ePaper | METRO SIANTAR

Page 36

HUKUM & KRIMINAL

JUMAT

7 Desember 2012

5

METRO ASAHAN

Gara-gara Wanita, Pelajar SMK Bentrok

1 Korban Kritis, 2 Diamankan BINJAI- Suasana di Yayasan Putra Anda Binjai mendadak ricuh. Alfin (18), seorang pelajar di yayasan itu dikeroyok puluhan pelajar lainnya, Kamis (6/12), sekitar pukul 13.00 WIB. Motif pengeroyokan itu gara-gara wanita. Akibat pengeroyokan itu seorang pelajar SMK Putra Anda Binjai Alfin (18), warga Bandar Sinembah, terpaksa dilarikan warga sekitar ke RSU Djoelham Binjai, tak jauh dari lokasi kejadian. Korban merupakan abang kandung Rony, siswa kelas I SMK Putra Anda Binjai tersebut. Beruntungnya, Alfin pakai helm sehingga korban tidak sampai mengalami luka parah meski telah dipukuli pakai broti oleh para pelaku. Namun korban sempat pingsan. Tak lama berselang personel Polsek Binjai Kota, datang ke

lokasi untuk membubarkan tawuran itu. Kemudian dua pelajar yang melakukan pengeroyokan itu digelandang ke mapolsek. Rony, adik Alfin, saat ditemui di RSU Djoelham menyebutkan, abangnya dipukuli oleh kakak kelasnya bernama Ardi. Menurutnya, permasalahannya hanya gara-gara cewek si Diki, bernama Nely dirayu si Ardi, dan Nely pacar si Diki sudah bertukaran nomor HP ke Ardi. “Itulah awal permulaannya sehingga terjadi pengeroyokan itu,” ujarnya. Kapolsek Binjai Kota Kompol Z Harahap menjelaskan, pihaknya telah mengamankan kayu broti yang digunakan memukul Alfin. “Kayunya sudah kita amankan, kita akan memintai keterangan korban yang ada di RS Djoelham,” ujar Kompol Z Harahap. (hs/pmg/dro)

KASUS PENGANIAYAAN SERET ANGGOTA DPRD

Kejari Didesak Eksekusi Barita Dolok Saribu Cs HUTABAYURAJA- Kejari Simalungun didesak segera mengeksekusi Barita Dolok Saribu Cs, terpidana kasus penganiayaan, yang telah dinyatakan bersalah oleh Mahkamah Agung (MA). Diketahui, Barita Dolok Saribu merupakan Anggota DPRD Simalungun. Desakan itu disampaikan sejumlah petani di Nagori Mariah Hombang, Kecamatan Hutabayuraja, Simalungun, tergabung dalam Forum Petani Masyarakat Nagori Mariah Hombang (FPMNMH). Mereka mengaku kecewa terhadap Kejari Simalungun yang tidak menjalankan amanah putusan MA dalam salinan putusan Nomor:1308/K/Pid/ 2009, pada 28 September 2009. Para terpidana itu adalah Helarius Gultom (44), Barita Dolok Saribu (34), dan Manat Gultom (46), yang telah dihukum setahun penjara oleh MA. Ketua Pusat Perjuangan Mahasiswa Untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan) Agus Butarbutar, didampingi Ketua FPMNMH Kasmin Manurung, Kamis (6/12), menyebutkan, ketiga terpidana hingga saat ini masih bebas menghirup udara. “Kedatangan kita ke Kejari Simalungun ini untuk mempertanyakan mengapa ketiga terdakwa yang sebelumnya juga dihukum setahun penjara di Pengadilan Negeri Simalungun tak kunjung ditahan,” protes Agus, saat mendatangi Kejari Simalungun, Kamis (5/ 12). “Sejak dua hari lalu, kami

sudah menyampaikan surat resmi ke Kejari untuk beraudiensi, namun ternyata Kajari keluar kota. Katanya ke Parapat. Kita kembali kecewa, sebab rencana audiensi gagal lagi,” kesal Agus. Agus menerangkan, ketiga terpidana Helarius Gultom (44), Barita Dolok Saribu (34), dan Manat Gultom (46) dilaporkan melakukan kekerasan terhadap Liongsan Sianturi, pada Kamis 19 April 2007. Perbuatan itu melanggar pasal 170 ayat 1 KUHPidana. Disebutkan Agus, cara ketiga terdakwa melakukan penganiayaan terhadap korban, yakni dengan cara meninju pipi dan memukul kepala korban menggunakan kayu. Akan tetapi ketiganya banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Sumatera Utara di Medan. “Yang kita ketahui, oleh PT, ketiganya hanya dihukum percobaan selama dua tahun dengan perintah tidak ditahan. Mendengar putusan itu, kita banding ke MA dan putusan PN Simalungun dikuatkan oleh MA, dengan putusan tahun penjara. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan, meski putusan MA sudah keluar hingga kini ketiga terdakwa tidak ditahan,” ujar Agus kesal. Saksi korban Liongsan Sianturi mengaku sangat kecewa, terdakwa tidak juga menjalani hukumannya. “Itulah maksud kedatangan kita ke sini (Kejari Simalungun, red). Untuk mempertanyakannya keseriusan Kejari,” ujar Liongsan. (mua)

