPP juga me- ICU RSUD Soedarso, Pontianak lihat segala aspek demi kepentin- karena menderita komplikasi; gan PG Kalbar,” kata Hersan yang tekanan darah tinggi, jantung juga bekas Ketua DPRD Kota lemah dan maag. Kebetulan dia Pontianak, itu. (ody) pemegang kartu Jamkesmas sehingga tidak perlu menebus obat. Tapi untuk obat-obat tertentu yang tak tersedia di apotek rumah jelasnya. sakit, harus dibelinya di luaran. Ketika ditanya bagian tubuh Untungnya obat tersebut sudah yang paling ia suka, Asmirandah ada OGBnya. enggan memberi penjelasan “Saya beli antasida doen untuk yang lebih detail. “Alhamdulillah maag, isosorbide dinitrate obat semuanya favorit,” kata Asmiran- jantung dan amlodipine untuk dah. (abu/jpnn) obat darah tinggi. Semuanya tidak sampai Rp100 ribu. Termasuk murah, dan sekarang sakit saya sudah agak mendingan,” kata warga Jalan Tanjung Raya 2, Pon18 persen lainnya depresi karena tianak Timur ini. Seandainya yang masalah rumah tangga, termasuk dia beli adalah obat bermerek korban KDRT (kekerasan dalam tentu Endang harus berhutang ke tetangganya karena harganya rumah tangga). Tiwin mengatakan, JBD belum yang selangit. Namun yang cukup mencenmemiliki data konkret berapa kasus bunuh diri yang terjadi dalam gangkan ternyata Endang sama setahun di ibu kota, apalagi di sekali tak paham istilah generik. Indonesia. ’’Kasus bunuh diri “Saya tidak tahu dek apa itu obat itu seperti fenomena gunung es. Generik. Masih belum ngerti. Hanya beberapa yang terdata, Saya tahunya disuruh dokter puluhan atau ratusan yang lain beli obat ini,” ungkap dia kepada tidak dilaporkan. Bahkan, data Pontianak Post. Padahal pada kemasan obat yang ada di kepolisian sering dicampur dengan data kece- yang dibelinya jelas terpampang lakaan lalu lintas. Jadinya masih logo lingkaran hijau bergaris-garis simpang siur,’’ beber perempuan putih dengan tulisan “Generik” kelahiran Lampung itu. ’’Ini jelas di bagian tengah lingkaran. Logo memprihatinkan kami. Tapi, tersebut menunjukkan bahwa untuk bisa mengumpulkan data, obat itu sudah lulus uji kualitas, tidak ada satu pun lembaga yang khasiat dan keamanan. Sedanmampu melakukan. Kemenkes gkan garis-garis putih menunsaja tidak punya data, boro-boro jukkan OGB diperuntukkan bagi kami yang baru berdiri dua ta- seluruh lapisan masyarakat. hun,’’ imbuhnya. OGB dan Bermerek Menurut konselor JBD Aryati Sama Saja Prawoto, pihaknya tidak mungSoal mana yang lebih manjur, kin mengumpulkan data orang bunuh diri. Sebab, pihaknya tid- Dosen Fakultas Kedokteran Unak punya fasilitas maupun dana tan, dr. Buchary A Rahman, SpKK yang memadai. Jadi, selama ini mengatakan kalau OGB dan mereka hanya menjadi volunter bermerek tidak ada bedanya. “Ini dengan memberikan kemam- lebih kepada psikologis masyarpuan yang dimiliki untuk mence- akat. Ada yang bilang OGB tidak bagus, dan obat bermerek bagus. gah terjadinya bunuh diri. ’’Selama ini kami hanya bisa Padahal sama saja. OGB itu lebih melayani sharing via hotline, YM, murah harganya, tapi kualitasnya atau e-mail. Kami juga belum sama dengan yang bermerek,” pernah bikin acara off-air seperti imbuh dia. Bahkan mantan Wali Kota gathering atau seminar. Sebab, kemampuan kami masih sangat Pontianak dua periode ini menyeterbatas,’’ ujar psikolog spesialis but OGB lebih jujur. Dijelaskan olahraga yang ikut mendamp- Buchary, istilah generik adalah ingi tim bulu tangkis Indonesia obat yang telah habis masa patenkala meraih satu emas di nomor nya, sehingga dapat diproduksi ganda campuran dalam turna- oleh semua perusahaan farmasi men All England Premier Super tanpa perlu membayar royalti. Series 2012 bulan lalu itu. (*/ OGB adalah obat yang kandungannya adalah zat yang sama c4/ari)

