190213

Page 4

4

opini

METRO RIAU SELASA, 19 FEBRUARI 2013

Polri Layak Bercermin K KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa hari belakangan sibuk menyita aset rumah Mantan Kepala Korps Lalu Lintas Mabes Polri dan Gubernur Akademi Kepolisian yang kini menjadi tersangka tindak pidana pencucian uang simulator SIM, Irjen Pol Djoko Susilo. Sejumlah rumah milik Djoko Susilo yang disita KPK diantaranya; tiga di Solo, tiga di Yogyakarta, dan satu di Semarang. Rumah-rumah itu bukan rumah biasa yang sederhana, melainkk an rumah mewah yang elegan. Bagi rakya biasa, menyimak pemberitaan media tentang penyitaan aset-aset properti Irjen Djoko Susilo, jelas bisa membayangkan bagaimana sebenarnya kehidupan sosok Irjen Djoko: kekuasaan, kesempatan, dan penyelewengan. Ketiganya seperti mata rantai yang tak bisa dipisahkan bagi banyak pelaku korupsi di negeri ini. Walaupun punya kekuasaan dan kesempatan, kalau tidak memanfaatkannya secara bias, seseorang tidak akan mendapatkan lebih dari kekuasaannya. Sebaliknya, sekecil apa pun kalau diselewengkan, kekuasaan itu akan menjadi kesempatan. Kita pun teringat modus yang dilakukan oleh mafia pajak Gayus Tambunan. Lewat modus pencucian uang, kepemilikan benda-benda yang diatasnamakan diri sendiri atau orang lain, membuat kekayaan seseorang terlihat tidak nyata di permukaan. maka apa yang dilakukan oleh KPK dalam menyita aset Irjen Djoko, jelas sangat mencengangkan bagi rakyat kecil. Artinya, inikah fenomena gunung es tentang kekuasaan? Kultur kehidupan aparat penegak hukum yang punya kewenangan dengan gaya hidup hedonis, dengan cara pola penumpukan harta. Melihat fenomena tersebut, rakyat pun berhak merasa rasa keadilannya terlukai. Harapan tegaknya keadilan jelas disandarkan pada aparat penegak hukum, tetapi lewat contoh perilaku seorang petingginya. Ujungnya adalah menipisnya kepercayaan rakyat kepada hukum dan penegak hukum itu sendiri. Apalagi bila kita membayangkan itu baru satu orang, kira-kira bagaimana dengan rata-rata yang lainnya? Tanpa bermaksud menggeneralisasi, jangan salahkan jika pemikiran semacam itu pun muncul dan berkembang ditengah masyarakat kita. Logikanya sangat jelas, yaitu karena para pengawal hukum malah melecehkan hukum itu sendiri. Kita pun membayangkan, andaikata kasus simulator SIM itu tidak ditangani oleh KPK, mungkinkah menghasilkan proses yang objektif, setidak-tidaknya membuka berbagai ”borok” seperti sekarang? Bagi jajaran kepolisian, ini harus menjadi awal yang baik untuk pintu masuk reformasi kepolisian. Selama ini kita selalu lebih suka bicara seolah-olah atas nama hukum, prosedur, dan banyak hal tentang bagaimana membangun citra taat hukum, pada di dalam sistem tersebut, kita jelas-jelas meruntuhkan sistem hukum itu sendiri. Siudah saatnya kepolisian kita berpikir lebih terbuka, mau menerima kenyataan rangkaian kasus simulator SIM ini sebagai realitas yang harus diluruskan. Semoga demikian. *

