Kendari Pos Edisi 1 Juli 2010

Page 23

Kendari Pos | Kamis, 1 Juli 2010

Takeshi Okada Mundur Dominasi Amerika Latin PIALA Dunia 2010 telah menciptakan sejarah bagi persepakbolaan Amerika Latin. Untuk kali pertama, empat tim dari benua Amerika Latin berlaga di perempat-final pesta sepakbola empat tahunan itu. Keberhasilan Paraguay menyingkirkan Jepang melalui drama adu penalti menggenapkan jumlah negara Amerika Latin yang berlaga di delapan besar. Uniknya, Paraguay, Brasil, Argentina, dan Uruguay tidak akan bertemu perempat-final. Dari formasi ini, kemungkinan terjadinya All South American Final terbuka lebar. Jika ini terjadi, maka untuk kedua kalinya dua tim asal Amerika Latin bertemu di final, setelah terakhir kali terjadi pada tahun 1930 ketika Uruguay bentrok dengan Argentina. Sebelumnya, jumlah terbanyak tim dari zona Conmebol yang berlaga di perempat-final Piala Dunia terjadi pada tahun 1970 di Meksiko. Ketika itu, tiga tim yang lolos ke perempat-final adalah Brasil, Uruguay, dan Peru. Namun, Brasil dan Uruguay harus bertemu di semi-final, dan tim Samba maju ke final untuk merebut trophi Piala Dunia dengan mengalahkan Italia 4-1. Apakah sejarah persepakbolaan Amerika Latin kembali akan tercatat di Piala Dunia kali ini? Kita tunggu saja pertandingan perempat-final pada akhir pekan ini.

El Pipita Belum Berpikir Sepatu Emas GONZALO Higuain bukan unggulan utama perebut gelar top scorer alias pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 2010. Bahkan, sejak awal, dia tidak diplot sebagai striker utama Argentina. Baru mencetak delapan caps bersama Tango—sebutan Argentina—namanya tentu kalah bersinar dibandingkan Lionel Messi dan Carlos Tevez. Faktanya, Higuain justru menjadi penyerang Argentina yang paling berpeluang merebut sepatu emas. Dia kini memimpin daftar top scorer Piala Dunia dengan empat gol, bersanding dengan striker Spanyol David Villa dan bintang Slovakia Robert Vittek. Sebaliknya, Messi yang digadang-gadang jadi mesin gol utama Tango justru belum menceploskan sebiji gol pun. Namun, Higuain mengaku belum berani bermimpi soal sepatu emas. Dengan rendah hati, striker yang musim lalu menyumbangkan 29 gol buat Real Madrid itu mengaku lebih mementingkan kemenangan tim daripada kejayaan pribadi. Baginya, mencetak gol tapi Argentina kalah bukanlah sesuatu yang menyenangkan. ”Saya tidak pernah memikirkan gelar pribadi semacam top scorer atau semacamnya,” ungkap Higuain kepada AS. ”Fakta bahwa nama saya kini berada di jajaran pencetak gol terbanyak di Piala Dunia adalah suatu kebanggaan. Tapi itu tidak ada artinya jika kami tidak bisa mencapai tujuan. Dan tujuan saya adalah mengantar Argentina ke final,” lanjutnya. (na)

TERSINGKIRNYA Jepang dari Piala Dunia 2010 di babak 16 besar sepertinya juga menandai kebersamaan pelatih Takeshi Okada. Usai timnya dihentikan secara dramatis lewat adu penalti oleh Paraguay, Okada mengatakan bakal segera meninggalkan kursi kepelatihan timnas Jepang. “Saya rasa pekerjaan saya sudah tuntas sekarang,” ujar Okada dalam press conference seperti dilansir Reuters. Pelatih 53 tahun ini menyatakan kegagalan Jepang melaju ke babak lebih jauh di Piala Dunia Afsel adalah tanggungjawabnya. “Ini tanggungjawab saya. Kami tidak cukup tangguh. Tapi saat ini saya tidak bisa menguraikan lebih jauh. Ketika saya melihat ke belakang pada apa yang telah saya lakukan kepada para pemain dan apa yang saya laku-

kan sebagai pelatih kepala, saya mestinya lebih bersikeras untuk menang,” sambungnya. Okada mengatakan saat melawan Paraguay timnya sudah bekerja keras untuk meraih kemenangan. Tapi mantan pemain timnas di era 1980-1985

