edisi 568 - 13 januari 2010

Page 17

RONA ®

Rabu 13 JANUARI 2010

Rumah Susun (Tidak) Aman bagi Anak Kelalaian orang tua menjadi faktor penyebab kecelakaan anak di rumah susun. Orang tua sebaiknya terus mendampingi anak-anak di bawah umur jika berada di tempat berbahaya, seperti gedung-gedung tinggi.

KORAN JAKARTA/WACHYU AP

17

Bingung Mencari Area Bermain

C

anda dan tawa anak-anak menjadi pemandangan lumrah di setiap lantai Rumah Susun (Rusun) Kebon Kacang 11, Jakarta Pusat. Mulai dari anak usia di bawah lima tahun (balita) hingga usia sekolah biasa menghabiskan waktu bermain di void (ruang kosong) yang berdekatan dengan tangga, yang biasa disebut koridor atau lorong yang terletak antar-rumah. Di koridor yang luasnya sekitar 6x4 meter persegi ada yang bersepeda mengelilingi koridor, bermain boneka, dan berkejar-kejaran. Maklum, di rusun empat lantai ini tidak ada tempat bermain khusus bagi anak-anak. Bagi anak-anak usia balita kebanyakan masih didampingi orang dewasa saat bermain. Sri Wahyuni, misalnya. Ibu rumah tangga ini menyatakan selalu mendampingi buah hatinya yang berusia empat tahun ketika keluar dari rumah di lantai empat. Dia merasa miris membiarkan putrinya yang bernama Inggar Kusmaningrum bermain sendirian. “Namanya anak-anak bisa saja melakukan hal sembrono di luar pengawasan. Sebab mareka masih belum mengerti bahaya di lingkungannya,” ujar Sri. Apalagi bangunan di Rusun Kebon Kacang ini sistem pengamanannya masih terbatas, dan tampaknya tidak dirancang untuk perspektif anak-anak. Hal itu dapat dibuktikan dari ukuran pagar pembatas yang hanya memiliki tinggi sekitar satu meter, tangga terbuat dari besi tanpa dilapisi karet di bagian siku-sikunya, dan pegangan tangga untuk anak-anak tidak tersedia. Di pinggir pagar pembatas beberapa penghuni rusun masih ada yang sengaja menaruh pot tanaman dan perkakas rumah tangga. Memang pot tanaman itu dapat memberikan kesan asri, tapi penempatan pot di lantai lebih dari dua itu sebenarnya berisiko digunakan tempat panjatan anakanak untuk mengintip ke bawah.

DOK.KORAN JAKARTA/ARIF FADILLAH

MINIM FASILITAS I Kebanyakan rumah susun di Indonesia minim fasilitas bermain untuk anak. Oleh karena itu tidak heran jika anak-anak kerap bermain di lokasilokasi yang berisiko membahayakan keselamatan mereka.

PAGAR RENDAH I Pagar pembatas di rusun yang rendah rawan dipakai bermain panjat-panjatan oleh anak-anak.

S

Bergeser ke Rusun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di rusun ini memang suasananya tampak lebih tertib dibanding Rusun Kebon Kacang. Anak-anak dapat bermain di lapangan basket atau sebuah taman yang terletak di depan gedung serbaguna. Di lapangan basket anak-anak justru memanfaatkannya untuk bermain futsal.

ore itu, Adilla Rachman baru saja pulang berziarah dari kuburan buah hatinya, Yohanes Daniel, di Tempat Pemakaman Umum Petamburan, Jakarta Pusat. Rasa bersalah masih tergambar di wajah perempuan berusia 33 tahun itu. Mimik wajahnya masih terlihat pucat pasi dengan sorot mata yang sendu. “Saya sedih mengenang kepergian Daniel yang terasa begitu cepat,” ungkap perempuan yang akrab disapa Mama Olif, di kompleks Rumah Susun (Rusun) Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kepergian Daniel untuk selamanya terjadi Sabtu (2/1), sekitar pukul 15.30 WIB. Kejadian nahas itu bermula saat bocah berusia empat tahun itu bermain lompat-lompatan bersama tiga kawan sebayanya di atas sofa yang terletak di dinding pembatas lantai empat. Anak kedua dari tiga bersaudara itu terjungkal ke luar pagar pembatas karena terdorong oleh salah satu temannya dan terjatuh hingga tewas. Tragedi anak usia di bawah lima tahun (balita) terjatuh dari bangunan tinggi bukan kali pertama di Jakarta. Sebelumnya, seorang bocah meloncat dari lantai enam Apartemen Square Garden, Cakung, Jakarta Timur, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Bocah bernama Sultan Aziz itu pun akhirnya meninggal seketika pada pertengahan Oktober tahun lalu. Saat itu, sang ibu sedang pergi dari kamar apartemen untuk membeli pulsa. Tidak cuma di Jakarta, seorang balita terjatuh dari tangga lantai tiga Rusun Sederhana di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso, Makassar, November 2008 lalu. Bocah bernama Asdi masih sempat dirujuk orang tuanya ke Rumah Sakit Lambung Baji. Namun karena peralatan medis di rumah sakit itu tidak lengkap, lalu bocah berumur 2,5 tahun itu dipindahkan ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo sebelum akhirnya meninggal. Kejadian memilukan yang menimpa anak-anak balita tersebut mengundang

