ePaper | METRO SIANTAR

Page 22

5

KAMIS

10 Januari 2013

ABK Bintang Bahari PENGAKUAN WAHYUNI TIARISAH, WANITA YANG BARU SAJA MENJANDA Mengapung di Perairan Salah Nama MEDAN- Miswanto (27), warga Desa Sukaluwei, Kecamatan Bangun Purba, Deli Serdang ditemukan tak bernyawa di perairan Pulau Salah Nama, Minggu (6/1) lalu. Diduga anak buah kapal (ABK) dari Kapal Ikan KM Bintang Bahari tersebut tewas setelah mengalami kecelakaan kerja. Untuk kepentingan penyelidikan, jasad korban diotopsi di Ruang Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, Rabu (9/ 1), sekira pukul 06.00 WIB. Berdasarkan surat VER kepolisian ke rumah sakit bernomor:01/1/I/2013/Ditpolair, jasad pria berumur 27 tahun tersebut diduga meninggal akibat mengalami kecelakan kerja saat berada di perairan Salah Nama, Minggu (6/1) lalu. Sehingga kapten kapal ikan, KM Bintang Bahari pun langsung berkordirnasi kepada petugas Dit Pol Air Polda Sumut setelah mengetahui korban yang sudah tak bernyawa lagi. Setelah memberi kabar

kepada petugas Dit Pol Air Polda Sumut, mayat korban pun langsung dibawa ke Belawan dengan perjalanan kurang lebih 3 hari. Tiba di Pelabuhan Belawan, jasad ABK tersebut langsung dibawa ke RSUD dr Pirngadi Medan guna dilakukan otopsi. Di rumah sakit, pihak keluarga datang untuk memastikan kebenaran atas kabar tentang kematian korban. Namun pihak keluarga tak ingin jasadnya diotopsi sehingga hanya dilakukan visum luar saja. Kepada wartawan, pihak keluarga korban enggan berkomentar soal kematian korban. “Aku kurang tahu apa penyebab pasti meninggalnya ia (korban), kalau mau lebih jelas lagi, tanya saja dengan kapten kapalnya,” ucap salahseorang kerabat korban di kamar jenazah sambil berlalu. Usai dilakukan visum luar, jasad korban pun oleh keluarga dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan. (bay/pmg)

Anak Dilarikan Mantan Suami Polisi Tolak Pengaduan

SIANTAR- Wahyuni Tiarisah (21), warga Pondok Indah, Jalan Sadum, Kelurahan Bane, Siantar Utara, terlihat menangis di Mapolres Siantar, Rabu (9/1) pukul 14.00 WIB. Wanita yang baru saja menjanda ini mengaku hendak melaporkan mantan suami Aziz Purba (23), yang telah melarikan anaknya Fachsyah Abier Arafah Purba (2) . Tapi polisi menolak laporan pengaduannya.

FOTO;DHEV FRETES BAKKARA

MENUNJUKKAN FOTO ANAK- Wahyuni Tiarisah menunjukkan foto anaknya Fachsyah Abier Arafah Purba, saat berada di Mapolresta Siantar, Rabu (9/1). (FOTO:EKO HENDRIAWAN)

TERSANGKA PENCURIAN- Aron (kanan), tersangka yang melakukan pencurian di SMKN 2 Siantar diamankan di Mapolsek Siantar Timur, Rabu (9/1).