Menolak Diajak Tidur Bersama, Istri Dipukuli LUBUKPAKAM- Sudoyo (36), warga Dusun IV, Gang Bidan, Desa Bangun Rejo, Tanjung Morawa, tiba-tiba naik pitam. Istrinya Misniati (31), dipukuli hingga wajah dan kepalanya mengalami luka memar. Uniknya, penganiayaan itu dilakukan hanya karena istri menolak diajak tidur bareng.

KECEWA- P Malau P Malau warga Sidamanik yang menjadi korban pemalsuan sertifikat kecewa lantaran tiga terdakwa pemalsuaan yakni Susi Indrianingsih, Jefri Sikumbang dan Eka Sukesi tidak ditahan oleh hakim di Pengadilan Negeri Siantar.

Korban Pemalsuan Sertifikat Minta Terdakwa Ditahan

SIANTAR- Korban pemalsuan sertifikat P Malau (54), warga Sidamanik meminta agar tiga terdakwa pemalsuan Susi Indrianingsih, Jefri Sikumbang, dan Eka Sukesi, segera ditahan. Ia kecewa, sebab ketiga terdakwa tidak hadir dalam persidangan sesuai jadwal sidang yang ditentukan. “Saya sangat kecewa, karena terdakwa yang menggelapkan uang saya sebesar Rp78 juta tidak ditahan dan kini tidak hadir di persidangan. Padahal, perbuatan terdakwa yang kini dalam proses persidangan di PN Siantar itu sangat licik, yakni memasulkan sertifikat tanah yang menjadi jaminan untuk meminjam uang,” ujar Malau. Dia mengatakan, sudah dua kali ia dipanggil untuk menjadi saksi pada persidangan di PN Siantar. Sekitar dua minggu lalu dia dipanggil, tapi terdakwa warga Jalan Kadi, Siantar Barat itu datang ke rumahnya dengan niat untuk berdamai. “Tapi ternyata janji itu ternyata palsu. Sebab sampai sekarang tidak ada perdamaian. Sesuai panggilan jaksa, saya sudah datang dari tadi pagi untuk

mengikuti persidangan. Namun sayangnya hingga pukul 16.00 WIB, terdakwa ternyata tidak datang dengan alasan tidak jelas,” protesnya. “Dalam kasus ini, saya merupakan korban dengan kerugian puluhan juta. Tapi mengapa, terdakwa justru masih bebas berkeliaran?” protesnya lagi. Dia menerangkan, perbuatan terdakwa yang memasulkan sertifikat rumah itu bermula pada Desember 2011 lalu. Saat itu, terdakwa datang ke rumahnya di Sidamanik dengan niat untuk meminjam uang. Namun karena ia tidak mengenal terdakwa, ia meminta agar terdakwa menemui S Purba di Siantar. “Setelah bertemu dengan S Purba, kami pun menyetujui memberikan pinjaman uang dengan jaminan sertifikat surat tanah terdakwa. Kami juga sudah mensurvei rumah tersebut yang merupakan warisan dari orangtuanya. Selanjutnya, uang pun kami serahkan sebesar Rp78 juta,” ungkap korban, salahsatu Dosen di Siantar ini. Ia menerangkan, ternyata tiga bulan setelah uang itu diberikan, terdakwa

tidak kunjung membayar angsurannya. Mereka pun curiga, mengapa terdakwa bersikap seperti itu. Kemudian mereka membawa jaminan sertifkat tanah itu ke Badan Pertanahan Nasional. “Setelah sertifikat itu dicek, ternyata sertifikat itu palsu dan tidak pernah dikeluarkan oleh pihak BPN. Karena merasa ditipu, saya pun melaporkan kasus ini kepada pihak kepolisian,” ungkapnya. Sementara Jaksa Penuntut Umum (JPU) Siti Martiti Manullang mengatakan, terdakwa tidak hadir lantaran sakit. “Sidang ditunda karena terdakwa sakit. Itu dikuatkan dari surat dokter yang dikeluarkan dari RS Tentara, tertanggal 5 Nopember,” ujarnya. Sementara itu, Humas PN Siantar yang juga hakim dalam perkara itu menyebutkan, sidang tidak digelar lantaran ketua majelis sedang rapat di Medan. “Salahsatu hakimnya saat ini sedang berada di Medan. Sementara terdakwa dialihkan penahannya karena jaminannya ada,” terangnya. (mua/dro)

