17 senin 06 2013 siantar

Page 7

SENIN

17 Juni 2013

HONDA SPACY RAIB Sambungan Halaman 1 Hatonduhan, Simalungun ini mengaku, datang ke Kota Siantar hanya untuk potong rambut. Setelah itu dia berencana ke rumah saudaranya di Kecamatan Siantar Barat. Tapi naas, setelah selesai potong rambut di Pangkas Indah dan hendak pergi, sepedamotor Honda Spacy BK 6159 TAI miliknya sudah tidak ada di lokasi parkir, persis di halaman Pangkas Indah. Selanjutnya dia menanyai beberapa orang yang berada di sekitar lokasi. Namun hasilnya nihil. Namun ada seorang warga menyebut bahwa ada seorang laki-laki dan sempat menegur korban saat rambutnya masih dipotong membawa sepedamotor tersebut. namun war-

Curi Besi

ga ini tampak ragu-ragu memberikan kesaksian. “Kalau tidak salah ya, tapi cari taulah,” kata pria tersebut pada korban. Korban juga mengaku bahwa kunci kontak sepedamotor yang sudah diangsur selama 24 bulan itu ternyata melekat di sepedamotor. “Iya pak, aku lalai. Kunci kontak itu tertinggal di kretaku itu,” kata korban yang merupakan buruh di perkebunan sawit di lokasi tempat tinggalnya. Kasubag Humas Polres Siantar AKP Efendy Tarigan menegaskan, pihaknya tetap berupaya, namun tidak menjanjikan. Setelah menerima laporan itu, pihaknya langsung berkoordinasi dengan pos-pos di sekitar perbatasan Kota Siantar. (dho)

Polisi ‘Panen’ Ganja di Lahan 1 Ha Sambungan Halaman 1 ladang ganja tersebut, Minggu (16/ 6) pagi. Informasi dihimpun POSMETRO BINJAI (Grup METRO), kedua yang berhasil diamankan, yakni Sapon (29) dan Hendra (22) warga Desa Doladari, Dusun Panco Warno, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Kini barang bukti dan tersangka dibawa ke Polres Langkat UNTUK diniterogasi. Sebelum mengamankan barang bukti dan tersangka, dengan menggunakan trail, puluhan personel Polres Langkat terus menelusuri jalan setapak. Dengan mengambil rute melalui Dusun Duren, Desa Panco Warno, Kabupaten Langkat, puluhan petugas menelusuri jalan setapak yang terjal. Sesekali sepedamotor para personel terperosok dan menerobos sungai-sungai kecil serta hutan. Setelah menempuh perjalan selama dua jam, petugas akhirnya menemukan ladang yang dimaksud. Tampak pohon ganja yang tingginya hampir rata-rata 2 meter tumbuh dengan suburnya di daerah perbukitan bukit barisan ini. Petugas langsung melakukan pembersihan dengan mencabuti poho-pohon tersebut. Tidak hanya di perbukitan seluas 1 hektare ini. Petugas juga menelusuri setiap bukit di sana untuk mencari ladang lainya. Bahkan beberapa anggota masih disiagakan di wilayah perbukitan itu untuk menemukan ladang lainya. Sementara beberapa pohon ganja dan dua yang diduga pemilik ladang dibawa ke Polsek Kuala dan selanjutnya dibawa ke Polres Langkat. Kapolres Langkat AKBP Erick Bhismo mengatakan, pihaknya akan terus mengembangkan kasus ini. Karena ada dugaan kuat masih ada