Kasus Pencurian di SMKN 2 Terungkap

Dua Tersangka Gol 1 Lagi Masih Buron SIANTAR- Sat Reskrim Polsek Siantar Timur berhasil mengungkap kasus pencurian di SMKN 2 Siantar. Dua tersangka Aron (21) dan Robin Simorangkir (20), sudah diringkus, sementara seorang lagi berinisial BS (19) masih buron. Informasi dihimpun, tersangka Aron, warga yang bermukim di belakang eks Kantor Bupati Simalungun, Nagori Pamatang Simalungun, Kecamatan Siantar, dibekuk dari Gedung II lantai 3 Pasar Horas, Selasa (8/1) sore. Setelah dilakukan pengembangan, seorang rekan Aron, Robin Simorangkir (20), diamankan dari komplek Mega Land, Rabu (9/1). Saat diamankan, Robin sedang menjalankan tugas sebagai juru parkir. Penangkapan terhadap kedua tersangka langsung dipimpin Kanit Reskrim Aiptu K Situmorang. Sementara tersangka berinisial BS masih dalam pengejaran polisi. Sekadar diketahui BS masih berstatus pelajar, dan mengecap pendidikan di salahsatu SMK di Jalan Jawa. Sebelumnya, Wakil Kepala SMKN 2 Siantar Marojahan Sirait (55), membuat laporan pengaduan ke Mapolsek Siantar Timur. Dalam laporan itu, Marojahan menyebutkan pada 18 Mei 2012, SMKN 2 Siantar kebongkaran. Sejumlah alat-alat praktik sekolah hilang. Adapun barang-barang inventaris sekolah yang hilang itu, antara lain; 2 buah pendukung arbor mesin Frais, 10 buah arbor mesin Frais, 1 buah kompresor Lathe CHC, 1 unit ragum mesin Frais, 1 unit chuck rahan, 3 mesin bubut, 1 unit mesin listrik gergaji, dan 1 buah gunting setel kepala gergaji. Akibat kejadian itu, pihak sekolah mengalami kerugian sebesar Rp15 juta. Dari laporan tersebut, Sat Reskrim Polsek Siantar Timur melakukan penyelidikan hingga para pelaku terungkap. Hasilnya, Aron ditangkap di Pasar Horas Selasa (8/1), sekira pukul 17.00 WIB. Dari pengembangan tersangka, keesokan

harinya Rabu (9/1), pagi sekira pukul 09.00 WIB, petugas menangkap Robin Simorangkir dari lokasi parkir Komplek Megaland. Saat ini, kedua tersangka diamankan di Mapolsek Siantar Timur. Sementara seorang lagi berinisial BS masih DPO. Kepada METRO, Arun mengatakan dia ditangkap di Pasar Horas saat sedang menonton sejumlah pengunjung Pasar Horas yang sedang bermain biliar. Tiba-tiba polisi melakukan penangkapan. “Saat penangkapan itu aku sempat terkejut, karena pencurian itu aku lakukan sudah lama,” ujar Aron. Ditanya tentang barang curian tersebut, Aron mengaku bahwa mereka sudah menjualnya senilai Rp280 ribu. Hasilnya dibagi-bagi. Arun sendiri mengaku mendapat Rp80 ribu, Robin mendapat Rp50 ribu, sementara BS mendapat Rp20 ribu. Sisanya mereka belanjakan untuk rokok dan minuman. “Tapi kalau baterai itu cuma laku terjual seharga Rp25 ribu,” tambah Aron. Sekadar diketahui, Aron sendiri pernah tercatat sebagai siswa di SMKN 2 yang beralamat di Jalan Asahan tersebut. Namun dia dipecat karena ketahuan mencuri baterai basah berkapasitas 24 volt. Setelah dipecat, Aron pun jadi pencari barang-barang bekas di Kota Pematangsiantar. Kapolsek Siantar Timur AKP Altur Pasaribu, ketika dikonfirmasi, membenarkan bahwa kasus pencurian di ruang permesinan SMKN 2 Siantar sudah terungkap. Tersangkanya Arun dan Robin Simorangkir. AKP Altur Pasaribu menegaskan, terhadap para tersangka dijerat pasal 363 KUHPidana tentang pencurian ancaman penjara paling lama tujuh tahun. Terpisah, Kapolres Siantar AKBP Alberd Sianipar menegaskan kepada seluruh jajarannya untuk mengusut tuntas setiap kasus-kasus pelanggaran hukum. (mag-4/dro)

