Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto

Page 157

DALIH PEMBUNUHAN MASSAL: GERAKAN 30 SEPTEMBER DAN KUDETA SUHARTO

siapa sebenarnya yang memegang kewenangan terakhir. Melukiskan hari terakhir, 2 Oktober 1965, ketika mereka dikepung dan pasukan Suharto semakin mendekat, Supardjo menulis, “Apa yang terjadi pada waktu itu adalah suatu debat, atau diskusi yang langiradis [langdradig, tak berujung pangkal], sehingga kita bingung melihatnya, siapa sebetulnya komandan, kawan Sjamkah, kawan Untungkah, kawan Latifkah atau Pak Djojo [Mayor Soejono]?” Dalam pikiran Supardjo calon-calon untuk kedudukan pimpinan semestinya Untung atau Sjam, “Seharusnya operasi berada di satu tangan. Karena yang menonjol pada waktu itu adalah gerakan militer, maka sebaiknya komando pertempuran diserahkan saja pada kawan Untung, dan kawan Sjam bertindak sebagai komisaris politik. Atau sebaliknya, kawan Sjam memegang komando tunggal sepenuhnya.” Supardjo benarbenar merasa sangat terganggu oleh masalah kepemimpinan ini. Ia kembali mempersoalkan hal ini dalam bagian belakang analisisnya, “Pertama, perlu ditentukan siapa komandan yang langsung memimpin aksi (kampanye), kawan Sjamkah atau kawan Untung. Kemudian pembantu-pembantunya atau stafnya dibagi.” Jelas Sjam memainkan peranan sangat penting di dalam kelompok inti jika Supardjo memandangnya setara dengan Untung selaku pimpinan nominal G-30-S. Walaupun nama Untung di depan umum ditempatkan sebagai komandan (dalam pernyataan pertama yang dibacakan di radio), tampaklah bahwa Sjam yang namanya tidak disiarkan itu setidak-tidaknya mempunyai bobot yang sama dalam proses pengambilan keputusan pada saat aksi dimulai. Bukannya rantai komando, G-30-S justru menciptakan apa yang Supardjo namakan baris. Perkataan yang dipakainya ialah sjaf, mengingatkan pada baris-baris seperti orang shalat di masjid. Supardjo melihat ada tiga baris: “a) Kelompok Ketua, b) Kelompok Sjam cs., c) Kelompok Untung cs.” Dengan “Kelompok Sjam cs.,” rupanya Supardjo bermaksud menyebut kelompok Biro Chusus: Sjam, Pono, dan Bono. Dengan “Kelompok Untung cs.,” agaknya yang ia maksud ialah para perwira militer Untung, Latief, dan Soejono. Kelompok pertama, “Kelompok Ketua,” tidak dikenali melalui nama-nama orang, seperti dua kelompok lainnya. Walaupun Supardjo secara tidak langsung menyatakan, bahwa tiga kelompok ini bukan merupakan satu garis komando yang ketat (turun dari a ke b ke c), istilah “Kelompok Ketua” benar-benar memberi

131


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.