lagi ladang ganja yang tersembunyi. “Hal itu dapat kita lihat dengan bebasnya para tersangka menanam pohon ganja dan banyaknya areal yang tidak tersentuh oleh tangan manusia sehingga sangat berpotensi untuk para pelaku kejahatan menanami pohon tersebut,” tegas Erick. Kecupan Perpisahan Sang Ayah Sesaat kedua tersangka dan barang bukti digiring ke Polsek Kuala, sekitar pukul 13.00 WIB, tampak seorang wanita muda menggendong seorang bayi serta menuntun kedua anak di kanan dan kirinya berusia 2 tahun memasuki pelataran kantor polisi. Wanita berparas ayu ini duduk di kursi tamu Polsek Kuala. Matanya terlihat berkaca-kaca. Dia adalah Lela (25), istri dari Sapon (29), salah seorang pelaku penanam daun ganja. Ia tampak seperti menahan air mata yang sudah tergenang di kedua kelopak matanya. Namun hal itu tidak tertahan lagi ketika sang suami dalam pengawalan ketat kepolisian dan diborgol lalu dimasukan ke dalam mobil. Terlebih ketika kedua anaknya yang berada di sampingnya bertanya. “Kemana ayah dibawa Ma?” tanya bocah tersebut. Dengan berlinang air mata, dirinya menjawab, “Bapak merantau sebentar, kita tunggu di rumah aja ya,” sahut wanita berambut sebahu ini sembari menghapus air matanya. Sebelum dimasukkan ke dalam mobil, Sapon sempat menghampiri sang istri dan anaknya. Dia berpesan agar sang istri menjaga baik-baik anaknya. Tak lupa dirinya mengecup kening dan pipi sang istri serta ketiga anaknya yang masih kecil. “Yang sabar, ini semua cobaan. Tolong jaga anak-anak kita,” pintanya diiringi kucuran air mata yang jatuh membasahi pipinya. (bam)

Kernet Truk Dihajar Massa, Nyaris Dibakar KISARAN- Tertangkap tangan mencuri besi, Wahyudi (20), yang selama ini bekerja sebagai kernet truk, babak-belur dikeroyok warga. Aksi warga Dusun IV Desa Tanjung Alam Kecamatan Air Batu itu dilakukannya di gudang motor milik Akuang, Jalan M Yamin Kisaran, Sabtu (15/6) sekitar pukul 21.00 WIB. Sementara rekannya, Iwa (23) berhasil kabur. Menurut warga, tersangka nyaris dibakar hidup-hidup. Informasi dihimpun, kejadian itu berawal ketika warga curiga dengan

adanya dua pria tidak dikenal berboncengan sepedamotor Yamaha Vega tanpa plat nomor polisi. Apalagi, sepedamotor tersebut berhenti persis di samping gudang motor milik Akuang. Sementara penjaga gudang, Zainal, diketahui sedang keluar. Menurut warga, satu dari dua pria tersebut masuk ke gudang. Sedangkan yang satu lagi tetap berada di atas sepedamotor. Tidak berselang lama, pria yang masuk ke gudang keluar sambil memikul besi.

Warga yang curiga langsung menghampiri keduanya. “Satu orang langsung kabur, sedangkan satu orang lagi berhasil ditahan bersama kendaraannya. Karena berbelit-belit saat ditanyai, warga emosi dan langsung menghajarnya. Kemudian diserahkan ke Polres Asahan,” beber Dion (31) pemuda yang mengaku ikut mengamankan tersangka. Selain menghajar tersangka, warga sempat menghancurkan sepedamotor yang digunakan untuk mengangkut besi yang diambil dari gudang. “Masih beruntung amuk warga dapat dikendalikan oleh pemuka masyarakat. Kalau tidak, pelaku nyaris dibakar hidup-hidup,” tambah Dion. Wahyudi ketika diwawancara membenarkan dirinya sempat

menjadi bulan-bulanan warga karena tertangkap tangan mencuri besi di gudang motor. “Kami berdua, namun Iwa berhasil kabur saat ditangkap, sehingga aku saja yang diamuk warga,” kata Wahyudi sambil memegang wajahnya yang bonyok, sembari mengaku sehari-hari ia bekerja sebagai kernet truk. Kapolres Asahan AKBP Budi Suherman melalui Kasat Reskrim AKP Fahrizal didampingi Kanit Tipikor Iptu Rahmadani membenarkan kejadian itu. “Benar, tersangka Wahyudi yang mencuri besi di gudang motor milik Akuang sempat dihajar massa sebelum diserahkan ke Polres Asahan. Tersangka sudah diamankan dan pemilik gudang motor sudah membuat laporan,” terang Ramadani. (sus)