anak,” kata Ratih. Dalam memberi penjelasan, lanjut Ratih, dapat dilakukan dengan memberikan analogi-analogi yang mudah dicerna oleh anak-anak. Contohnya, kalau adik (anak) mencoba menirukan apa yang dilakukan superhero itu bisa jatuh sehingga menyebabkan luka. Kalau sudah luka dan berdarah mau tidak dibawa ke dokter? Nanti sama dokter akan disuntik dan diberi obat seperti saat pergi ke posyandu untuk imunisasi. Harus Didampingi Ratih juga menyarankan pada orang Senada dengan Arist, psikolog anak dari Klinik Psikologi Terpadu Universi- dewasa agar saat memberikan penjetas Indonesia, Ratih Zulhaqqi, mengata- lasan itu jangan dikemas dalam bentuk kan berbagai kecelakaan yang menimpa larangan disertai nada tinggi seperti anak-anak yang terjadi saat aktivitas orang sedang marah. “Ingat, apa yang dilarang itu malah bermain itu merupaakan membuat pekan tanggung jawab nasaran anak-anak orang dewasa. Waktu Persoalan yang untuk mencoba,” cebermain anak-anak menyangkut penghuni tus Ratih. balita yang mencapai Adapun bentuk 50 persen dari aktivirusun dengan fasilitas perlindungan ketas hariannya, sudah keamanan yang tidak pada anak-anak di semestinya mendamemadai untuk anakatas lima tahun atau pat asistensi penuh anak secara teori yang sudah mulai dari orang dewasa. dapat diperkarakan di mengerti bahaya Asistensi itu bisa di sekitarnya, landari ayah, ibu, papengadilan. jut Ratih, sebagai man, maupun sanak tindakan preventif keluarga yang dapat memberikan penjelasan dan penger- orang dewasa dapat melakukan berbagai tian kepada anak-anak akan bahaya di macam kesepakatan dengan anak-anak, sekitarnya. Pendampingan itu merupa- misalnya, adik boleh turun dari tangga kan bentuk perlindungan yang sangat asal ada yang mengawasi. diperlukan kepada anak, apalagi ketika sebuah keluarga tinggal di sebuah Ikatan Komunal Saat anak-anak mulai diberikan kerusun. Pasalnya, usia satu sampai lima tahun merupakan masa anak melaku- percayaan melakukan aktivitas harian, kan eksplorasi dengan apa pun yang ada peran tetangga menjadi sangat penting. Menurut Ketua Umum Komisi Perlindi sekitarnya. Nah, rasa ingin tahu dan mencoba dungan Anak Indonesia, Hadi Supeno, sesuatu pada anak-anak usia tersebut bagi sebuah keluarga yang tinggal di kerap kali dapat menjadi ancaman nya- rusun itu komunikasi antartetangga sawa mereka. Ratih memberikan contoh, ngat diperlukan. Ikatan komunal antar seusai melihat film kartun superhero penghuni rusun itu dengan sendirinya yang bisa terbang dari sebuah gedung, akan dapat menciptakan saling menjaga mungkin saja memacu anak mencoba dan melindungi anak-anak dari berbagai macam risiko. menirunya. Sebab, suatu saat, sebuah keluarga “Untuk itu di sini peran orang dewasa untuk memberikan penjelasan kepada yang memiliki anak balita itu mungkin keprihatinan para pemerhati anak. Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, mengatakan beberapa kasus terjatuhnya balita dari rusun seharusnya tidak terjadi bila orang tua menaruh perhatian lebih. “Dalam kasus semacam ini, orang tua tidak bisa mengelak kalau kejadian yang mengakibatkan tewasnya anak karena kelalaian mereka dalam pengawasan,” paparnya.

