Radar Tegal 18 September 2010

Page 7

BREBES & BUMIAYU

SABTU 18 SEPTEMBER 2010

7

RADAR TEGAL

PENDIDIKAN

Balita Masuk Gorong-Gorong Terseret Hingga Tujuh Meter

TEGUH SUPRIYANTO/RATEG

PENUTUPAN - Ketua BPH STKIP Islam Bumiayu Prof Dr Yahya Muhaimin menutup kegiatan Osma sekaligus meresmikan gedung perkuliahan baru.

PenutupanOsmaSTKIPIslamBumiayu BUMIAYU - Kegiatan Orientasi Studi Mahasiswa (Osma) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Islam Bumiayu Tahun akademik 2010-2011, secara resmi ditutup oleh Ketua Badan pengurus Harian (BPH) Prof DR Yahya Muhaimin yang juga mantan Menteri Pendidikan Nasional RI pada masa pemerintah Presiden RI Abdurrahman Wahid Jumat (17/9). Pelaksanaan Osma yang mengambil tema ’’Satu Langkah Menuju Perubahan’’, mulai digelar semenjak 15 hingga 17 September tersebut diikuti oleh sabanyak 232 mahasiswa baru, dengan program perkuliahan yakni Pendidikan Guru SD (PGSD), Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika, dan Pendidikan fisika. Sekertaris BPH STKIP Islam Bumiayu Aqib Ardiyansah mengatakan, untuk tahun akademik 2010-2011 ini terjadi peningkatakn jumlah mahasiswa yang masuk ke STKIP dibandingkan dengan tahun akademik sebelumnya yakni sebanyak 163 mahasiswa. ’’Ini berkat keparcayaan masyarakat utamanya para orang tua yang menjadikan STKIP sebagai sekolah perguruan tinggi bagi kelanjutan pendidikan anak-anaknya. Sesuai dengan tekad kami yakni menjadikan STKIP sebagai institusi penting yang akan dapat menciuptakan tenaga guru berkarakter dan siap menghadapi globalisasi,” jelasnya. Saat ini STKIP juga telah menlakukan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Brebes dengan membentuk Lembaga Pusat Pengkajian Tenaga Pendidikan. Selain pengenalan dunia perkuliahan, sejumlah kegiatan juga dilaksanakan selama masa Osma. Di antaranya, kegiatan bhakti sosial pembagian sembako kepada warga kurang. ’’Mahasiswa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Yang juga merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan contoh dalam menerapkan perilaku terpuji. Inilah alasan mengapa mahasiswa harus memiliki karakter keselarasan antara pikiran, perkataan, tindakan, kebiasaan, akhlak, dan takdir. Peranan mahasiswa dalam masyarakat secara garis besar ialah sebagai the agent of change and social control terhadap setiap sistem yang ada di negara ini.’’ (pri)

BUMIAYU - Sungguh beruntung nasib yang dialami Rafi Alfianto, balita berusia tiga tahun ini lolos dari maut setelah tubuh mungilnya masuk ke gorong-gorong Jumat (17/9) pukul 14.45 WIB. Tak hanya masuk ke goronggorong, balita ini juga terseret hingga tujuh meter ke saluran yang tengah dipenuhi air akibat hujan deras. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Radar, sebelumnya anak pasangan Riskiyanto (38) dan Cahyati (35) warga pemukiman RT 04 RW 02 Desa Kaliwadas, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, ini tengah bermain hujan-hujanan bersama teman sepermainannya. Sementara, Cahyati (ibu korban, Red) mengawasi anaknya dari sekitar rumah bersama tetangga lainnya. Menurut Cahyati, saat itu anaknya terlihat tengah bermain perahuperahuan yang dibuat dari kertas lipat, kemudian dihanyutkan di saluran air. Namun naas, saat korban hendak mengambil perahu di saluran air tersebut dia terpeleset hingga tubuhnya jatuh ke saluran, dan dia pun hanyut terbawa air yang deras hingga ke gorong-gorong. ’’Semula dia main hujan-hujanan di jalan depan rumah. Kemudian main perahu-perahuan. Saat mendekat ke saluran, dia jatuh dan masuk kedalamnya. Saya panik dan berteriak sekuatnya,” jelas Cahyati saat ditemui Radar di RS Siti Asiyah, Bumiayu. Mendengar teriakan Cahyati, warga yang berada di sekitar lokasi segera berhamburan

TEGUH SUPRIYANTO/RATEG

TERBARING - Rafi Alfianto terbaring lemah di bangsal RS Asiyah, Bumiayu, setelah sebelumnya balita tersebut tercebur ke saluran air saat bermain.

untuk berupaya mengeluarkan tubuh korban. Namun, upaya tidak bisa segera dilakukan karena kondisi air yang memenuhi gorong-gorong. Baru setelah salah seorang warga berinisiatif membendung air di mulut gorong-gorong, ayah korban masuk ke goronggorong yang memiliki kedalaman 50 sentimeter dan lebar 1 meter. ’’Saat itu, yang saya pikirkan hanya keselamatan anak saya. Karenanya, setelah air menyusut karena dibendung, saya langsung masuk. Meski sebe-

