Pontianak Post

Page 31

Pontianak Post

Kitab

Minggu 6 Januari 2013

31

Hari Raya Penampakan Tuhan Bertekun dalam Iman DALAM kehidupan sehari-hari kerap kali kita mendengar kata bertekun. Bertekun berusaha, bertekun belajar, bertekun mendidik anak, dsb. Bertekun dibutuhkan dalam setiap usaha, orang yang tidak bertekun pasti mudah menyerah. Dalam hal rohani, agar makin bertumbuh, orang Kristen harus bertekun, yakni bertekun dalam iman. Frasa ini menjadi pokok perhatian dalam Kolose 1:23, “sebab itu kamu harus bertekun dalam iman”. Dalam Kolose 1:23 ini, Paulus memakai empat ungkapan yang berbeda untuk menyatakan makna yang terkandung tentang ketekunan. Pertama; kata “bertekun”, bertekun dalam iman. Jika kita ingin makin maju, kita harus bertekun dalam Oleh: Pdt. Nico P. Gading, M.Th iman, yang dimaksud di sini yaitu iman yang aktif dan berkelanjutan, bukan atas dasar iman yang kemarin, melainkan atas dasar iman yang sekarang. Dalam I Timotius 4:16, Paulus juga memakai kata “bertekun” untuk menasihati Timotius agar tetap berpegang pada pengajaran yang ia terima “awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu”. Dalam hal ini Paulus menghendaki agar Timotius memelihara imannya secara berkelanjutan. Bertekunlah dalam semuanya itu. Seperti halnya dalam Kolose 1:23 “bertekun dalam iman”, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil. Dengan cara yang bagaimana supaya kita tidak mudah bergeser? Jawabannya adalah dengan bertekun. Kedua; adalah “tetap teguh” atau “stabil”. Kata tetap teguh adalah terjemahan kata Yunani bermakna “dibangun di atas dasar yang kokoh” dan kata Yunani yang sama dipakai dalam Matius 7:25, di mana Yesus berbicara tentang orang bijak yang membangun rumahnya di atas batu karang. Rumah yang dibangun di atas dasar batu karang yang akan dapat bertahan dari terpaan badai dan tetap berdiri teguh alias kokoh. Ketiga; kata ini diterjemahkan diterjemahkan dari kata Yunani yang bermakna “Kokoh (firm)’ atau “tetap (settled)” artinya: tidak mudah berpindah ke yang lain. Sesuatu yang settled adalah sesuatu yang telah mantap dan tidak mudah digoyang oleh situasi apapun. Keempat; adalah kata “jangan mau digeser”. Kata ini pada dasarnya bermakna tidak bergeser, tidak bisa digeser, atau dengan kata lain “Tetap”. Paulus memakai bentuk yang sedikit berbeda dari kata ini dalam I Korintus 15:58, Di sana ia berkata: “Karena itu, saudarasaudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan” Kata “jangan goyah” adalah kata yang serupa dengan kata yang terdapat di dalam Kolose 1:23. Karena itu sebagai orang percaya kita perlu memiliki iman yang teguh dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesukaran dalam kehidupan ini, karena kita telah ditebus oleh Kristus, melalui pengorbananNya di kayu salib. Hanya dengan iman yang teguh, kita akan mampu bertahan dan bahkan makin maju, walau kesulitan hidup silih berganti. Ada banyak contoh yang telah dialami oleh para tokoh iman dalam Alkitab, bahwa mereka dapat bertahan dan bertekun dalam hidup karena mereka memiliki iman yang teguh kepada Tuhan. Sekali lagi marilah kita bertekat dan satukan barisan untuk bertekun dalam iman agar kita dapat mempersembahkan hidup yang terbaik kepada Tuhan Yesus yang telah menebus hidup kita. Hidup ini hanya satu kali, karena itu hidup ini tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja. Hiduplah dalam ketekunan iman untuk menjalani hidup dengan cara yang berkenan kepada Allah. Aplikasi bagi kita pada masa kini adalah, kita harus bertekun berdoa, bertetekun membaca Alkitab dan bertekun beribadah kepada Tuhan kita Yesus Kristus, lebih dari itu bertekun memberi persembahan dan bertekun dalam melayani pekerjaan Tuhan sesuai dengan karunia dan talenta yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing. Itulah hal yang berhubungan dengan bertekun dalam iman atau dalam hal pertumbuhan kerohanian kita. Jangan lupa dalam dunia sekulerpun kita wajib bertekun, bagi yang masih bersekolah ya harus bertekun ke sekolah dan belajar serta mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR) yang bapak dan ibu guru berikan di sekolah, bagi para mahasiswa bertekun kuliah dan mengerjakan tugas-tugas yang dosen berikan kepada saudara. Yang sedang menyusun skripsi, atau Tesis ya bertekunlah, pasti saudara akan berhasil. Bagi para petani karet, sawit bertekun dalam berkebun pasti akan berhasih, bagi petani dan nelayan bertekun dalam pekerjaan saudara pasti sukses. Bagi para pengusaha bertekun dalam usaha dan berwirausaha pasti dapat untung. Bagi Pegawai Negeri Sipil bekerjalah secara profesional dan kinerja yang baik, pasti naik pangkat dan dapat penghargaan dari atasan saudara. Ada pepatah mengatakan: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” artinya “bersakitsakit dahulu barulah sesudah itu bersenang-senang kemudian”. Orang-orang sukses, adalah mereka-mereka yang siap “BERTEKUN”!**

