wonosobo ekspress

Page 17

±

±

CMYK

±

CMYK Lampung post MINGGU 22 Juli 2012

DESAIN ±

17 ±

Masjid Modern Minimalis

tanpa Kubah

PERNAH berkunjung ke Masjid Al-Irsyad di Parahyangan, Bandung? Masjid yang dibuat oleh arsitek Ridwan Kamil ini membuat banyak orang berdecak kagum dan mendatangkan ribuan sanjungan. Bahkan, bangunan berkonsep modern minimalis ini mendapat penghargaan internasional.

T

idak ada kubah besar dalam masjid itu. Hanya ada satu menara yang tidak terlalu tinggi. Bentuk masjidnya pun sederhana, seperti kubus. Namun, inovasi dan kreativitas yang dituangkan membuat bangunan ini begitu mengesankan. Bangunan masjid tidak lagi menonjolkan kubah-kubah besar sebagai simbol utama sebuah tempat ibadah umat islam. Kesan sederhana dan minimalis lebih kental, tapi tetap mempertimbangkan detail dan desain yang modern. Arsitek Daud Haniman menilai peralihan desain masjid ke konsep modern dan minimalis merupakan tuntutan dan perubahan selera masyarakat. Bangunan model klasik Persia pun mulai digeser. Masyarakat modern menginginkan bangun­ an yang sederhana tapi tetap memiliki kesan religius sebagai rumah ibadah. Menurutnya, masjid dengan kubah besar merupakan konsep bangunan klasik Persia. Masjid klasik ini cenderung memiliki banyak ragam hias yang sangat detail, seperti kaligrafi, kubah, dan ukiran interior dan eksterior yang sangat sulit. “Pengerjaan masjid klasik ini memerlukan banyak sumber daya manusia dan waktu yang lama. Untuk soal biaya relatif,” kata dia. Daud mengungkapkan bangunan masjid saat ini lebih menekankan pada aspek fungsi sebagai rumah ibadah. Sebagai tempat ibadah tidak harus memakai simbol-simbol kubah. Cukup dengan kubus saja dan dihiasi dengan ornamen yang membuat ramah lingkungan. Pembuatan kubah besar memerlukan waktu yang lama dan pengerjaan yang menuntut ketelitian. Meskipun sudah ada kubah jadi yang bisa dipasang, tapi pengerjaannya tetap harus teliti supaya rapi. “Apa pun konsep bangunan masjidnya, modern minimalis atau klasik Persia, jika dikerjakan dengan konsep yang matang dan benar akan menghasilkan bangunan tempat ibadah indah dan menyejukkan,” kata dia.

±

Diapit Dua Menara Kembar Daud Haniman juga tengah menggarap pembangunan masjid di dekat jalan lintas Sumatera, di Bandarjaya, Lampung Tengah. Dia menawarkan konsep perpaduan arsitektur mo­ dern dan tradisional. Bangunan modern minimalis dicampur dengan khas daerah. Masjid buatan Daud pun tidak menampilkan kubah, hanya dua menara kembar yang tidak terlalu tinggi. Bangunan utama masjid berbentuk kotak dengan atap seperti rumah adat Jawa, atap segitiga. “Bangunan masjid perpaduan modern yang sangat kuat dengan tradisional atau disebut postmodern,” kata Principal Architect CV Daud Haniman and Friends ini. Untuk memaksimalkan pencahayaan alam dan meminimalkan peng-

gunaan listrik, dipakai roster atau angin-angin cetak pada semua sisi bangunan, terutama pada dinding bagian atas. Roster ini memungkinkan cahaya matahari dan angin leluasa masuk. Pada bagian atap dibuat empat lubang besar, skylite, yang ditutup kaca. Tiga lubang berdiameter 2 meter ini ditempatkan pada bagian depan, dekat pintu masuk masjid. Sedangkan satu lubang berdiameter 1,5 meter ditempatkan di mihrab, tempat imam. Menurut Daud, pembuatan skylite ini supaya intensitas cahaya matahari ke dalam masjid maksimal. Bangunan masjid perlu ramah lingkungan dengan mengutamakan cahaya dan hawa alam. Masjid tiga lantai ini bisa menampung hingga 600-an jemaah. Luas bangunan masjid mencapai 120 meter persegi di atas lahan 2.000 meter. Pada bagian lantai dasar dapat dipakai untuk kegiatan sosial, seperti tempat pengobatan. Selain itu, pada lantai tiga dapat dipakai untuk tempat pendidikan Alquran (TPA). Dia mengungkapkan ketika masa Nabi Muhammad, masjid bukan hanya tempat ibadah saja. Tapi, ada fungsi lain untuk kegiatan masyarakat, seperti musyawarah dan tempat kantor Nabi. “Konsep bangunan masjid saat ini pun lebih menambah fungsi baru, untuk kegiatan sosial. Ada manfaat yang bisa diberikan kepada umat dari masjid yang sudah dibangun,” kata dia. Dia menceritakan masjid yang dibangun pada zaman Nabi hanya berbentuk kotak saja. Namun, kemudian berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat. Konsep masjid berkubah diadopsi dari bangunan Persia dan bangunan gereja pada masa lalu. Ketika masa kepemimpinan Umar, bangunan masjid bebas dan diserahkan kepada orang yang membangun, asal tidak berlebihan. Umar tidak memaksakan dan memberikan batasan bangunan masjid. Chied Architect CV Daud Haniman, Oddy Satria, mengatakan bangunan tempat ibadah pada umumnya perlu mempertimbangkan aspek kosmologis. Perlu mendesain bangunan yang bisa membuat orang merasa kecil ketika masuk ke tempat ibadah. Perlu dibuat bangunan yang lebih tinggi agar memunculkan kesan merasa sebagai makhluk yang kecil. Daud menambahkan bangunan masjid perlu mempertimbangkan perbandingan skala ruang dan manusia. Manusia yang masuk ke masjid pun akan merasa rendah saat berhadap­an dengan Tuhan dalam tempat ibadah. “Sama seperti jika masuk ke Masjidil Haram di Mekah. Orang akan merasa kecil dalam tempat ibadah yang begitu luas dan megah,” kata dia. (PADLI

±

foto : Ikhsan

RAMDAN/

±

±

±

CMYK

±

CMYK

±


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.