Siswa SMK GKPS Hantam Trotoar Sambungan Halaman 1 tepatnya di Simpang Makam Pahlawan, sepedamotor bebek Yamaha Vega yang dikendarai siswa SMK GKPS 2 Jalan Tambun Raya Pematangsiantar ini hilang kendali hingga sepedamotornya menabrak pembatas jalan. Mastur pun terbentur ke trotoar hingga tidak sadarkan diri. Sementara Febri langsung menghubungi Andre

Purba (21) yang merupakan pemilik sepedamotor Yamaha Vega. Berselang beberapa menit, Andre tiba di lokasi. Melihat kondisi Mastur yang tidak sadarkan diri, Andre melarikan Mastur ke Rumah Sakit Vita Insani. Sementara Febri langsung menyelamatkan sepedamotor agar tidak berurusan dengan pihak kepolisian. Akibat kejadian tersebut Mastur tidak sadarkan diri dan mengalami luka gugus pada bagian dada dan le-

bam pada bagian wajah serta kepala. Salah seorang perawat rumah sakit mengatakan, saat dilakukan pemeriksaan, dari mulut korban tercium aroma minuman keras, diduga korban sudah terpengaruh minuman keras sebelum terjadi kecelakaan tersebut. Karena kondisi Mastur masih lemah, maka disarankan agar dirawat di Ruang ICU. Sayangnya ruang ICU di Rumah Sakit Vita In-

sani penuh, maka pihak rumah sakit merujuk korban untuk dirawat di ICU RS Tiara. Andre mengatakan tidak menyangka kalau akhirnya begini kejadiannya. Dia memberikan sepedamotornya karena memang Mastur sudah bisa meminjamnya. Hingga korban dirujuk ke Rumah Sakit Tiara, tidak ada petugas kepolisian yang menangani kasus tersebut. (mag-10)

Calon Siswa SMKN 1 Tabrak Warga Tionghoa Sambungan Halaman 1 yang mereka kendarai menabrak sepedamotor Hartono (46), seorang warga Tionghoa, Minggu (15/6) sekira pukul 00.00 WIB. Informasi dihimpun, kejadian barawal ketika Reza bersama Ragil baru saja menemui temannya yang berada di sekitaran Kelurahan Tomuan. Karena malam mulai larut, kedua anak baru gede ini berniat kembali ke rumah mereka di Dusun Marihat Mahanda, Nagori Silampuyang, Kecamatan Siantar. Sepedamotor Supra yang mereka kendarai melaju dengan kecepatan

sedang. Mendadak dari arah Jalan Dr Wahidin datang sepedamotor Honda Legenda BK 4631 TI yang dikendarai Hartono (46) hendak menyeberang jalan. Karena sepedamotor Hartono tibatiba muncul, Reza yang saat itu mengendarai sepedamotor gugup hingga kendaraannya tidak terkendali. Tabrakanpun tidak terelakkan. Hartono, warga jalan Surabaya, Kelurahan Proklamasi, Siantar Barat, tertabrak hingga terpelanting hingga beberapa meter dari sepedamotornya. Sementara, Reza, yang telah mendaftar ke SMKN 1 Pematangsiantar ini terpelating ke depan hingga kepalanya

membentur aspal. Sementara Ragil hanya terjatuh dan mengalami luka gugus pada tangan kanannya. Petugas Laka Polresta Siantar yang saat itu sedang piket mendapatkan informasi segera terjun ke lokasi. Ragil mengatakan, setelah terjadi tabrakan, dia langsung berdiri membantu Reza. Karena kondisi Reza cukup parah, maka Ragil memberanikan diri meminjam sepedamotor warga yang melihat kejadian tersebut untuk menemui teman sekampungnya yang nongkrong di sekitaran Taman Bunga dengan maksud meminta bantuan. Berselang beberapa menit, Ragil bersama teman-temannya tiba di

lokasi dan membawa Reza ke Rumah Sakit Vita Insani. Sementara Hartono dibawa oleh warga yang melihat kejadian tersebut. Akibat kejadian tersebut, Hartono mengalami patah tulang betis dan mengalami luka gugus pada tangan dan kakinya.SementaraRezamengalamiluka pada begian kepala, wajah, luka gugus pada dada, tangan dan kaki. Kasat Lantas Polresta Siantar AKP Rosmawati br Simbolon membenarkan kejadian tersebut dan pihaknya sudah mengamankan kedua kendaraan. Hingga kini pihaknya masih memeriksa saksi-saksi guna untuk penyelidikan. (mag-10)

