Jong Indonesia Edisi 5 - Januari 2011

Page 12

12

Photo by Agatia Wenan Tyawati

koleksi dari Indonesia. Koleksi Indonesia adalah yang paling banyak dan paling kompleks karena terdiri atas ratusan suku yang terwakili dari artefak tersebut. Dari puluhan ribu artefak itu, hanya 300 artefak saja yang bisa diperlihatkan di Zaal Indonesië. Sisanya masih “menunggu giliran” dipajang di dalam lemari kaca museum. Ruangan Indonesia terletak dekat dengan hall setelah pintu masuk museum. Setelah satu menit berada di luar ruangan, aku bersiap memasuki masa lampau bagian perjalanan bangsaku. Dua pintu kaca rangkap, masing-masing selebar hamper dua meter, menungguku. Kuhampiri pintu kaca sebelah kiri. Kupegang handle pintu kaca dan mendorongnya masuk. Suara dentingan gamelan Bali menyambut kedatanganku. Setelah mengalun selama setengah menit, musik itu

terhenti. Ruangan itu kembali senyap dan tenang. Pencahayaan yang temaram disorot ke ruangan. Seolah waktu masa kini telah berhenti berdetik dan menyeret aku kembali ke masa silam. Seluruh tubuh merinding sekaligus bangga. Barangbarang peninggalan nenek moyangku dipampang di situ. Aku masih berdiri dengan memegang handle pintu kaca kiri dengan tangan kananku. Berat juga pintu kaca ini. Aku melihat ke arah depan, lorong yang memanjang sekitar sepuluh meter membawa pengunjung menuju ke ruangan lain, Zaal Oceania. Kubawa tubuhku sedikit mundur dengan gerakan kecil bagaikan ballerina menggeser kaki kiriku ke belakang dan, menutup pintu kaca itu dengan tangan kananku. Segera kulangkahkan kaki kananku ke depan dan membawa kaki kiriku

JONG Indonesia - No. 5 - Januari 2011 - Tahun II

sejajar. Berdiri. Diam. Tidak ada kesan seram. Hanya temaram. Aku mengangkat wajahku ke dinding di sebelah kiriku. Aku membawa tubuhku dan pandanganku menghadap dinding itu. Berhadapan sembilan puluh derajat. Sebuah tulisan besar menempel di dinding: Schepen Als Schakels yang berarti “kapal-kapal yang menghubungkan.” Tepat di bawah tulisan itu, TV layar datar menempel di dinding. Film tentang kapal Bugis yang berlabuh di teluk Jakarta pada awal 1980an ditayangkan. Tidak ada suara dan tidak ada penjelasan apa pun tentang film itu. Aku bergeser sedikit ke kanan. Peta Indonesia terpampang dengan megah di dinding berwarna abu-abu agak coklat. Peta itu dilukis dengan cat warna putih. Cantik. Warna-warna lampu agak kekuningan menambah suasana temaram dan syahdu yang


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.