Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 188

3. DOKUMEN SUPARDJO

sebelum Oktober 1965. Komando tertinggi Angkatan Darat tidak menyetujui konfrontasi Sukarno dengan Malaysia ketika perseteruan itu meningkat antara 1964-65. Namun jenderal-jenderal itu tidak cukup percaya diri untuk menentang presiden. Yani dan Mayor Jenderal S. Parman, kepala intelijen Angkatan Darat, diam-diam merongrong konfrontasi, dengan menugasi Suharto agar mengirim agen-agen untuk menghubungi para pejabat tinggi Malaysia dan Inggris dan meyakinkan mereka bahwa Angkatan Darat tidak mengingini perang. Kostrad, di bawah pimpinan Suharto, merupakan jantung daya upaya Angkatan Darat dalam memelihara kontak rahasia dengan pihak lawan. Lebih dari itu, Suharto, sebagai wakil panglima pasukan-pasukan yang digunakan untuk konfrontasi, memberi jaminan bahwa pasukan yang ada di sepanjang perbatasan dengan Malaysia kekurangan personil dan kekurangan perlengkapan. Ketika itu Supardjo adalah panglima pasukanpasukan konfrontasi yang ditempatkan di Kalimantan. Ia mengetahui bahwa atasannya berusaha menggembosi kebijakan Sukarno, tapi rupanya ia tidak tahu bahwa Suharto itulah pemain utama dalam usaha ini. Saya akan kembali ke persoalan ini dalam Bab 6. Bagi Supardjo G-30-S hancur sebagian besar karena beban ketidakmampuannya sendiri: G-30-S tidak mempunyai rencana yang sudah dipikirkan masak-masak selain penculikan tujuh jenderal, tidak memanfaatkan radio, tidak mampu membuat keputusan, dan tidak memberi makan pasukannya. Ia melihat kegagalan G-30-S sebagai pelajaran yang memprihatinkan tentang apa yang terjadi apabila orangorang sipil merancang aksi militer. Sjam menempatkan diri sebagai pimpinan G-30-S, menggertak bawahannya dalam Biro Chusus agar memberikan laporan-laporan yang sesuai dengan agendanya sendiri, dan mengabaikan kritik dari perwira-perwira militer yang bersedia bekerja sama dengannya. Dengan cara yang menyesatkan ia mencampur aduk paradigma aksi militer yang bersifat rahasia dengan mobilisasi rakyat sipil yang bersifat terbuka. Supardjo, dan barangkali juga para perwira lainnya, semula mengikuti kepemimpinan Sjam karena mereka menduga kepercayaan diri Sjam didasarkan atas pengetahuan yang mumpuni. Mereka mengira pimpinan PKI memahami apa yang partai lakukan. Tapi ketika G-30-S tidak berjalan sesuai rencana pada 1 Oktober dan Presiden Sukarno menuntut agar gerakan itu dihentikan, para perwira

162


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.