Bahtera rumah tangga pasangan suami istri Sudoyo dan Misniati, ini benar-benar bakal bubar. Sebab, sebelumnya, sang istri Misniati sudah sempat memasukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama Lubukpakam. Kini, gugatan cerai itu masih dalam proses persidangan. Sudah begitu pun, Sudoyo malah membuat ulah. Pada Rabu (5/12) sore, sekira pukul 17.30 WIB, sang suami yang bekerja sebagai satpam di salahsatu perusahaan di Tanjung Morawa itu, kembali memukuli Misniati hingga menderita luka-luka memar di bagian wajah dan kepalanya. Alhasil, Sudoyo kini tak hanya digugat cerai istrinya, tapi kali ini petugas Satpam itu harus berurusan dengan pihak kepolisian. Kepada polisi, Misniati melaporkan kasus penganiayaan yang dilakukan suaminya. Misniati juga mengaku sudah tak kuat lagi bertahan sebagai istri Sudoyo. Sebab kata dia, selain kerab ringan tangan, keluarga suaminya pun nyatanya sejak awal memang tak suka dengannya. Dasar itulah Misniati sempat menggugat cerai suaminya itu ke Pengadilan Agama Lubukpakam. Misniati menuturkan, sejak memasukan gugatan cerai, ia mengaku tak lagi hidup bersama suaminya. Tapi kemarin, sang suami menemuinya di rumah. Sore itu, suaminya mengajak untuk berhubungan badan. Tapi Misniati menolak, dengan alasan dirinya sudah sakit hati dengan Sudoyo. “Inilah awal perkara itu, aku dimakinya lalu dianiaya,” ujarnya. Korban menuturkan, Sudoyo bahkan sempat memukulinya dengan potongan bambu. Mendapat perlakuan kasar dari suami, Misniati hanya berteriak meminta tolong. Namun karena tidak kuasa menahan sakit, ia pun berlari ke rumah tetangganya. “Sudah cukuplah aku jadi istrinya, suamiku itu ringan tangan,” aku Misniati. Kasat Reskrim Polres Deliserdang AKP Erwin Syahputra Manik ketika dikonfirmasi, mengatakan, akan memanggil Sudoyo serta beberapa saksi lainya untuk dimintai keterangannya. (pasta/pmg/dro)

Patah Per, Truk Muatan Oli Terbalik MEDAN- Seketika, jalan tol di kawasan Bandar Selamat, Kec Medan Tembung, menjadi macet. Kemacetan tersebut lantaran sebuah truk colt diesel BK 8898 BA, bermuatan oli Top 1 terbalik di samping pintu keluar Tol Bandar Selamat, Kamis (6/12), sekira pukul 16.45 WIB. Keterangan dihimpun, truk tersebut mengangkut oli top 1 untuk sepedamotor dan mobil masuk melalui pintu masuk Tol Tanjung Morawa menuju Marelan. Namun di tengah jalan, tepatnya di dekat pintu keluar Tol Bandar Selamat, truk tiba-tiba oleng dan kemudian terbalik. Setelah diketahui ternyata

truk mengalami patah per pada roda bagian depan sebelah kiri. Menurut keterangan supir truk Juan Fransisko (25), warga Jalan Pasar VI, Marelan ini mengatakan, kalau tiba-tiba truk oleng dan terbalik. “Gak tau kenapa tiba-tiba oleng, terus terbalik. Pas dilihat rupanya patah per roda depannya,” ujar pemuda berbaju hitam ini, sambil menghela nafas. Ia mengatakan, rencananya oli tersebut akan dikirim ke Sibolga. “Kalau seharusnya, isinya 2,5 ton. Tadi ini dipaksa sampe 4 ton. Untung aja gak kencang aku bawanya, kalau gak, udah mati kurasa kami berdua,” ujarnya.

Sementara kernet truk Andre (25), warga Pasar VI, Gang Masjid Marelan, mengatakan, di tengah jalan sempat terdengar bunyi dan kemudian langsung terbalik. “Pas di jalan tadi sempat terdengar bunyi gitu di bawah roda, tiba-tiba langsung jatuh terbalik,” terangnya, sambil menahan sakit di bagian keningnya. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, namun kernet truk mengalami luka robek pada dahi sebelah kanannya dan terlihat sudah diperban. Sementara itu petugas dari Jasa Marga datang ke lokasi bersama dengan truk derek untuk membawa truk yang terbalik.

Salahseorang saksi mata Putra Peranginangin (35), securiti tol mengatakan, kalau ia mengetahui suara yang keras dan ternyata truk tersebut terbalik. “Aku lagi dipos, tiba-tiba dengar suara kayak tabrakan gitu. Rupanya pas dilihat truk terbalik bawa oli,” ujarnya. Pantauan di lokasi, petugas securiti mengangkati oli yang masih berada dalam kotak yang masih dalam keadaan bagus untuk dipinggirkan ke pinggir jalan. Akibatnya, terlihat jalanan macet karena badan mobil melintang di tengah jalan dan oli yang tumpah nampak tergenang di sekitar truk yang membuat jalan menjadi licin. (bay/pmg)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.