ratnya kepada Jemaat di Efesus menegaskan dalam terang misteri Kristus sekaligus menjelaskan bahwa semua orang dipanggil untuk membentuk Israel baru dan bersama-sama membentuk Tubuh Kristus yang satu: “Tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabiNya yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli waris dan anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan dengan perantaraan Kristus”. Memang iman Paulus akan Kristus dan pandangannya tentang panggilan Tuhan untuk menjadi ahli waris berbeda dengan Yesaya yang lebih diskriminatif. Artinya bahwa Yesaya lebih mengistimewakan Orang-orang Israel; tidak sama kedudukannya dengan orang-orang asing. Sehingga soal ahli waris dan peserta perjanjian hanya bagi Israel. Rasul Paulus melihatnya dalam cahaya misteri Kristus tidaklah demikian.

ALLAH mewahyukan DiriNya secara definitif dan penuh lewat Kristus Putra-Nya yang lahir di dunia sebagai bayi yang kecil dan sederhana demi menyapa, menebus dosa dan memulihkan hubungan manusia dengan Bapa-Nya. Kehadiran Kristus memuat kehendak Bapa untuk mempersatukan seluruh bangsa dalam damai dan memberikan harapan dan pembebasan. Pada Hari Raya Penampakan Tuhan ini, kita disuguhkan dengan ketiga Sabda Tuhan yang indah dan menarik untuk kita renungkan dalam hidup dan relasi kita dengan Tuhan dan sesama manusia. Dalam bacaan 1 berbicara tentang pengelihatan Nabi Yesaya akan semua bangsa yang menggabungkan diri dalam perarakan menuju cahaya. Semua bangsa akan membantu putra-putra Israel yang tersesat, supaya dapat kembali ke kota suci. Hal ini diperlihatkan dengan persembahan menyumbangkan sekedarnya untuk peribadatan kepada Allah yang benar. Rasul Paulus dalam su-

Oleh: Fr. Yosefan Fery Wara, CP

Bahwa semua bangsa dipanggil bersama-sama membentuk Tubuh kristus yang satu. Kedua bacaan di atas, ditegaskan dalam Injil Matius. Matius mengisahkan penampakan Tuhan itu dalam pengalaman iman Tiga Magus (tiga sarjana) dari Timur yang mencari seorang Putra Raja; pemimpin yang akan menggembalakan Israel. Mereka pergi ke Yerusalem untuk menyembah Dia. Akan tetapi seluruh Yerusalem dan khususnya Herodes terkejut mendengar hal itu. Keterkejutan itu menunjukkan bahwa rahasia yang tersingkap bagi para sarjana itu masih terselubung bagi mata Orangorang Israel sendiri. Dengan bantuan bintang (cahaya Kristus) mereka sampai ke Betlehem. Dikatakan oleh Matius bahwa ketika mereka melihat bintang itu, mereka bersukacita lalu masuk ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria,

Ibu-Nya. Mereka menyembah-Nya. Ketiga sarjana ini kemudian mempersembahkan ema, kemenyan dan mur. Sikap dan tindakan ini merupakan tindakan menepati nubuat Yesaya dengan mempersembahkan hadiah mereka kepada Sang Raja di Surga. Mereka adalah yang pertama diundang dari bangsa-bangsa kafir. Sebagaimana dikatakan Paulus bahwa: “Orang bukan Yahudi, karen Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus”. Para sarjana telah menjadi perintis jalan bagi kita. Berbeda dari sang Herodes yang adalah orang asing, seorang bukan Yahudi tetapi menolak menghormati Yesus. Dengan nada sinisnya berkata: “Kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia”. Herodes telah mewakili orang-orang yang menolak Kristus. Sedangkan para sarjana mewakili semua orang yang menerima Kristus. Mereka adalah yang pertama

percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Raja dan Penyelamat dunia. Pengalaman perjumpaan-iman para sarjana memunculkan pertanyaan kepada kita: Mengapa kita beriman kepada Kristus dan apa yang menjadi dasar iman kita? Kedatangan Kristus di dunia untuk membawa damai dan mempersatukan semua bangsa dalam kerukunan. Sebagaimana pengalaman para sarjana dipanggil oleh Tuhan untuk menyembah Putra-Nya (meskipun melewati pelbagai kesulitan untuk menemukan Kristus). Kita pun dipanggil oleh Allah untuk menjadi perintis jalan-Nya bagi orang-orang dan semua bangsa yang belum berjumpa dan mengalami Kristus. Kita disadarkan dan diajak untuk mempersembahkan seluruh diri kita kepada Allah, seperti halnya para Magus yang telah mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Akhirnya kita juga dipanggil untuk menjadi bintang; pembawa damai dan sukacita bagi semua orang.**

Kegunaan dan Tingkatan Dana Na mata na pita kincit kasyacit pratipadyate. Danapathyodano jantuh svakarmaphalamacnute (Sarasamuccaya 169). Artinya, pemberian sedekah itu, bukan si bapa, bukan si ibu yang menikmati akan buah hasilnya itu, melainkan hanya orang yang berbuat kebajikan bersedekah itulah, ia saja yang menikmati buah hasil kebajikan, amal sedekahnya itu. Setiap manusia yang hidup di dunia ini memiliki berbagai kebutuhan hidup, ada kebutuhan primer dan juga kebutuhan skunder. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita membutuhkan dana/harta. Harta dapat kita peroleh dengan cara bekerja, dan setiap manusia sibuk bekerja guna memenuhi kebutuhan tersebut. Harta benda itu hendaknya dipergunakan

dengan sebaik-baiknya agar hidup kita tidak menderita. Penggunaan harta benda akan menjadi baik bila disesuaikan dengan ajaran dharma, dan cara mendapatkan harta itu juga berdasarkan dharma. Harta yang diperoleh hendaknya dipergunakan untuk kesejahteraan di dunia dan akhirat, sesuai dengan tujuan agama Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma. Karenanya ada tiga macam kegunaan dari harta benda itu antara lain : Harta digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan keluarga yaitu Artha yang dipergunakan untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga baik berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan yang lainnya. Bila kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara teratur dan baik, maka kemakmuran dan kesejahteraan hidup dapat tercapai. Rumah merupakan

Oleh: I Made Murdiasa S.Ag

kebutuhan setiap orang, karena didalam rumahlah munculnya hubungan keluarga yang harmonis, cinta kasih, pendidikan dan sebagainya. Kemudian makanan, setiap makhluk tidak akan bisa hidup tanpa makanan, demikian pula halnya dengan pakaian adalah kebutuha pokok dalam etika bermasyarakat. Harta untuk disumbangkan kepada kepentingan dana sosial kemasyarakatan. Artha itu bukan saja digunakan untuk kepentingan pribadi atau keluarga sendiri, tetapi sebagian didermakan untuk orang lain yang memerlukan. Tujuan dari sumbangan dana adalah untuk meringankan beban orang lain. Sumbangan yang diberikan oleh seseorang kepada mereka yang memerlu-

kan dengan didasari ketulusan hati yang suci sesungguhnya merupakan penerapan ajaran agama Hindu yang disebut dengan dana/sedekah. Dalam ajaran agama Hindu ada tiga macam dana/sedekah yaitu : Abhaya dana adalah pemberian kesempatan untuk mencapai ketinggian jiwa sampai moksa (bersatu dengan Tuhan) dan pemberian perlindungan dari ketakutan. Brahma dana yaitu: pemberian berupa ilmu pengetahuan. Artha dana yaitu: pemberian berupa harta benda termasuk pakaian, makanan dan sawah ladang. Jika kita lihat dari maksud, cara dan waktu ketiga jenis pemberian dana atau dana punia tersebut, maka pemberian dana punia dapat kita klasifikasikan dalam tingkat sattwika, rajasika dan

tamasika. Tinggkat Sattwika Dana adalah pemberian dana yang diberikan pada waktu, pada orang dan pada tempat yang tepat serta tanpa adanya maksud-maksud tertentu di balik pemberian dana tersebut. Tingkat Rajasika Dana yaitu pemberian dana yang diberikan pada waktu, pada orang dan pada tempat yang sewajarnya, tetapi memiliki maksud untuk mendapatkan balasannya dikemudian hari Tingkat Tamasika Dana yaitu pemberian dana yang diberikan pada waktu, pada orang dan pada tempat yang tidak sewajarnya serta memiliki maksud tertentu dan atas dasar untuk mendapatkan balasannya dikemudian hari, ditambah lagi pemberian dana tersebut dengan cara yang tidak baik misalnya dengan menggerutu, memaki dan sebagainya. (*)