TIGA EKOR BABI SELAMAT Sambungan Halaman 1 terjadi saat kebanyakan warga sedang mengikuti kebaktian gereja, Minggu (16/6) sekitar pukul 09.00 WIB. Bermula ketika kepulan asap tebal tiba-tiba muncul dari belakang rumah Siahaan, lalu salah seorang wanita, P br Siahaan yang sedang berbelanja berteriak. “Kebakaran, kebakaran!! Tolooong…,” teriak wanita ini. Atas teriakannya itu, warga langsung berhamburan datang. Boru Siahaan menambahkan, andai saja tidak cepat diambil tindakan, rumah N Siahaan yang juga saudara kandungnya sudah ludes dilalap si jago merah. Pasalnya, saat itu api sudah merambat ke bagian atap rumah.

Sementara warga yang kebanyakan supir angkot yang kebetulan mangkal di warung atau sekitar 30 meter dari lokasi langsung mengambil tindakan. Mereka memadamkan api dengan cara sederhana, hanya mengandalkan air dari bak kamar mandi pemilik rumah. “Orang itu (para supir) memadamkan api, aku langsung mendobrak pintu depan rumah untuk menyelamatkan barang-barang,” kata boru Siahaan lagi. Sementara Talpas Siahaan (40), Mandor Siantar Bus yang menyaksikan peristiwa kebakaran itu bahkan mengatakan bahwa selama 30 menit api bisa dipadamkan berkat usaha rekan-rekan seprofesinya. “Bah! Kalau saja warga sini tak memabantu kami, habislah rumah

bapauda-ku itu. Makasilah untuk warga dan kawan-kawan di sini,” kata Talpas. Mereka juga menyayangkan pemadam kebakaran Pemko Siantar yang terlambat datang. Pemadam datang setelah api sudah benarbenar padam. Bahkan nomor darurat kebakaran, 113, tidak aktif hingga sempat membuat warga kelabakan. “Tolonglah diperhatikan nomor darurat itu. Bagaimana bisa cepat menanggapi informasi kebakaran kalau pesawat telepon saja tak aktif,” kata Talpas yang juga Ketua Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Soksi Siantar Marihat. Pemilik rumah, N Siahaan meyakini api berasal dari bara sisa pembakaran untuk memasak air

putih dan makanan ternak yang tepat berada di dalam kandang. Diduga bara tersebut membakar tanggul jagung yang sengaja dibakar untuk membantu pembakaran. Karena kandang terbuat dari papan dan triplek, api cepat merambat. “Terima kasih sama warga di sini, termasuk supir angkot yang dekat rumahku ini. Tanpa mereka, rumahku ini pasti habis,” katanya. Sementara tiga ekor babi miliknya berhasil selamat. Sementara hampir 80 persen kandang tersebut sudah habis terbakar, namunhewan ternaknyaberhasil selamat. “Kita sudah tangani kebakaran itu dan tidak ada korban jiwa,” kata Kasubag Humas Polres Siantar AKP Efendi Tarigan yang dikonfirmasi. (dho)