Dialektika Pak Walikota, Sudah Manusiawikah Kotaku (2-Habis) DULU! Banyak Sekarang! tanah lapang Lantai-lantai buat anak-anak mall yang dinbermain layangin itu akan gan dan sepak menjadi guru bola kara. Suntterbaik bagi gai-sungai kota mereka untuk masih jernih makin mengenairnya, bisa ttalkan faham dipergunakan konsumerisme tempat mendan kapitalcari ikan cukup isme pada otak untuk lauk sekali aanak-anak kita. Ir. RONI ARDIANSYAH MT IPU makan siang. Dinding mall Sungai yang yyang berwarna Pengamat Perkotaan/Dosen mengalirkan warni kadang w Magister Teknik Sipil UIR air yang jernih tterbuat dari sebagai tempat kaca bening yang nyaman dan sehat untuk yang tebal dan tinggi itu tempat berenang yang gratis. mengajarkan sesuatu kepaSekarang! Anak-anak kita da anak-anak kita. Aku takut tak punya tempat bermain kalau yang mereka ajarkan itu selain ke Mall. Setiap hari libur adalah kerakusan, egoisme hanya ada satu kata di bibir dan individualisme. Dan mall mereka. Ibarat robot yang telah itu makin dingin,angkuh dan terprogram. Setiap libur hanya tidak manusiawi lagi. Parasmall dan mall yang mereka tuju. nya yang elok seakan menciMereka merengek minta dianbir pada gerombolan anaktar ke mall. Mereka merengek anak berpakaian kumal yang minta diajak bermain ke mall, mengaduk-aduk bak sampah mereka merengek bahkan dan menawarkan payung kala untuk hanya sekedar jalan-jalan hujan turun di seputaran mall. dan membuat otot kaki kita Tapi anak-anak kita menikmatkaku kecapean. inya. Dulu! Anak-anak pun memDulu! Anak-anak bermain bantu orangtuanya mencari kelereng dan kuaci di emperannafkah, sepulang sekolah denemperan teras rumah, tanpa gan mendagangkan jajanan. membedakan siapa yang berdMereka bisa memahami arti arah biru dan siapa yang berdhidup bergotong-royong, arah hitam. Bermain “Patok lele” masyarakat, tidak tamak, dan “Tak Tak” dengan sportivitas dan bisa saling mengharyang tinggi, legowo menerima gai di antara sesama anggota kekalahan, tidak membangmasyarakat. Yang mampu mau gakan diri bagi yang menang, berbagi rezeki dan yang papah sehingga dapat saling berbagi mau berbagi tenaga. di antara sesama. *

*

Bea Cukai Pekanbaru sita 512 gr Narkotika (Rp768 Juta) Nampaknya, Riau jadi transit beso, Cik

*

Besok, Pemkab Inhu lakukan mutasi 219 pejabat Wow, banyak betol, Cik. Ade yang salah ke?

*

Sekda Rohul imbau perusahaan bantu korban banjir Hmm, tak payah dimbau, Cik. Tak bantu, suruh keluo!

Ketika Budaya (Malu) Telah Hilang SULIT untuk dibantah jika ada sebahagian pendapat yang menyatakan bahwa masyarakat kita kini telah dihinggapi pola sikap permisif, yaitu suatu sikap yang mengiyakan dan menggangap semua hal serba boleh dilakukan. Suatu sikap yang barangkali kelihatan menjunjung kebebasan sejati, namun jika ditilik lebih jauh malah menjadi penyubur kerusakan moral masyarakat dan bangsa. Budaya masa bodoh plus cuek ini makin berjalan seiring dengan semakin menipisnya rasa malu dalam kehidupan masyarakat kita. Malu adalah suatu perasaan yang timbul bilamana telah melakukan sesuatu yang hina, tidak baik dalam pandangan syariat agama dan mayarakat. Ungkapan malu yang dijelaskan oleh Imam al Ghazali dalam karya beliau: bilamana kecintaan pada dunia terputus oleh sifat malu di dalam hati, maka tidak ada sesuatu yang lebih dicintai dari pada cinta bertemu Allah SWT ia mempergunakan segala daya (fisik), harta kecuali untuk bertemu Allah SWT (Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Jilid 5 Beirut: Dar al Firikri 2007, h126) Perasaan seperti inilah kelihatan semakin hari semakin langka dikehidupan kita saat ini. Kita merasa aman-aman saja ketika melakukan kemaksiatan dan dosa. kebohongan, penganiayaan, kemesuman, narkoba, sampai kasus suap. Ironis memang pemberitaan kasus suap yang hangat saat ini adalah presiden partai politik yang memasang slagon bersih dan peduli telah di jaring oleh KPK atas pengadaan daging sapi impor di Kementerian Pertanian. Berita-berita tersebut merupakan santapan menu