Selamat Membangun ”Anna hi labhupanisa anna nibhanagamini, evam etam abhinnaya bhikkhu Buddhassa silvako sakkaram nabhinandeyyz vivekam anubrihaye”. Arti: Ada jalan yang menuju pada keuntungan duniawi, dan ada jalan yang menuju Nibbana. Setelah mengetahui hal ini dengan jelas, hendaklah seorang bhikkhu siswa Buddha tidak bergembira dalam hal-hal duniawi, tetapi mengembangkan pembebasan diri.” (Dhammapada; 75) PEMBANGUNAN sering diartikan pada sesuatu yang menyangkut material, misalnya sejauh mana gedunggedung dan sarana lain yang telah dibuat. Pembangunan yang sebenarnya tidak hanya menyangkut material, tetapi dapat juga dalam bentuk spritual, mental, ahklak. Buddha mengajarkan agar menusia tidak hanya memperhatian pada hal-hal yang bersifa meterial, tetapi bagaimana mental spriritual itu dapat dibangun secara baik. Berkaitan dengan itu, Buddha

membedakan manusia berdasarkan watak yang dibentuk dalam tingkah laku sehari-hari yang disebut dengan pelaksanaan sila (prilaku yang baik). Pelaksanaan sila akan tampak pada suatu sistem nilai yang ada dalam masyarakat. Untuk memelihara sistem nilai yang baik dituntut adanya pembangunan mental dalam masyarakat tersebut. Ketika Buddha memulai khotbah-Nya diawali dengan petunjuk tentang moral, bagaimana menjadi bijak sekaligus bajik. Perbuatan yang mengandung unsur-unsur kejahatan itu harus disingkirkan, pergaulan yang tidak baik harus dihindari, dan melakukan kerja keras demi mengumpulkan kebajikan yang dapat memberikan manfaat yang berguna dalam masyarakat. Ada empat hal yang dapat menentukan seseorang mencapai keberhasilan dan kebahagiaan di dunia ini, yaitu tingkat ketekunan termasuk disiplin, kewaspadaan, persahabatan, dan keserasian hidup. Apa pun kegiatan atau matapencaharian seseorang, dalam

Oleh

Saiman, S.S segala keahlian ia laksanakan dengan cekatan, disiplin, dan tidak kenal lelah; didukung dengan analisa maupun kemampuan yang tajam, cakap mengatur dan menjalankan tugasnya dengan baik, rajin, tidak malas. Inilah yang dinamakan prestasi dalam ketekunan. Pembangunan mental tidak lepas dari pemahaman atas diri sendiri dan faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri, menyingkirkan rasa rendah diri atau pun keputusasaan. Sikap mental dan kepribadian yang sering kali berperan

lebih dominan seiring dengan pendidikan formal. Kebanyakan orang merasa tidak cukup bahkan puas terhadap apa yang ia peroleh. Orang yang dapat meneliti diri sendiri akan menemukan bahwa, mungkin di dalam dirinya terdapat sifat serakah, berhati dengki, malas, penuh nafsu, ragu-ragu, cemas, pemarah, berpikiran kotor, jasmani terangsang, lesu, dan tidak bisa mengendalikan diri, maka ia harus berusaha sekeras-kerasnya untuk melenyapkan segala mancam keburukan itu dengan sepenuh hati dan segenap tenaga. Apabila di dalam dirinya sedang terbakar api kemarahan, maka ia harus cepatcepat memadamkan apinya. Demikian juga bilamana di dalam dirinya sedang dikuasai oleh nafsu keburukan maka harus segara dipadamkan segala nafsu keburukan itu. Di tengah-tengah kehidupan sehari-hari, tidak jarang orang merasa terombangambing karena apa yang dipuji oleh sebagian orang juga dicela oleh orang lain. Sabda Buddha menyebutkan bahwa ” Tidak pada zaman dahulu,