Sambungan Halaman Satu Buah yang Tidak Hanya Berputar di Wacana Sambungan Halaman 1 bang, Jawa Barat. Bersama mereka saya ingin menyaksikan sendiri bagaimana realisasi program kebun buah tropik yang dicanangkan tahun lalu. Ternyata saya diminta memanen pisang baranang. “Lho, sudah panen?” tanya saya. Ternyata memang sudah panen. Tahun ini nanti sudah menghasilkan 700 ton. Begitu cepatnya. Saya sungguh senang karena ide bikin kebun buah tropik tidak hanya berhenti di wacana. Benar-benar sudah dilaksanakan. PTPN VIII sudah menanam 1.200 ha. Dan masih terus bertambah luasnya. Maka, di Subang itu kita melihat pohon pisang berjajar di sela-sela pohon karet yang masih kecil. Jarak antartanaman karet itu enam meter. Sejak dulu tanah sela selebar enam meter itu dibiarkan mubazir ditumbuhi rumput. Tanah kosong itulah yang kini ditanami pisang. Setelah panen lima kali kebun pisangnya berakhir. Pada saat itu pohon karetnya sudah tinggi. Kebetulan, pisang yang sudah panen lima kali sudah tidak baik diteruskan. Kualitas anak pisang yang ke-6 sudah tidak baik. Tiap tahun PTPN VIII menanam pohon karet ribuan hektare. Berarti selalu ada lahan ribuan hektare yang bisa ditanami pisang setiap tahun. Jenis pisang yang ditanam ini adalah cavendis dan baranang, hasil penemuan Prof Dr Ir Sobir dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Dr Sobir juga bergabung dengan kami di Subang kemarin. Dialah yang memprovokasi saya untuk menanam pisang baranang besar-besaran. “Kalau Indonesia impor buah apel atau anggur saya masih bisa maklum,” ujar Dr Sobir. “Tapi, kalau sudah impor

pisang, benar-benar keterlaluan,” katanya. “Sebentar lagi impor pisang harus diharamkan,” tambah Dr Sobir. Tidak hanya pisang. PTPN VIII juga menanam pepaya calina besar-besaran. Dan ternyata juga sudah panen. PTPN VIII memang memiliki 114 ribu hektare lahan di seluruh Jabar. Pepaya calina itu juga penemuan Dr Sobir dan tim IPB. Di samping panen pisang, Minggu pagi itu saya diminta menanam pepaya calina di sela-sela tanaman karet yang baru berumur satu bulan. Pokoknya, tidak ada hari yang tidak menanam pisang, pepaya, manggis, durian, dan alpukat. “Kita juga malu, durian saja impor,” kata Dr Sobir. Berbeda dengan program sapi-sawit, kebijakan baru BUMN ini sama sekali tidak menjadi beban bagi PTPN VIII. “Ini momentum yang sangat menguntungkan kami,” ujar Ir Dadi Sunardi, direktur utama PTPN VIII. “Dulu kebun karet baru menghasilkan setelah enam tahun. Sekarang sudah ada uang masuk pada bulan ke-8,” tambahnya. “Dulu sela-sela pohon karet itu memakan biaya untuk pengaturan rumputnya. Kini sela-sela karet itu menghasilkan,” katanya lagi. Meski saya hanya mengharuskan menanam buah tropik di Jabar, Dirut PTPN XII Jawa Timur Ir Irwan Basri punya inisiatif sendiri. Irwan ingin menjemput bola. Irwan juga sudah menanam buah tropik di Banyuwangi. Pisangnya yang sudah 700 ha juga sudah panen. Bahkan, PTPN XII juga menanam buah macadamia yang enak itu. Saya memang sempat terkesan dengan macadamia di Thailand. Kini saya bisa tidak hanya memuji Thailand. Kita juga mulai menghasilkan macadamia sendiri seluas 170 ha.