Perjalanan Pecinta Sepeda Onthel untuk Bertemu Keluarga dan Sahabat

narnya saya hampir tidak bisa bernafas saat ada di tengahtengah. Beruntung saya masih bisa menggapai tubuhnya, dan segera saya tarik keluar,” tutur Riskiyanto. Dia memperkirakan anaknya tersebut berada di goronggorong selama 10 menit. Saat berhasil dikeluarkan, Rafi sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri. Orangtua bersama warga selanjutnya melarikan korban menuju salah satu dokter yang ada di sekitar Desa Kaliwadas. Beruntung korban saat itu

sudah kembali sadar, namun karena kondisinya yang sangat lemah. Selanjutnya korban dirujuk ke RS Asiyah, Bumiayu. PENGAWASAN Dari hasil pemeriksaan petugas kesehatan dirumah sakit tersebut, korban tidak mengalami luka serius ditubuhnya. Hanya saja, korban mengalami sedikit hipotermia (menurunnya suhu tubuh) Dari tubuh korban juga keluar air yang sempat tertelan saat korban terjatuh ke saluran. Untuk sementara Rafi dirawat di rumah sakit.

Jalur Tengah Pantura Masih Padat

Tempuh Ratusan Kilometer demi Persaudaraan Jarak ratusan kilometer tidak menjadi halangan seseorang untuk dapat bersilaturahmi bersama keluarga maupun kerabat lainnya. Demikian juga yang dilakukan lima orang pecinta sepeda onthel ini. Seperti apa perjalanan mereka? LAPORAN:TEGUHSUPRIYANTO DARI dua kota berbeda mereka rela menempuh perjalanan berhari-hari dengan satu tujuan yang sama yakni bersilaturahmi. Suasana Lebaran benar-benar dimanfaatkan oleh Widi (28) dan Ferdian (26) warga Perumahan Permata Pamulang RT 01 RW 03, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, untuk bersilaturahmi kepada orangtua dan keluarganya di wilayah Kediri Jawa Timur. Namun, keduanya mudik bukan dengan menggunakan kendaraan umum maupun pribadi seperti lainnya, akan tetapi dengan mengayuh sepeda onthel kesayangan mereka. Hal yang sama juga dilakukan oleh tiga remaja lain yakni Iung (16), Deni (16), dan Sandy (17) yang berasal dari Lampung, Sumatera Selatan. Ketiga remaja yang masih berstatus pelajar ini mengisi libur Lebaran dengan melakukan perjalanan dari Lampung menuju Jogjakarta. Tujuannya bersilaturrahmi dengan komunitas pecinta sepeda onthel. Ditemui saat sedang beristirahat di wilayah jalan lingkar

TEGUH SUPRIYANTO/RATEG

LANJUTKAN PERJALANAN - Setelah beristirahat di Bumiayu, pecinta sepeda onthel kembali melanjutkan perjalanannya menuju Jogjakarta dan Kediri.

Bumiayu Jumat (17/9), kelimanya mengaku bertemu di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Widi mengatakan, dia bersama Ferdi tergabung dalam Komunitas Onthel Tanggerang (Kontas) berangkat dari Tangerang Rabu (8/9) lalu. ’’Kami beberapkali singgah di sejumlah kota seperti Cililitan, Kali Malang, Bekasi, Cikampek, Karawan, Subang, Sumedang, dan Cirebon. Di kota-kota itu kami sekaligus silaturahmi dengan sesama pecinta sepeda onthel,” ungkapnya. Dikatakan Widi, aksi yang mereka lakukan itu bukan didasari oleh faktor ekonomi untuk menghemat biaya perjalanan mudik, tetapi terdorong oleh rasa kecintaannya bersepeda dan juga berpetualang. Dia sendiri dalam keseharian bekerja sebagai salah seorang staf marketing sebuah Pabrik

Garmen di Tanggerang, sedangkan Ferdi bekerja sebagai tenaga pengajar sekolah musik Purwacaraka di kota yang sama. ’’Kami ingin menciptakan suasana mudik tahun ini benarbenar berkesan, sekaligus mempererat persaudaraan dengan sesama pecinta sepeda onthel di setiap kota yang kami singgahi,” tutur Widi yang menyesalkan saat berada di Brebes ini tidak bisa bertemu dengan komunitas mereka. Sementara, rombongan Iung, Deni, dan Sandy dari Lampung berangkat pada Minggu (12/9) lalu, berbeda dengan Widi dan Ferdi yang akan mudik ke kampung halaman. Mereka sengaja melakukan perjalanan hanya untuk bertemu dengan teman-teman di sepanjang perjalanan hingga Jogjakarta. ’’Kita hanya ingin mengisi