«

»

saja lengah dalam memberikan pengawasan. Dan saat lengah itulah sang tetangga dapat mengover pengawasan kepada anak-anak. Tidak hanya itu, manfaat adanya ikatan komunal, bila terjadi kecelakaan yang tidak disengaja saat aktivitas anak-anak bermain dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Misalnya, dalam kasus Daniel, ketika temannya tanpa sengaja mendorongnya hingga jatuh dari lantai empat, dapat diselesaikan di luar pengadilan. Arist mengamini pentingnya penyelesaian sengketa antara anak-anak itu di luar ketentuan hukum, meskipun siapa pun yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang pada dasarnya harus diproses secara hukum. Anak-anak tidak bisa disalahkan karena mereka sejatinya masih belum sepenuhnya mengerti berbagai bahaya, baik bahaya itu dapat mengancam nyawanya sendiri atau anak lainya. Menurut Ketua Umum Asosiasi Penghuni Rumah Susun Seluruh Indonesia (Aperssi) Ibnu Taji, persoalan yang menyangkut penghuni rusun dengan fasilitas keamanan yang tidak memadai untuk anak-anak secara teori dapat diperkarakan di pengadilan. Ambil contoh kasus yang dialami Daniel. Orang tua sebenarnya dapat menggugat pihak pengembang maupun pemberi izin bangunan tentang bangunan yang tidak berperspektif anak. Gugatan tersebut tentunya untuk memberikan efek jera agar kasus serupa tidak terulang lagi serta dapat menjadi pelajaran bagi pengembang saat akan membangun rusun. Tapi permasalahannya selama ini, berdasarkan pengamatan Ibnu, belum ada penghuni rusun yang berani melayangkan gugatan ke pihak pengembang, apalagi kepada pemberi izin dalam hal ini pemerintah daerah setempat. Hal tersebut bisa dimaklumi lantaran proses pengadilan di negeri ini memakan waktu bertahun-tahun dan biaya yang dibutuhkan tentu tidak murah. awm/L-1

Taman Bermain Di taman para pengasuh menggunakan sebagai tempat menyuapi anak-anak, sedangkan pemilik mainan odong-odong memanfaatkanya untuk mengais rezeki. Suasana di kedua ruang terbuka tersebut biasanya ramai saat menjelang petang atau pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB. Taman bermain anak-anak juga terdapat di Rusun Bendungan Hilir II, Jakarta Pusat. Taman tersebut sebelumnya merupakan septic tank yang disulap sebuah yayasan menjadi lapangan futsal dan badminton. Di lapangan tersebut, anak-anak rusun mulai dari balita sampai dewasa memanfaatkan secara bergantian. Tak pelak, lapangan itu tidak pernah sepi dari aktivitas warga rusun ini. Bersebelahan dengan lapangan, terdapat arena bermain anak-anak milik sebuah sekolah taman kanak-kanak. Di arena itu terdapat ayunan, papan luncur, dan rangkaian besi tempat anak-anak bermain panjat dan keseimbangan. Sayang, arena bermain itu hanya boleh dimanfaatkan siswa-siswi taman kanak-kanak sewaktu jam belajar. Sedangkan, anak-anak rusun tidak diperbolehkan bermain lantaran pengurus yayasan takut sarananya rusak. Merapat ke Rusun Petamburan, Jakarta Pusat. Di rusun ini anak-anak biasa memanfaatkan koridor antar rumah dan pagar pembatas sebagai tempat bermain. Kalau tidak di tempat tersebut, mereka bermain di lantai dasar yang memiliki halaman cukup luas, atau di lantai dasar sebuah masjid. Sedangkan bagi anak-anak yang memiliki uang saku dapat bermain di play park blok tiga lantai dasar. Dengan 6.000 rupiah, anak-anak dapat bermain sepuasnya di arena papan luncur, kolam bola, atau bermain puzzle selama satu jam. Tapi karena tempat bermain ini harus bayar, jarang ada anak-anak yang mengunjunginya. awm/L-1


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.