Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 36

PENDAHULUAN

Gambar 1. Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta. Foto: John Roosa

telanjang menari-nari mengitari seorang laki-laki yang tengah melempar mayat perwira ke dalam sumur. Rekayasa perang urat syaraf yang sarat dengan citra seks dan kekerasan demikian kuat dituangkan dalam logam kemudian beroleh status sebagai fakta yang tak terbantahkan. Di depan dinding relief tertera slogan: “Waspada ...... dan mawas diri agar peristiwa sematjam ini tidak terulang lagi.â€? Monumen yang dibuka pada 1969 ini dinamai Monumen Pancasila Sakti.9 Semasa pemerintahan Suharto, Pancasila, lima prinsip nasionalisme Indonesia yang diucapkan Sukarno untuk pertama kali pada 1945, diangkat menjadi ideologi resmi negara. Pancasila dibayangkan sebagai perjanjian suci bangsa dan Lubang Buaya adalah situs pelanggaran paling mengerikan terhadap perjanjian itu. Dengan demikian, monumen ini menyucikan situs pelanggaran tersebut dan menahbiskan para perwira yang dibunuh sebagai syuhada-syuhada suci. Sebagai ruang sakral, Monumen Pancasila Sakti menjadi lokasi penyelenggaraan ritual-ritual rezim Suharto yang paling penting. Setiap lima tahun semua anggota parlemen berkumpul di sini, sebelum memulai sidang pertama, untuk bersumpah setia kepada Pancasila. Setiap tahun pada 1 Oktober, Suharto dan pejabat terasnya menyelenggarakan upacara di hadapan monumen tersebut untuk menyatakan janji kesetiaan mereka yang abadi kepada Pancasila.10 Semalam sebelumnya semua stasiun televisi diwajibkan menyiarkan ďŹ lm buatan pemerintah, Pengkhianatan Gerakan 30 September/ PKI (1984). Film sepanjang empat jam yang melelahkan ini bercerita

10


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.