sekarang atau pun masa yang akan datang, ditemukan orang yang selalu dicela atau pun selalu dipuji” (Dhammapada; 228). Buddha memahami bahwa begitu banyak kesombongan dan egoisme yang timbul dari sang aku yang sebenarnya menunjukkan pada kebodohan. Sang ego atau sang aku berorientasi pada kepentingan diri sendiri, misalnya menginginkan nama yang palsu dengan cara-cara yang tidak terpuji, berambisi untuk menonjol dengan menyembunyikan ketidakmampuannya, ingin berkuasa dengan menempuh jalan yang licik. Pemikiran seperti ini yang seharusnya dapat disingkirkan agar pembangunan bangsa dapat berjalan sebagaimana mestinya. Mereka yang masih diliputi oleh perasaan-perasaan yang tidak baik dan dikuasai oleh nafsu, maka mentalnya tidak terbangun dengan baik, tidak ada kepuasan dalam dirinya, selalu serakah, maka orangorang seperti itu dikuasai oleh nafsu dan menjadi sahabat mara (setan).**

Makna Dibalik Kalimat Sakral Wei De Dong Tian / Xian You Yi De SEBELUM memahami makna dibalik kalimat sacral Wei De Dong Tian / Xian You Yi De, marilah kita cermati dulu akan tiga hal yaitu: Sejarah suci kalimat suci Wai De Dong Tian / Xian You Yi De, Penggunaan kalimat sakral tersebut oleh umat Khonghucu Indonesia dan makna dibalik kalimat sakral yang dimaksud. Wei De Dong Tian (Terdapat dalam kitab Shu Jing / Hikayat Sishu II : II : III : 21). Wei De Dong Tian artinya hanya kebajikan berkenan kepada Tuhan YME. Kalimat suci ini pada mulanya merupakan nasehat suci dari nabi YI yang hidup pada 23 SM. Dijaman raja suci dan Nabi purba Yi Shun, kepada Day Yi / Yi

Agung Tatkala Nabi Yi Agung memdapat perintah dari Yi Shun untuk memadamkan pemberontakan suku bangsa Sam Biauw. Dengan berpedoman kalimat suci tersebut, ternyata pemberontakan tersebut dapat dipadamkan dengan mudah. Karena landasannya adalah kebajikan. Xian You Yi De Artinya Sungguh miliki Yang satu itu, kebajikan. Kalimat sakral ini awalnya sebuah nasehat suci dari Nabi Yi Yin yang hidup pada jaman raja suci Sing Thong (pendiri dinasti Siang/ien) pada abad 18 Sm, kepada raja Tay Kak, cucu Raja Sing Thong, setelah raja Yi yin selesai menunaikan tugas sebagai wali raja Tay kak.

Oleh: BS Tanjung Pahala

Menjelang kembali kekampung halamannya, beliau titip pesan kepada raja Tay Kak, agar supaya dalam memegang tampuk pemerintahan serta sekaligus melanjutkan pemerintahan Dinasti Siang/ien, selalau berp[egang teguh pada ajaran KEBAJIKAN terdapat dalam kitab Shu Jing IV : IV : II : 3 = Hikayat Suci. Penggunaan kalimat sakral oleh umat Agama Khonghucu Indonesia

Wei De Dong Tian / Xian you Yi De diIndonesia digunakan sebagai SALAM KEIMANAN oleh umat Agama Khonghucu, sebagai refleksi dari keteguhan iman umat Agama Khonghucu Indonesia akan ajaran kebajikan yang kalau dilakukan secara baik dan Benar, niscahya menurunkan berkah, kedudukan, nama harum dan panjang umur (kitab Tiong Yong XVI : 2). Bila umat khonghucu mengucapkan salam : Wei De Dong Tian wajib dijawab dengan Xian You Yi De oleh yang menerima salam dan diakhiri dengan : Shan Zai ( yang menerima salam tidak usah mengucapkan pula : Shanzai )

Makna dibalik kalimat sakral tersebut ( disingkat WDTT ). Wei De Dong Tian dan Xian You Yi De, bila diucapkan 2x serta diakhiri Shanzai, akan mendatangkan ketentraman hati serta dapat dan mampu mengusir halhal negatif / jahat yang tidak kasat mata, asalkan diucapkan dengan penuh iman Konfusiani. Bahkan sementara umat Khonghucu Indonesia, saat mendapat berkah Tian, senantiasa tidak alpa mengucapakan kalimat sakral nan suci tersebut, disamping ucapan suci : SIA THIAN CIE IEN = Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas limpahan berkah-nya. Karena Sakral dan Suci, maka kalimat suci ini tak boleh sembarangan diucapkan.**


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.