Oleh sehari yang menghiasi pemberitaan media cetak dan elektronik yang disajikan dalam setiap hari pada saat ini. Semua perbuatan “yang tak tahu malu” ini pun telah mengakar di segala penjuru masyarakat kita. Manakala malu tersebut sudah tercabut dalam hati dan segala aktivis kehidupan kita. Oleh sebab itu mari kita renungi bersama ungkapan para ahli hikmah yang dikutip Imam Al-Qusyairi dalam risalah al-Qusyairi: mengajarkan bahwa menjaga malu tetap hidup dalam hati adalah dengan cara memperhatikan atau berteman dengan orang yang dipermalukan orang lain (Imam al-Qusyairi, Risalah al-Qusyairiyah Fi Ilmi at Tashawuf Terj. Luqman Hakim Surabaya: Risalah Gusti, 2006, h.253). Manakala rasa malu telah hilang, semua perbuatan buruk diatas akan merasa merajalela tak terkendalikan. Prilaku semuanya pada akhirnya membuat kita tak peduli walaupun telah melanggar semua aturan. Nabi Muhammad SAW bersabda: Ucapan kenabian yang paling awal diketahui manusia adalah jika kamu tidak malu, maka lakukanlah apapun yang kamu mau (HR. Bukhari Muslim). Dalam memahami hadis tersebut setidaknya menafsirkan artian hadis tersebut tidak keliru atas pernyataan hadis diatas, hadis ini bukan berarti Nabi SAW mengizinkan kita untuk berbuat semaunya, namun merupakan sindiran bagi mereka yang dengan rasa bangga melakukan kemaksiatan, kejahatan, dan dosa. Apabila

Masrizal Al Husyaini * situasi dan berbagai prilaku buruk telah menjadi tradisi dan dilegalkan oleh tokoh politik, masyarakat dan larangan tersebut diabaikan, maka sebenarnya ancaman kehancuran telah muncul dihadapan kita. Setidaknya dari setiap ujian-ujian yang terjadi dilingkungan dan masyarakat kita dari setiap perbuatan “ketika budaya malu telah hilang” ini jauh dari dulu andai manusia mampu memahami pesanpesan teks al-Quran, sebab ini diasumsikan sebagai pemahaman bagaimana al-Quran tersebut di fungsikan bukan memahami dalam sebuah makna simbol-simbol. Setidaknya ada dua agenda penting dalam mengembalikan marwah budaya malu dalam tulisan ini. Pertama: pernyataan alQuran terhadap harta, harta merupakan salah satu sarana bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya dan justru itu manusia diperintahkan agar berusaha mendapatkannya secara legal supaya jangan ada pihak-pihak yang merasa terzalimi apalagi masing-masing individu punya hak dan kebebasan untuk memiliki harta. Oleh Karena itu agar jangan terjadi “perselingkuhan” maka ada aturan main yang harus ditaati. Meskipun harta bisa menimbulkan sisi negatif namun al-Quran sama sekali tak pernah melarang manusia mencari harta asalkan dicari dengan cara yang baik dan dikelola pula secara baik. Adapun rambu-rambu yang dimuat oleh al-Quran hanya bersifat pengarahan dan sangat tidak layak bila diartikan

