Lampungpost Edisi 22 Oktober 2012

Page 3

Bandar Lampung

SENIN, 22 OKTOBER 2012

LAMPUNG POST

I3

NAPAS KOTA

Saya Kenyang Kerja Apa Saja

LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

PENGEMIS MANFAATKAN ANAK. Keberadaan pengemis dan anak jalanan di sejumlah titik lampu merah di Bandar Lampung belum berhasil dikurangi. Ironisnya, para pengemis yang umumnya ibu-ibu itu menggendong balita untuk mengharapkan belas kasihan dari pengendara yang melintas. Foto dibidik Minggu (21-10).

Abdul Moeloek Perlu Evaluasi TANJUNGKARANG PUSAT (Lampost): Komisi V DPRD Lampung menyatakan perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap layanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek. Pasalnya, akhir-akhir ini ser i ng mu nc u l per soa l a n pelayanan kesehatan di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Lampung tersebut.

Sekretaris Komisi V DPRD Lampung dan anggota Fraksi PKS Nenden Tresna nu rsa r i mengatakan ak hir-ak hir ini keluhan masyarakat terhadap pelayanan RSUD Abdul Moeloek semakin meningkat. Terakhir, mengenai sarana prasarana autopsi jenazah yang tidak manusiawi, saat autopsi dilakukan

meng gunakan pisau dapur dan gergaji besi. Melihat kondisi tersebut, Fraksi PKS akan meminta pembahasan khusus dalam APBD 2013 sebagai upaya meningkatkan layanan RSUDAM. “Meski pun autopsi dilakukan pada jasad tidak bernyawa, tentu sisi kemanusiaan juga perlu dikedepankan,” kata Nenden, melalui keterangan resminya, Sabtu (20-10). Menurut Nenden, dengan adanya anggaran yang cukup besar, seharusnya RSUD Abdul Moeloek,

dapat ditingkatkan. Faktanya standar ruangan dan fasilitas lain belum terstandardisasi, bahkan kuantitasnya belum memadai. Nenden mengatakan persoalan ini seharusnya dapat diatasi, jika berkaca pada rencana penambahan anggaran pada APBD Perubahan tahun anggaran 2012. Dalam RPABDP 2012, RSUD Abdul Moeloek mendapat tambahan anggaran untuk belanja langsung sebesar Rp7,66 miliar dari semula Rp186.74 miliar menjadi Rp194,41 miliar. Bukan untuk Pengadaan Selain itu, terdapat pergeseran dari anggaran tidak langsung, yakni belanja pegawai sebesar Rp1,25 miliar, sehingga total

a ng ga ra n la ngsung sebesa r Rp8,91 miliar. “Mesk ipun total anggaran langsung RSUD Abdul Moeloek terjadi penambahan, ada persoalan pada uraian alokasi mata anggaran, yakni penambahan Rp8,91 miliar dialokasikan pada prog ra m pen i ng kata n mutu pelayanan BLUD dengan kegiatan pelayanan dan pendukung pelayanan, bukan untuk pengadaan atau penambahan sarana prasarana dan alat kesehatan RSUD,” kata Nenden. Sementara itu, berdasar pemantauan Lampung Post, Sabtu sore, RSUD ini tengah berbenah. Tampak beberapa bangunan baru dan direnovasi berdiri apik. (NOV/CR-4/K-2)

TELUKBETUNG BAR AT— Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dalam kehidupan ini, tentu ada sejumput pengalaman yang bisa dipetik oleh seseorang. Sunarti, perempuan kelahiran Cilegon 1959, adalah sosok perempuan pekerja keras ya ng ber upaya menghidupi dirinya. Minggu (20-10) siang, krematorium (tempat pembakaran jenazah) Lempasing tampa k sepi. Bang u nan luas yang berdiri megah di depan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing itu memang satu-satunya krematorium kebanggaan masyarakat Lampung. Di depan gerbang krematorium, terdapat sebuah rumah sederhana menghadap TPI Lempasing. Di halaman r uu mah itu, seorang perempua n pa r u h baya tengah mengorek-orek tanah dengan sekop kecil. Dialah Sunarti, petugas bagian pengurusan kebersihan gedung krematorium Lempasi ng. Ji k a lau ada tamu yang berdatangan, d ia bersiaga mem bant u sanak keluarga jenazah ya ng mem but u h k a n se suatu. Sehari-hari dia bekerja seper t i mengepel lantai gedu ng , mem ber si h k a n kaca jendela, dan menyapu halaman sekitar bangunan yang sangat luas itu. Dari pekerjaannya itu, dia memperoleh pendapatan Rp500 ribu/bulan.

LAMPUNG POST/CR4

Sunarti mengorek tanah membersihkan halaman gedung krematorium Lempasing. Sudah tiga tahun ini Sunarti menjadi petugas kebersihan di sana. Ditambah pula beras 25 kg/bulan dari Yayasan Bodhisattva Lampung. “Dulunya dapat Rp300 ribu/ bulan, saya minta kebijaksa naa n yayasa n k arena sekarang apa-apa mahal,” kata Sunarti. Su nar t i mem i l i k i dua a n a k d a r i per n i k a h a n nya dengan Ramit, anak seorang tuan tanah. Tapi, Ramit telah lama berpulang kepada Sang Khalik, seh i ng ga Su nar t i har us terus bekerja menghidupi anak-anaknya. Beragam pekerjaan telah d i lakoni nya, mu lai dari kerja di CV Bumiwaras selama lima tahun, di tambak udang 10 tahun, pelayanan di kantin, dan juga banyak pekerjaan lainnya. “Saya sudah kenyang bekerja dari muda dulu, saya kerja apa saja,” tuturnya. Sunarti sempat menikah

dua k a l i setel a h kepergian Ramit. Namun, suami kedua dan ketiganya itu su ka ber ma i n jud i. Ta k ayal, mereka pun berpisah. Sunarti pun memilih jalannya dengan bekerja dan hidup seorang diri. Su nar t i memang bar u tiga tahun bekerja di gedung krematorium ini. Dua tahun pertama bekerja di sana, d ia har us pu langperg i dari r umahnya d i sek itar Lempasi ng juga. Sejak setahun belakangan, dia mendiami rumah sederhana yang memang d iper u nt u k k a n pet ugas penjaga gedung krematorium Lampung. Dia mengaku tidak takut hidup seorang diri dan hanya bertemankan anjing. “Saya sudah tua. Saya kembali lagi ke rumah ini. Sekarang hidup-mati saya di sini,” katanya. (WANDI BARBOY/K-1)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.