Tentu saya memuji langkah proaktif PTPN XII di Banyuwangi itu. Sebenarnya PTPN XII hanya diwajibkan mengembangkan dua hal: menanam sorgum besar-besaran dan membangun pabrik gula baru yang serbamodern dan seratus persen made in Indonesia. Ternyata PTPN XII sudah menanam sorgum seluas 1.500 hektare dan siap panen. Info ini sekaligus untuk menjawab pertanyaan penulis artikel di sebuah harian di Jakarta yang mengira soal sorgum baru mutermuter sebagai wacana. Yang juga siap panen adalah sorgum di Atambua, NTT. Luasnya 200 hektare. Ini merupakan uji coba untuk tanaman sorgum milik rakyat dengan tujuan multiguna. Tepung atau biji sorgumnya untuk makanan pokok rakyat. Batangnya untuk menghasilkan etanol. Ampasnya untuk makanan ternak. Etanol akan dipakai sebagai pengganti minyak tanah untuk masak. Penduduk di pedalaman NTT selalu kesulitan minyak tanah sehingga pilihan lain adalah sama buruknya: menebang pohon. PT Batan Teknologi (yang akan berganti nama menjadi PT Industri Nuklir Indonesia) adalah penanggung jawab proyek sorgum di NTT ini. Benih unggulnya memang dilahirkan melalui proses nuklir. Untuk memproses hasil panen sorgum itu Batantekno segera mendidik puluhan anak SMK Atambua untuk membuat mesin sederhana pembuat etanol. Mereka akan dididik di Jakarta mulai akhir bulan ini. Begitu masa pendidikan itu selesai, sorgumnya siap dipanen. “Anak-anak SMK itu mampu membuat dan mengoperasikan mesin pembuat etanol,” ujar Dr Yudiutomo Imardjoko, Dirut PT Batantekno.

“Anak-anak SMK itu juga akan membuat kompor etanol dan membuat mesin pengolah biji sorgum,” ujar Dr Yudiutomo, ahli nuklir lulusan UGM dan Amerika itu. Kalau proyek sorgum 200 hektare ini berhasil, segera dimulai proyek-proyek “sorgum 200 ha” lainnya di seluruh Atambua dan kabupaten sekitarnya. Paket 200 hektaran sudah disesuaikan dengan skala ekonomi yang tepat untuk kepentingan kehidupan satu desa di sana. Pertamina dan Askes sudah siap mengucurkan dana CSR untuk membantu daerah yang sangat miskin itu. Tentu saya juga ke Wonogiri. Belajar dari Bupati Wonogiri Danar Rahmanto untuk programnya yang unik: singkong. Hampir seluruh penduduk Wonogiri menanam singkong di tegalan atau pekarangan rumah mereka. Tapi, singkongnya ya itu-itu saja. Sejak zaman baheula sampai zaman Jokowi ini. Dua minggu lalu saya ke Wonogiri untuk melihat yang lain: singkong gajah. Inilah singkong yang akan dimasalkan di seluruh Wonogiri. Saya diizinkan mencabut batang singkong di pekarangan rumah penduduk. Beratnya hanya 1,5 kg. Pohonnya kecil dan tangkai daunnya hanya tujuh buah. Tiap daun juga hanya berjari lima. Tahun ini bupati akan membagikan lima juta bibit singkong gajah. Kebun percontohan seluas lima hektare sudah membuktikan hasilnya. Saya masuk ke kebun singkong gajah itu: tingginya melebihi tubuh saya. Satu batang singkong memiliki 20 tangkat. Tiap tangkai daunnya berjari sembilan. Mestinya ini juga bisa disebut singkong NU yang berbintang sembilan. Saya tidak kuat mencabutnya. Beberapa petani membantu menyingkapkan tanah. Setelah dicabut tiga orang,

terlihatlah singkongnya memang besar-besar dan panjang-panjang. Beratnya 12 kg! Kandungan tapiokanya pun mencapai 30 persen. Ini sangat berbeda dengan singkong tradisional Wonogiri yang rendemennya hanya 16 persen. Pembudidayaan bibit baru ini sama artinya dengan meningkatkan pendapatan warga Wonogiri empat kali lipat. Wonogiri memang akan tetap dikenal sebagai Kabupaten Singkong, namun bukan lagi singkong yang kurus dengan hasil yang hanya 1,5 kg per batang. Saya mengajak para Dirut pabrik pupuk BUMN, termasuk Dirut Holding Company PT Pupuk Indonesia Arifin Tasrif. Saya minta program itu didukung dengan penyediaan pupuk yang cocok untuk singkong. Tahun lalu saya juga minta pabrik pupuk BUMN membantu kesulitan petani tembakau di Jember. Mereka harus membeli pupuk dari Eropa yang mahal. Kini BUMN sudah memproduksi pupuk untuk tembakau. Tentu menemukan pupuk untuk singkong lebih mendesak. Setidaknya bisa ikut meringankan program bupati Wonogiri yang kini lagi pusing dengan urusan politik. Bupati lagi diinterpelasi DPRD-nya. Penyebabnya: jumlah penduduk Wonogiri turun 200.000 jiwa, menjadi tinggal kira-kira 800.000 jiwa. Lantaran jumlah penduduknya tidak lagi mencapai satu juta jiwa, harus ada pengurangan jumlah anggota DPRD. Menurut UU, kabupaten yang penduduknya lebih dari satu juta anggota DPRDnya 50 orang. Kurang satu juta hanya 45 orang. Nah, bupati Wonogiri dianggap sebagai penyebab berkurangnya jumlah anggota DPRD di sana. Berkurangnya jumlah anggota DPRD rupanya tidak memuaskan, meski jumlah produksi singkongnya akan bertambah. (*)