sebagai pembatasan yang seolah---olah al-Quran tidak memberikan peluang kepada manusia untuk memperoleh harta ( Q.S. al-kahfi ayat: 46), selanjutnya al-Quran menjelaskan bahwa harta yang di miliki dijadikan seyogyanya untuk membantu sesamanya dan tidak memiliki sifat ketamakkan terhadapnya agar terpelihara sifat malu. Kedua perintah menjauhi pemimpin yang thaghut dalam al-Quran. Thaghut berasal dari kata thagha yang selalu diartikan dengan prilaku dan perbuatan yang zalim. Kemudian kata ini diistilahkan kepada setiap individu atau pemimpin yang zalim termasuk organisasi atau kelompok. Menurut al-Raghib al-Ashfani dalam bukunya al-Mufradat fi Gharif al-Quran bahwa Thaghut adalah sebuah ungkapan bagi orang yang melampaui batas. Akan tetapi dalam al-Quran kata Thaghut ini selalu di indentikkan kepada individu yang secara kebetulan individu dimaksud sedang memegang kekuasaan. Dalam tatataran ini Fir’aun dan Qorun adalah tokoh individual yang berwatak thaghut sebagaimana dicontohkan al-Quran. Oleh karena itu dengan tegas al-Quran menyatakan sebagaimana terdapat dalam Q.S. an Naziat ayat 17 dan Q.S. al-Qashash ayat 76 bahwa firaun dan qorun adalah Thaghut. Adapun watak Thaghut dalam konteks organisasi atau kelompok maka al-Quran mencontohkanya bangsa ‘Ad, Tsamud, kaum Luth. Pengertian Thagut dalam al-Quran sangat bervariasi mulai dari

suap, berprilaku sewenanganwenang, melampaui batas, dan membuat kerusakan. Menurut catatan sejarah bahwa nama asli dari firaun adalah meneff tah dan nama asli qorun adalah korah namun al-Quran lebih memilih untuk mempopulerkan nama gelarnya. Menurut M Qurasih Syihab dalam Tafsir al Misbah apabila sosok tokoh yang ditampilkan adalah gelarnya maka prilaku tokoh dimaksud akan kembali terulang selama perjalanan hidup manusia. Berbeda dengan tokoh” busuk” diatas maka untuk tokoh yang baik al-Quran selalu mempopulerkan nama asli tokoh yang bersangkutan. Misalnya Ibrahim, Muhammad SAW, Yusuf, Ismail, Luqman, Maryam dsb. Cara seperti ini menyebutkan nama asli dari seorang tokoh dapat dipahami tidak ada orang yang mampu menandingi kebaikan tokoh tersebut, sebab rasa malu mereka kepada Allah SWT patut dijadikan teladan dalam aktifis berpolitik, bermasyarakat dan bekerja. Orang yang beriman dicirikan dengan rasa malu yang dimiliki. Rasa malu adalah salah satu tolak ukur kualitas iman seseorang. Kita mungkin sering mengaku sebagai orang yang beriman namun sering kali rasa malu tak terlihat pada diri kita. Jika inilah kenyataanya yang ada pada diri kita, hampir dapat dipastikan pengakuan kita hanyalah sebuah kebohongan yang nyata. Agaknya ke imanan kitapun patut untuk dipertayakan. Waalahu’Alam. * Penulis adalah penggiat kajian keagamaan dan sosial di Riau

Pak Dishub, Tolong Kontrol Truk Tonase Besar DINAS Perhubungan tidak menyaring dengan jeli kepada truk-truk besar yang masuk ke jalan kota Pekanbru yang melampaui kapasitas daya dukung jalan. maka jalan Pekanbaru tidak akan pernah lepas dari jalan bergelombang dan berlobang. Selanjutnya, jalan Pekanbaru harus memi-

liki drainase di kiri dan kanan badan jalan. Drainase ini akan menampung dan mengalirkan genangan air yang ada dibadan jalan sehingga tidak ada lagi genangan air yang cukup cepat merusak badan jalan. Dimensi drainase yang dibangun harus sesuai dengan daya tampung air hujan yang turun sehing-

ga apabila hujan turun maka tidak terjadi lagi genangan air yang ada pada badan jalan. Jika Dinas Perhubungan telah membatasi kendaraan yang masuk ke jalan kota Pekanbaru sesuai dengan daya dukung jalan kota Pekanbaru dan Pemerintah telah membangun drainase dipinggir badan jalan

semoga tidak ada lagi jalan yang bergelombang dan berlobang. Semoga impian bagi pengguna jalan terwujud yang telah lama menantikan jalan yang aman dan lancar tanpa menemui jalan bergelombang dan berlubang dalam mengendarai kendaraan dan permasalahan

Kota Pekanbaru kedepannya tidak dihadapkan lagi dengan jalan yang bergelombang dan berlobang yang selama ini sangat dikeluhkan oleh masyarakat. Firman Jalan Karya I, Marpoyan Pekanbaru


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.