liburan sekolah lebih berarti dengan memperbanyak saudara di Pulau Jawa ini,” kata Iung yang tergabung dalam Perserikatan Onthel Lampung (POL). Perjalanan meraka bukan tanpa halangan. Baik dari kondisi kerusakan sepeda, hingga medan berat jalan yang harus dilalui. Seperti yang dialami Widi dan Ferdi yang terpaksa harus membopong sepedanya saat menyeberangi sungai banjir diperbatasan Subang menuju Sumedang. Sementara, rombongan dari Lampung mengalami insiden diseruduk kendaraan pemudik saat melintasi ruas jalan pantura Wilayah Songgom, Brebes. ’’Ban roda sepeda ringsek hingga mirip angka delapan, tapi sudah diperbaiki dan bisa melanjutkan perjalanan,” kata Iung. Sepeda onthel yang mereka miliki umumnya berusaia sudah lebih dari setengah abad. Dari segel yang masih melekat di sepeda diketahui sepeda-sepeda tersebut dibuat antara 1940 hinggga 1960. Meski hanya bersepada, namun mereka juga mengantongi surat dari Kepolisian. ’’Meskipun hanya bersepeda, tapi kami tetaap mengajukan pemberitahuan ke pihak Kepolisian saat akan berangkat,” kata Widi. Mereka tidak menargetkan kapan mereka akan sampai di tujuan masing-masing. Alasannya, karena perjalaanan itu benar-benar dijadikan sebagai kegiatan silaturahim sesame pecinta onthel di setiap kota yang disinggahi. ’’Kami benar-banar menikmati perjalanan ini,” lanjut Iung. (*)

Kapolres Brebes AKBP Beno Louhenapessy SIK MH melalui Kapolsek Bumiayu AKP Bowo Ciptohadi saat dikonfirmasi Radar membenarkan terjadinya insiden yang hampir merengut seorang balita tersebut. Karenanya, dia menegaskan kepada para orangtua untuk dapat lebih meningkatkan pengawasan kepada anak-anak mereka. ’’Khususnya yang masih balita, pengawasan dari orangtua sangat diperlukan. Terutama terhadap kondisi dilingkungan,” tandasnya. (pri)

HARVIYANTO/RATEG

PADAT - Kondisi kendaraan dari arah timur di jalur pantura terlihat masih berjalan merayap.

KETANGGUNGAN – Jalur tengah pantura Brebes yang selama ini menjadi jalur alternatif justru menjadi jalur utama para pemudik. Hingga kemarin (17/9) jalur tengah masih dipadati para pemudik yang ingin kembali ke Jakarta atau Jawa Barat. Meskipun tidak sepadat sehari sebelumnya, namun jalur alternatif pantura tengah yang masuk melewati Klonengan – Margasari hingga Ketanggungan - Pejagan masih dipadati kendaraan bermotor yang hendak kembali ke Jakarta. Berdasarkan pantauan Radar kemarin, di kawasan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, hingga Prupuk, Kabupaten Tegal, ratusan kendaraan terpaksa hanya bisa melaju dengan

kecepatan di bawah 20 km per jam. Kepadatan yang terjadi dari siang hingga malam tersebut membuat kendaraan terlihat mengular hingga 5 km. Selain diakibatkan adanya perlintasan kereta api (KA) di ujung Jalan Ahmad Yani dan volume kendaraan yang masih besar, kepadatan juga disebabkan penyempitan bahu jalan di Jembatan Babakan yang terletak di Dukuhturi, Ketanggungan, dengan lebar hanya sekitar 5,5 meter. Peningkatan arus lalulintas terjadi sejak H+1 hingga H+6, yaitu dari arah Banyumas, Bumiayu, Ketanggungan dan exit Tol Pejagan – Kanci. Namun, situasi dan kondisi ramai lancar.

Kapolres Brebes AKBP Beno Louhanapessy, SIK melalui Kasatlantas Polres Brebes AKP Matrius SIK mengatakan, arus kendaraan yang lambat, padat, dan merayap disebabkan karena jadwal kereta api mengalami peningkatan ’’Jadwal KA yang melintas diwilayah selatan tercatat peningkatannya mencapai 70 kali melintas dari hari biasanya, yang hanya 22 kali melintas selama 24 jam. Dan setiap penutupan perlintasan membutuhkan waktu 15 menit. Otomatis palang pintu kereta akan buka tutup setiap 20 menit sekali. Itu salah satu faktor yang menyebabkan laju kendaraan sedikit terhambat,” jelas Matrius saat dihubungi via telepon. Ditambahkan dia, kondisi jalan bergelombang di wilayah pantura tengah dan selatan dengan penerangan yang tidak cukup, tidak mampu menampung volume kendaraan yang terus meningkat. Berdasarkan data Satlantas Polres Brebes, jumlah kendaraan yang melintas di H+1 berjumlah 30.531 unit kendaraan, H+2 naik 123 persen hingga berjumlah 68.110 unit kendaraan, H+3 naik 131 persen hingga berjumlah 157.435 unit, H+4 naik 37 persen hingga berjumlah 205.167 unit, dan untuk H+5 kemarin (17/9) naik 26 persen hingga berjumlah 258.177 unit kendaraan. ’’Untuk H+7 ini volume kendaraan kembali menurun meski di beberapa titik laju kendaraan masih merayap,” tandasnya. (cw3)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.