KEASIKAN PACARAN

SATRIA FU DISORONG MALING BINJAI- Hati yang tadinya berbunga-bunga, berubah sengsara. Inilah yang menimpa Indra (22), warga Marcapada, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Binjai Selatan, Rabu (9/1), sekitar pukul 01.00. Bagaimana tidak, kreta Satria FU BK 2917 OD, miliknnya hilang sesaat diparkirkan di rumah Winda (20), Jalan Nanas, Apel II, Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Binjai Barat. Beruntung, kedua pelaku yang dicurigai berhasil ditangkap dan sempat menjadi bulanbulanan warga sekitar. Kemudian, keduanya digiring ke Polsek Binjai Barat. Ceritanya, ketika itu, korban baru saja menjemput pacarnya dari sebuah rumah makan tempatnya bekerja. Usai mengantar, korban tidak langsung pulang ke rumah. Namun ia menghabisakan malam itu berduan dengan sang pacar. Asik berduaan, sampai tidak memperhatikan kreta yang tadinya diparkirkan di depan rumah. Begitu hendak pulang dari rumah sang pacar, ternyata, kreta sudah hilang dan melihat seseorang yang mencurigakan menyorong kreta miliknya.

“Aku antar pacar ke rumahnya bang. Sementara, kreta aku parkirkan di depan rumah,” kata Indra. Hal itu membuatnya panik bukan kepalang dan langsung mengejar orang tersebut dengan beberapa warga lainnya. Namun, orang tersebut berhasil menghilang dikegelapan malam. “Gitu kami lihat ada orang yang menyorong kreta, langsung kami kejar bang,” aku dia. Tidak berselang beberapa menit kemudian, seseorang muncul dari balik kegelapan. Dia adalah Taufik. Langsung saja warga yang curiga, mengamankan taufik. Saat diamankan, Taufik malah berkelit dan mengaku kalau malam itu dia hendak mandi. “Alasannya nggak masuk akal, masak mau mandi tengah malam. Ya, warga dan aku curiga dan langsung mengamankannya. Apalagi, ia memang dikenal warga sering melakukan pencurian,” cetus Indra. Beberapa warga kemudian menginterogasinya dan sebagian warga ada yang membogemnya. Akhirnya, Taufik mengakui, kalau ia dan re-

kannya yang beraksi mencuri kreta tersebut. Tufik pun lantas digiring ke Polsek Binjai Barat, guna dimintai keterangan. Dan dari Taufiklah muncul nama baru yang kini diamankan polisi. Dia adalah Debi, yang hingga kini masih menjalani pemeriksaan di kantor polisi. Namun Taufik, membantah kalau ia terlibat melakukan pencurian kreta tersebut. “Gak ada aku mencuri kreta dia bang. Orang aku baru pulang dari main billiar di daerah situ. Memang aku pernah masuk penjara sebanyak dua kali, karena kasus mencuri. Tapi ini aku benar-benar gak tahu bang,” cetusnya dari balik jeruji. Kapolsek Binjai Barat AKP Man Purba membenarkan adanya kasus percobaan pencurian sepedamotor. “Kita masih memintai keterangan kepada kedua orang yang diamankan warga ini. Kita sudah telusuri dan kita temukan barang bukti berupa baju yang digunakan keduanya pada malam itu. Namun, kita belum menemukan kunci T yang biasa dipakai para tersangka curanmor,” ujarnya singkat. (bam/pmg)

“Hak asuh anak sudah jatuh pada saya, tapi mantan suami tidak menyerahkannya. Saya tidak tahu di mana mereka menyembunyikannya. Itu sebabnya saya lapor polisi. Tapi laporan saya malah ditolak,” ujar Wahyuni Tiarisah, sambil menyeka air matanya, kepada METRO, Rabu (9/1), sekira pukul 14.00 WIB. Wahyuni menceritakan, sekitar April 2012, ia terlibat cekcok dengan mantan suaminya Fachri Aziz Purba (23), warga Jalan, Kelurahan Baru, Kecamatan Siantar Utara. Akibat cekcok tersebut, Fachri menganiaya Wahyuni hingga urusannya sampai di Polres Siantar. Saat itu, laporan Wahyuni terkait Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) langsung diterima Polres Siantar. Namun hingga berkas tersebut dilimpahkan ke jaksa, Polres Siantar tidak melakukan penahanan terhadap Aziz dengan berbagai alasan. Barulah setelah berkas sampai di kejaksaan sekitar bulan Oktober 2012, Aziz pun ditahan. Masih di bulan April 2012, Pengadilan Agama Siantar mengeluarkan surat cerai Wahyuni dengan Aziz. Di samping itu, Pengadilan Agama Siantar juga menyatakan bahwa Wahyuni mendapat hak asuh atas Fachsyah Abier Arafah Purba (2), yang dibuktikan dengan surat Nomor:82/pdt.G/2012/ PA-PST. Walau sudah memiliki putusan untuk mempunyai hak asuh, namun Abier belum juga diserahkan kepada Wahyuni. “Sebelumnya, tiga kali sidang, Abier selalu dibawa