“Uang yang dibawa ke Bandung itu untuk memenangkan Mas Anas jadi Ketua Umum (Demokrat), kan DPC DPC sudah mengakui,” ujar Nazaruddin menekankan. Nazar juga menilai bahwa KPK sudah menemukan bukti uang keluar dari Adhi Karya ke Mahfud. Sekarang, sebutnya, tinggal mensinkronkan penyerahan uang dari Mahfud ke Yulianis, walaupun Yulianis mengakui bahwa uang itu dari proyek Hambalang. “Sekarang tinggal lagi KPK mau menetapkan Anas gak jadi tersangka,” tukas Nazar sebelum memasuki mobil jemputannya. Nazaruddin juga menyebut Anas Urbaningrum menerima USD100 ribu dari Merpati Nusantara. “Merpati itu kan dibantu 200 juta dollar dari Pemerintah, USD100 ribunya untuk bantu Mas Anas, yang mana uang itu

diserahkan juga ke Yulianis untuk pemenangan Mas Anas di Bandung (kongres Demokrat),” jelas Nazarudin kepada wartawan di kantor KPK, Kuningan Jakarta. Nazaruddin menilai, Anas Urbaningrum sudah cukup bukti dijadikan tersangka dalam kasus Hambalang. Karena sumber uang keluar sudah ada, uang yang dibagikan ke DPC Demokrat juga sudah diakui DPC. “Anas sudah cukup bukti untuk dijadikan tersangka,” tegas Nazaruddin. Saat diperiksa oleh KPK soal kasus Hambalang ini, Nazar buka-bukaan ke KPK saat dimitai keterangannya soal aliran dana Rp.100 miliar dari PT Adhi Karya. “Saya sudah laporkan ke KPK tentang uang yang diambil dari Adhi Karya Rp.100 miliar itu,” ujar Nazaruddin. (fat/jpnn)

Harga Generik lebih Murah, Khasiat tak ....

C

m

y

k

persis dengan kandungannya. Sementara obat bermerek adalah obat generik juga, tapi sudah diberi merek untuk mendapatkan untung. “Misalnya obat yang mengandung paracetamol kemudian diberi merek dagang. “Coba lihat di kemasannya pasti tertulis kandungan utamanya adalah paracetamol. Tapi diberi harga lebih mahal karena perusahaan juga tentu mau untung,” jelas dia. Menurut Bucahry, sebenarnya tidak terlalu masalah mau obat generik berlogo atau bermerek karena bahan bakunya sama. “Tapi sebaiknya pakai OGB karena harganya berkali-kali lipat lebih murah dengan kualitas yang sama dengan obat bermerek.” Dia memberi contoh; obat antibiotik Azithromycin OGBnya hanya Rp13.000, sedangkan Azitromax (Azithromycin yang diberi merek dagang) berharga Rp67.000 per satuan terkecil. “Padahal isinya ya sama. Bedanya yang satu lebih mahal, satunya lagi lebih murah,” tukas dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin ini. Apakah seorang dokter wajib menawarkan OGB kepada pasiennya? Buchary menjawab dokter wajib menginformasikan perihal obat kepada pasien dan menawarkan OGB. “Kalau saya pribadi saya tawarkan dulu mau pakai obat OGB atau obat bermerek,” cetus dokter yang juga membuka praktik sendiri ini. Sebaliknya, lanjut dia, pasien kalau memang maunya OGB semestinya aktif menanyakan ke dokternya apakah resep yang diberikan itu ada OGBnya atau tidak Dari seluruh pasiennya, dia memperkirakan hanya 20 persen saja yang mau dikasih OGB. “Saya sendiri heran. Kebanyakan minta obat bermerek, mereka bilang lebih manjur. Saya jelaskan lagi kalau OGB dan bermerek sama saja, hanya nama dan kemasan yang berbeda. Tapi pasiennya tetap tidak mau, ya gimana, saya demokratis, ikut kata pasien saja.” Apa sebab OGB kurang top di masyarakat? Menurut dia hal tersebut lebih kepada sosialisasi yang kurang. Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Pontianak ini menyarankan Kementerian Kesehatan lebih gencar lagi menyadarkan masyarakat tentang OGB. “Kalau memang mau meningkatkan penggunaan obat OGB di masayrakat, Kemenkes harus lebih gencar lagi melakukan sosialisasi untuk menjelaskan bahwa OGB juga manjur dan punya kualitas yang sama,” ucap dokter yang sudah 42 tahun berpraktek ini. Puskesmas Sudah 98 Persen Meski sebagian masyarakat Kalbar masih asing dengan istilah OGB, ternyata menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, penggunaan OGB ternyata cukup tinggi terutama di instansi kesehatan milik pemerintah. Menteri

Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kalbar, Effendi Muharam mengatakan peraturan tersebut cukup efektif meningkatkan penggunaan OGB. Berdasarkan rekam resep OGB 2012 di Puskesmas se-Kalbar mencapai 98 persen. Sementara di rumah sakit (pemerintah dan swasta) baru mencapai 58 persen. Namun diyakini dari angka tersebut rumah sakit pemerintah merupakan penyumpang terbesar. “Kalau di rumah sakit swasta dan tempat praktek, sepertinya belum terlalu banyak,” kata dia. Effendi mengatakan pihaknya akan terus melakukan pemantauan atas penyebaran OGB terus dilakukan terutama untuk Puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah. “Kami terus melakukan sosialisasi dan pembinaan di Puskesmas, rumah sakit, apotek, dokter dan masyarakat sendiri mengenai obat Generik (maksudnya OGB),” tandasnya. Sementara itu, Kepala Dinkes Kalbar dr. Andy Jap, MKes, mengajak seluruh stakeholder di bidang kesehatan dan obat-obatan untuk ikut mensosialisasikan penggunaan OGB di masyarakat. “Ini penting, menginggat pelayanan kesehatan harus diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa memandang status ekonominya. Mari kita semua masyarakatkan Obat Generik Berlogo,” ucapnya dalam sebuah acara di Hotel Santika, beberapa waktu lalu. Andy menceritakan, selama dirinya mengabdi 20 tahun di Kalbar, permasalahan yang kerap terjadi di masyarakat adalah kurangnya tenaga medis dan obat-obatan. Dimana untuk mendapatkan obat, masyarakat harus mengeluarkan banyak uang, padahal pemerintah telah mengeluarkan OGB yang jauh lebih terjangkau. “OGB juga sama dengan obat bermerek, bahkan kandunganya sama. Saat masyarakat ke apotek untuk menebus obat yang diberikan dokter, mereka harus mendapatkan pilihan obat sesuai keamampuan ekonominya,” ujarnya. Sebagai informasi, Obat Generik Berlogo merupakan program yang diluncurkan pemerintah pada tahun 1989 dengan tujuan memberikan alternatif obat bagi masyarakat, yang dengan kualitas terjamin, harga terjangkau, serta ketersediaan obat yang cukup. Soal mutu, sudah tentu sesuai standar yang telah ditetapkan karena diawasi secara ketat oleh Pemerintah. Hanya bedanya dengan obat bermerek lain adalah OGB ini tidak ada biaya promosi, sehingga harganya sangat terjangkau dan mudah didapatkan masyarakat. (ars)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.