Martino Cemaskan Sektor Depan LOLOS ke perempat final Piala Dunia 2010 tidak membuat pelatih Paraguay Gerardo Martino puas. Sebaliknya, dia mengaku pusing atas tumpulnya lini depan pasukannya. Adu penalti melawan Jepang di 16 Besar merupakan bukti nyata bahwa Roque Santa Cruz dkk tidak mampu memanfaatkan peluang selama 120 menit. Pantas kalau Martino puyeng. Sebab, penampilan yang sama saat melawan Spanyol di delapan besar tidak akan menggaransi kemenangan buat tim berjuluk La Albirroja tersebut. Tidak seperti Jepang, David Villa dkk sangat agresif dan akan berusaha mencetak gol dalam waktu 90 menit. Jika harus menempuh babak tostosan pun, belum tentu mereka bisa menang, mengingat kiper Spanyol Iker Casillas sangat piawai mematahkan penalti. ”Saya tidak secara langsung menyalahkan para pemain depan untuk problem ini. Itu tidak adil. Bagaimanapun, striker membutuhkan aliran bola dari tengah untuk bisa membuka peluang,” papar Martino, sebagaimana dilansir Associated Press. ”Kami sempat mendapat beberapa kans emas di depan

gawang Jepang, tapi pertahanan mereka sangat ketat,” lanjut pelatih asal Argentina itu. Tapi, lanjut Martino, melawan Spanyol yang permainannya ofensif juga bakal menguntungkan Paraguay. Sebab, dengan strategi yang lebih terbuka, mereka akan lebih mudah mencari celah. ”Menurut saya, rival kami selanjutnya (Spanyol, Red) bakal membuat kami menampilkan permainan yang berbeda. Dalam tiga dari empat laga kami di Piala Dunia, lawan selalu menyerahkan kendali permainan kepada kami, dan itu sulit buat tim seperti kami,” ulas Martino. ”Saya yakin, Spanyol akan lebih memberikan ruang kepada kami,” lanjutnya. Di sisi lain, kubu Spanyol berjanji tidak akan meremehkan kekuatan Paraguay. Meski sekali lagi diposisikan sebagai favorit, Vicente del Bosque tidak ingin anak buahnya over-konfiden. ”Kami harus tetap memandang Paraguay dengan respek. Saya yakin, laga perempat final nanti bakal lebih berat daripada 16 Besar,” ungkap Del Bosque kepada AFP. (na)

itu mengaku skuadnya tidak tampil di peak performa. “Semua pergantian dan perubahan yang saya buat adalah untuk lebih menekan. Sulit untuk menjabarkan kenapa kami tidak bisa mencetak gol. Kami bukan tim yang bisa mencetak banyak gol,” bebernya. Sebelum terbang ke Asfel, Okada memasang target lolos semifinal. Hal itu memantik kritik dari kalangan media Jepang mengingat selama kualifikasi dan ujicoba skuad Samurai Biru, sebutan timnas Jepang, tampil kurang meyakinkan. Jika benar mundur, ini bukan kali pertama Okada men-

inggalkan kursi kepelatihan timas Jepang. Pada 1998 dia juga melakukan hal serupa setelah memimpin skuad Samurai Biru di Piala Dunia Prancis. Tapi kali ini Okada bisa mundur dengan membusungkan dada. Sebab, tim besutannya tampil meyakinkan di Piala Dunia 2010. Ini adalah kali pertama sepanjang sejarah Jepang bisa melaju ke babak 16 besar Piala Dunia yang digelar di mancanegara. Pada 2002, Jepang juga melangkah ke babak knock out. Tapi saat ini Piala Dunia dilangsungkan di kandang sendiri. Pencapaian di Piala Dunia

23

2010 ini jauh lebih baik disbanding saat Okada mempimpin skuad negeri Matahari Terbit itu di Piala Dunia 1998 Prancis. Saat itu Jepang yang tergabung di Grup H, menjadi bulan-bulann lawan. Dari tiga laga di babak penyidihan grup, ketiga-tiganya Jepang tumbang. Dari tiga pertandingan itu Jepang hanya bisa mencetak satu gol dan kebobolan empat gol. Meski sudah menyatakan bakal mundur Okada yang pernah melatih Consadole Sapporo dan Yokohama F. Marino situ belum mengisyaratkan akan bergabung di klub mana. (ali)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.