Minta Lahan di Luar HGU Dilepas Sambungan Halaman 1 Pematangsiantar, agar dilakukan pengukuran ulang lahan. Nah, jika nanti terbukti PTPN IV bersalah menggunakan lahan yang diklaim oleh rakyat sebagai milik mereka, Rianto mengatakan, selaku perwakilan Komnas HAM, dia tidak hanya turutberjuanguntukmengambillahanitukembali namun juga akan melaporkan pihak PTPN IV dan Pemko Siantar ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dengan tuduhan penyerobotan tanah dan anggaran pajak yang selama ini tidak jelas arahnya.

“Jika terbukti, ini sudah sangat lama dipergunakan danpajakjugadiketahuitelahberjalan.Namun,jika pajak berjalan berarti tidak tepat masuk ke kas negara melalui pemerintah daerah. Ini harus ditindaklanjutihinggakeakar-akarnya,”ujarRianto, di hadapan ratusan massa yang berkumpul sejak Sabtu (15/6) lalu. Dalam pertemuan itu, Rianto juga mengajak masyarakat untuk berdiskusi dan menyampaikan keluhannya selama berjuang mengambil kembali lahan yang mereka klaim bukan milik PTPN IV. Sejumlahmasyarakatmengakuselaludihantuirasa

takut terutama ketika melihat tulisan KUHP 551 yang tertancap di perkebunan. “Siapa yang bertanggungjawab jika kami nanti diapa-apain sama orang perkebunan atau pihak kepolisian,” ujar salahseorang ibu. Menanggapi keluhan masyarakat itu, Rianto berjanji pihak Komnas HAM akan melakukan pendampingan. Menurut dia, plang yang memampangkan KUHP 551, itu hanya menakutnakuti.“Jikaadapolisiyangmenangkapmasyarakat yang masuk ke areal perkebanunan, berarti polisi itu tidak paham peraturan. Sebab, sudah sangat

jelasdiketahuibahwaPTPNIVhanyamenumpang atau menyewa lahan. Bukan memiliki,” tegasnya. Usai mendengar penjelasan Wakil Komnas Rianto Fachrozi, masyarakat kembali menempati tendatenda tempat mereka menginap sejak Sabtu lalu. SekjenSETASIMarihotGultom,kepadaMETRO mengatakan, kedatangan wakil Komnas HAM merupakan titik terang awal dari harapan masyarakat selama ini. Dengan kedatangan Komnas HAM, Marihot mengatakan bahwa hal yang selama ini mereka perjuangkan merupakan halyangbenar.“KomnasHAMsudahmendukung

dan mau melakukan pendampingan meminta kepada pihak PTPN IV Kebun Marihat dan pemerintah melepaskan tanah tersebut,” ujarnya. Diberitakan sebelumnya, ratusan warga yang tergabung dalam Serikat Tani Indonesia (SETASI) melakukan unjuk rasa di Tugu Pahlawan, Jalan Parapat,perbatasanSiantardanSimalungun,Sabtu (15/6).MerekamemrotesPTPNIVKebunMarihat yang menyatakan lahan yang mereka tempati sebagai milik PTPN IV. (mag-08)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.