namun karena sudah diketahui akan ada eksekusi makanya untuk sidang keempat anak saya Abier tidak lagi dibawa ke persidangan. Anak saya disembunyikan, makanya saya datang melapor. Namun setiba di pemeriksaan laporan saya tidak diterima dengan berbagai alasan. Polisi justru bertanya balik apa yang membuktikan Abier anak saya, dimana keberadaan anak saya, masih proses eksekusi dan berbagai pertanyaan yang tidak masuk akal,” ujarnya. Dikatakan Wahyuni, jika ia sudah mengetahui keberadaan Abier, maka tidak perlu lagi datang ke Polres. Pertanyaan yang paling menyakitkan hati kata dia, ketika ditanya apa bukti bahwa anak itu merupakan darah dagingnya. “Ini kali kedua saya kecewa saat berurusan dengan polisi. Apa karena yang saya hadapi orang berduit?” tanya Wahyuni, sambil menangis di Polres Siantar. Terpisah, Evi Risha (36), pengacara Wahyuni juga mengatakan kekecewaannya terkait kedatangannya ke Polres Siantar. “Pada kasus penganiayaan pada bulan April lalu pun, polisi juga tidak langsung menangkap tersangka. Padahal untuk 1 kali 24 jam untuk pemeriksaan adalah hak polisi namun itu pun tidak, dan saat ini juga mengecewakan,” ujarnya. Kapolres Siantar AKBP Alberd Sianipar, melalui Paur Humas Iptu Restuadi ketika hendak dikonfirmasi tidak berada di kantornya, dihubungi via telepon tidak ada balasan. (mag-05/dro)

Asik Main di Warnet Mio Kurnia Diembat SIANTAR- Apes benar nasib pemuda satu ini, Kurnia (25). Saat ia asik main internet di salahsatu warnet di Jalan Wahidin, Kelurahan Melayu, Kecamatan Siantar Utara, Rabu (9/1), sekira jam 01.00 WIB, sepedamotor Mio BK 5016 WN, warna hitam miliknya raib. Kurnia mengatakan, dirinya mengetahui sepedamotornya hilang saat hendak keluar warnet. Di luar, ia tidak melihat lagi sepedamotornya di lokasi parkir. “Saat itu, aku menanyai orang-orang yang masih ada di warnet tersebut, tapi tidak seorang pun mengetahui. Bahkan sampai penjaga warnet pun tidak mengetahui keberadaan sepedamotor saya itu,” ujar Kurnia. Setelah mengetahui sepedamotornya hilang, awalnya ia ingin

meminta ganti rugi terhadap pemilik warnet. Namun pemilik warnet saat itu mengatakan bahwa hal itu bukan menjadi tanggung jawabnya. “Kamudian sempat juga aku suruh temanteman mencari sepedamotor itu di seputaran Kampung Melayu, namun tidak ada yang berhasil menemukannya,” katanya dengan nada kesal. Tak terima, ia pun mendatangi Mapolres Siantar dan melaporkan kejadian tersebut. Akibatnya, korban mengalami kerugian hingga belasan juta rupiah. Kapolres Siantar AKBP Alberd TB Sianipar SIK, melalui Kasubbag Humas AKP Althur Pasaribu SH membenarkan adanya laporan korban. (osi)

