Teman Merawat Percakapan

Page 5

9

B

uku ini sebatas menyampaikan jejakku mendisain. Ini kumaknai juga sebagai caraku berkesenian. Jejak tersebut memilih memancang waktu sejak 2005, yaitu aku sejak mengajar di Program Studi Desain komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Meski jejak berkesenian telah ada sebelumnya, tak dapat dipungkiri bahwa sejak di ISI Yogyakarta budaya berkesenian kian menarik perhatianku. Bagiku ini penting sebagai usaha mencari dan terus mencari otentisitas kedirian, baik dalam hal gaya, bentuk, maupun filosofi/gagasan karya, meski aku tak menafikan bahwa orisinalitas nyaris sia-sia. Kita boleh menamai hal tersebut sebagai jejak pencarian estetika personal. Meski di sana sini terbaca pengaruh karya-karyaku yang telah ada sebelumnya, hal tersebut tak dapat dipungkiri. Maka itu dalam buku ini pun kusertakan jejak berkesenianku di masa sebelum 2005. Dapatlah disampaikan bahwa bagi seorang perupa - seniman atau desainer -

yang bergulat dengan kediriannya, tak ada kata berhenti. Ia senantiasa mencari, bersamasama, pun seorang diri, batasbatas seni dan usaha mencari kemungkinan berungkap yang baru, segar, dan kontekstual. Jalan berkesenianku hingga kini: “kesenian, kesunyian”. Teman Merawat Percakapan Buku ini kunamai “Teman Merawat Percakapan”. Sebuah nama yang kucari guna memahami jalanku mendisain dan berkesenian. Bagiku, seni maupun desain juga merawat hal-hal kecil, pertemanan misalnya. Di ruang-ruang kecil semacam inilah aku berkarya, menggambar, mendisain. Kadang kubuat satu dua tulisan dalam proses itu. Mengupload gambar ke fb bagiku merupakan usaha merawat hubungan dengan teman lain. Sebuah gambar mampu membuka ruang percakapan. Ya, percakapanlah yang membuat hubungan jadi tersimpan dan terawat lewat cara tertentu: gambar. Dinding fb lantas jadi galeri yang dialogis. Lewat ruang yang demikian sebuah karya terbuka untuk diapresiasi: like this, atau disertai komentar tertentu. Biasanya gambar-gambar

itu kubuat karena ada sesuatu, bisa peristiwa politik, olah raga, pendidikan, pertemanan, dlsb. Lewat cara ini pula sebuah gambar selain menyimpan ekspresi di tingkat visual, ia juga jadi ruang beropini, hingga ruang sembunyi sunyi. Aku berpendapat bahwa setiap desainer, setiap seniman, memiliki jalan berkesenian. Jalan itulah yang membedakan diri satu orang dengan diri yang lain. Jalan pula yang dapat menjadi otentisitas dan peneguhan prinsip kreativitas. Jalan tak harus muluk, raya, bombastis. Ia dapat berupa pernyataan diri sederhana. Namun, jalan mesti diciptakan secara jujur dan mendasari seluruh proses kreasi. Khalayak akan menilai sejauh mana seorang desainer, seorang seniman, jujur dalam berkarya. Aku mengingat Soedjojono lewat pernyataannya: “kami tahu ke mana seni rupa Indonesia akan kami bawa”. Aku mengingat Affandi lewat tuturannya yang dituliskan oleh Sindhunata: “Saya tidak suka ayam. Tapi saya mencintai ibu saya, dan ibu saya suka ayam”. Lantas, Affandi punya alasan (motivasi) melukis ayam. Aku pun menilai penting sebuah tajuk sebuah pameran mahasiswa “In Future We Blur”. Meski masa depan menyisa blur, namun kita telanjur memandangnya demikian dan berani memaknainya lewat karya-karya. Karya pun

menjadi sebuah place, titik (me)labuh diri: in blur we trust. Teman merawat percakapan jadi sebuah pemahaman yang tetap mau sederhana. Ini bukan big idea. Ini hanya soal aku memang mau berkarya secara demikian, mengasal dan menyumur dari dalam diriku sendiri. Baiklah, aku mulai saja, kuharap kawan berkenan. Pameran, Tidak Pameran Sebelum mengajar di ISI Yogyakarta, aku mengajar di Despro ITS, Surabaya. Di sini, di Despro ITS, iklim desain grafis kencang dengan nuansa kuantitatif, industrial. Yang namanya berkesenian nyaris melompong. Namun, selalu ada orang-orang yang memandang bahwa berkesenian itu penting untuk hadir. Ada. Maka itu, aku turut diajak menyiapkan pameran mahasiswa yang mana pameran tersebut didiskusikan di malam hari, di kampus dan selepas kuliah pagi hingga sore hari. Yang sering aku kerjakan justru menulis tugastugas mahasiswa. Ini seperti majalah dinding yang isinya ulasan tentang tugas-tugas mahasiswa, terutama tugas penciptaan/perancangan desain. Bagiku, cara-cara demikian menjadi ruang apresiasi guna menyampaikan bahwa apa-apa


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.