Namanya sudah niat mengambil anak angkat, Dulfatah merawat dan mendidik bocah itu sebaik mungkin. Selulus SMP, Wiwi disekolahkan ke SMA. Dan anak angkat yang dulu masih kecil imut-imut, kini bodinya mulai amit-amit. Nah, di sinilah setan mulai intervensi. Maksudnya, Dulfatah mulai dibujuk dan dipengaruhi agar mau mendayagunakan si anak ABG yang sudah mulai laik ranjang itu. “Dalam perspektif setan, menggauli anak angkat itu sebuah keniscayaan,” kata setan sambil ngerokok klepas-klepus. Ndilalahnya, iman Dulfatah juga hanya setebal selotif pembungkus kabel, sehingga saran setan itu serta merta diterimanya. Dia juga merasakan, pelayanan istrinya semakin lama sangat menjenuhkan, sehingga diperlukan diversifikasi menu. Dulfatah mendadak lupa statusnya. Bayangkan, anak angkat yang dulu digendong-gendong macam anakanakan ketimun, kini mau dikremus (dimakan) men-

tahan. Di kala istrinya tak di rumah, Wiwi yang sedang nonton TV itu dipameri gambar porno lewat HP. Setelah gadis ABG itu terangsang, langsung diajak masuk kamar dan digauli. Sejak itu, Dulfatah lalu punya tradisi baru, gemar blusukan kayak pejabat. Tapi bukan ke kampung-kampung, melainkan blusukan ke kamar anak angkatnya. Hanya dalam tempo 3 bulan sudah 9 kali dia berhasil “ blusukan ” tanpa liputan pers. Tapi sial, saat “ mblusuk ” yang ke-10 kalinya , eh….tepergok oleh istri sendiri. Jadi Ny Dulfatah melihat dengan mata kepala sendiri, betapa suaminya sedang menyetubuhi anak angkatnya. Urusan pun jadi memanjang. Selain Wiwi dipulangkan ke kampung halaman demi penyelamatan ‘aset’, Dulfatah juga dilaporkan ke Polres Aceh Utara, dengan tuduhan memerkosa gadis di bawah umur. Dulfatah sendiri di bawah pengaruh setan. (int)

Blusuk an di K amar Anak Angk at Blusukan Kamar Angkat Pejabat demen blusukan, kini sedang ngetrend. Dulfatah (53), dari Lhoksukon (Aceh) tak mau ketinggalan. Meski bukan pejabat, dia sudah 10 kali “blusukan” ke kamar anak angkatnya. Tapi aksinya yang terakhir tepergok istrinya, sehingga Wiwi (16), diungsikan. Gara-gara resep blusukan Jokowi bisa mendulang sukses di Pilkada, kini banyak pemimpin yang meniru-niru blusukan. Mereka ikut masuk keluar kampung, dengan alasan untuk menyerap aspirasi warga. Jika niatnya memang untuk dekat dengan rakyat, baguslah itu. Tapi jika niatnya sekadar pencitraan menghadapi Pilkada, setelah berhasil jadi kepala daerah, bisa dijamin lupa lagi akan gaya blusukan-nya. Kalau Dulfatah dari Desa Teupin Gajah, Tanah Jambo Aye (Aceh Utara) lain lagi. Tanpa diilhami oleh Jokowi pun, dia sudah biasa blusukan

……ke kamar anak angkatnya. Di sinilah bedanya, saudarasaudara. Jika pejabat blusukan demi rakyat, Dulfatah sekadar demi syahwat. Sebab setelah blusukan ke kamar anak angkat, dia langsung asyik masyuk menuntaskan nafsu birahinya. Dia lupa bahwa Wiwi dulu diambil dan dijadikan anak angkat, eh sekarang malah diangkat ke tempat tidur! Empat belas tahun lalu, Wiwi masih bocah ingusan

usia 2 tahunan. Dia terlahir dari keluarga miskin di Pante Bidari Aceh Timur. Kasihan banget orangtuanya. Sudah lemah ekonomi, dua-duanya lemah kaki alias lumpuh. Istri Dulfatah yang pas berkunjung ke desa itu, sangat iba dibuatnya. Maka dengan izin dan kerelaan kedua orangtuanyua, balita Wiwi lalu diambil dan dijadikan anak angkat dan disahkan lewat pengadilan (adopsi).


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.