agustus 2012

Page 2

EDITORIAL EDISI 91, AGUSTUS 2012

MEMPERBAIKI YANG SALAH MEMBENARKAN YANG BENAR

Up Lips Manado

Antara Peranan KB dan Kasus Aborsi ADA beberapa derah yang mendapat penghargaan karena program KB dianggap berhasil salah satunya adalah kabupaten Minahasa Selatan. Di daerah lain seperti Situbondo misalnya, Pemkab setempat dengan dukungan TP PKK Jatim, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Jatim, dan BKKBN Jatim berhasil memecahkan rekor MURI karena mampu mencapai akseptor untuk jenis KB dengan vasektomi. Penghargaan serupa juga di terima kabupaten Mojokerto karena berhasil mencapai akseptor KB baru sebanyak 8.276 dalam sehari. Dan atas keberhasilan tersebut kedua kepala daerah mendapat penghargaan dari Presiden berupa Manggala Karya kencana seperti di Minahasa Selatan dari tahun 2008 hingga 2009, pencapaiannya lebih tinggi dari Kabupaten kota lainnya si Sulut. Apa Maknanya? tidak lain untuk memacu gairah daerah untuk peduli dengan persoalan pertumbuhan penduduk. Beberapa daerah yang sebelumnya mengabaikan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi kini mulai melirik masalah tersebut. Selanjutnya program KB yang di pilih dan di tempatkan pada posisi stategis dalam scenario pembangunan di daerah utamanya, dalam rangka mendukung program pengetasan kemiskinan yang berkaitan erat dengan meledaknya dengan jumlah populasi penduduk. Kreativitas daerah untuk memacu angka kepesertaan KB sebagaimana dipaparkan Dr Louis Pongjow tentu saja melegakan. Jika semua daerah mempunya kepedulian dan kesungguhan untuk ikut serta terlibat dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di daerah masingmasing, maka pertumbuhan penduduk saat ini tidak berimbang dengan pertumbuhan ekonomi akan bisa ditekan. Dan tentu upaya untuk mewujudkan kesejahtraan masyarakat akan lebih mudah untuk dicapai. Pergaulan diluar adat ketimuran Diluar Kelegaan hati, mendengar dan menyimak begitu gairahnya beberapa daerah untuk ikut serta dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, ada “kejutan lagi” meski sebenarnya sudah semarak terdengar, yaitu terungkapnya kasus siswi kelas X SMA 12 Surabaya yang membunuh bayi yang baru saja dilahirkan. Dari publikasi media orang orang juga bisa membayangkan betapa “kejamnya” siswi tersebut yang tega mencekik bayinya sendiri. Kasusnya terungkap setelah pelaku membuang bayi di lingkungan sekolah. Gerak cepat pihak kepolisian dan sekolah, akhirnya berhasil menemukan ibu yang membuang bayi tersebut yang tak lain adalah siswi di sekolah yang bersangkutan. Di lain pihak berdasarkan sosiali LSM Manasye Sulawesi Utara beberapa waktu lalu ternyata terungkap beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Sulut, setidaknya kurang lebih 2 kasus ditemukan siswi sekolah telah melakukan hubungan seks yang terungkap. Lantas, muncul pertanyaan apa hubungannya antara program KB yang disodorkan pada awal tulisan ini dengan kasus aborsi yang dilakukan oleh siswi SMA 12 Surabaya tersebut? Kalau dilihat sepintas barangkali tidak ada korelasinya, namun bila dicermati lebih dalam maka sesungguhnya kasus aborsi teleh mengirim pesan kepada warga, khususnya para pegiat program KB bahwa ada aspek yang terlupakan dalam dalam kampanye program program KB. Salah satunya adalah minimnya perhatian dan energi untuk menggarap sektor remaja dan pelajar untuk meletakan mindset tentang program KB. Pada suatu sisi, sebagaimana diulas pada awal tulisan ini tentu bersepakat bila gairah dan kepedulian daerah untuk ikut menggelorakan kembali program KB layak untuk diaperesiasi positif. Dan untuk itu perlu mencontoh pengalaman baik yang dilakukan Pemkab Situbondo maupun Pemkab malang serta Pemkab Minahasa Selatan dalam memacu angka akseptor KB di wilayahnya. Namun, fakta terungkap pada fase usia sekolah sesungguhnya telah membuktikan bahwa lalai menggarap sektor ini secara lebih serius. Program KB seolah hanya difokuskan sebagaimana menggarap pasangan suami-istri yang telah sah menikah untuk diberi pemahaman dan pengertian tentang pentingnya membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtra. Sementara bagaimana menanamkan nilai-nilai untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtra yang harus disamaikan sejak dini malah tidak dilakukan. Program KB seolah hanya mengajarkan kontrasepsi dan bagaimna memakainya, dan lupa bahwa anak-anak sekolah juga perlu diberi pemahaman, bagaimana menjaga dirinya agar kelak bisa membangun keluarga yang bahagia. Kasus “perkawinan karena kecelakaan” atau aborsi akibat hubungan diluar pernikahan yang banyak menimpa pelajar, sejatinya telah mengingatkan bahwa masa remaja bisa menjadi awal persoalan bagi masa depan mereka sendiri. Dari pemberitaan di media juga menjelaskan bahwa mayoritas siswi pelaku aborsi adalah berasal dari keluarga yang tengah dilanda konflik. Fakta ini member pesan bahwa dalam struktur keluarga yang dilanda konflik atau dalam tekanan ekomomi akan berdampak kurang baik dalam perkembangan kejiwaan anak. Selain itu penerapan akan pentingnya seks education bagi anak masih kurang diperhatikan karena masih dilirik sebelah mata karena dianggap tabu. Imbas paling mudah dirasakan adalah minimnya perhatian dan pengawasandan pemenuhan kebutuhan ekonomi akan lebih memungkinkan tercapai. Selanjutnya Bagaimana? Terungkapnya kasus kelahiran diluar pernikahan hanyalah puncak gunung es dari masalah remaja. Fakta tersebut seharusnya tidak mengagetkan karena banyak hasil penilitian yang mengungkap gaya pergaulan pelajar dan remaja utamanya di kotakota besar. Diluar factor tersebut, persoalan yang harus dipikirkan juga adalah menyangkut sikap terhadap siswi atau pelajar yang melakukannya? Dalam perspektif tertentu, apa yang dilakukan pelajar tersebut merupakan pelanggaran etika, norma, juga hukum. Dengan demikian, membiarkan hal itu terjadi dengan dalih masih anak-anak dan menganggapnya tidak ada masalah jelas bukan penyelesaian yang bijak. Namun, pada sisi lain memberi hukumam tegas dan mempidanakan juga bukan penyelesaian yang adil karena mematikan masa depannya. Negeri ini memang memiliki lembaga pemasyarakatan untuk anak-anak tetapi adakah yang mau memikirkan bagaimana kelanjutan dan nasib study mereka. Kasus hukum yang menimpa anak-anak hendaknya tidak sampai ikut mencabut hak mereka untuk menikmati dan menyelesaikan pendidikanya. Jawaban adalah peran serta kita dan orang tua bersama steak holder.(glorya)

I DENTITAS TA BL OID

2

Women’s image of Minahasa M

INAHASA started with the Lingkanbene role as the guardian birth of the human creation of goddess of birth and the source a woman named Lumimuut. of origin of agricultural tradition Apart from the many connotations by: in Minahasa, which is generally Lumimuut story which then has a son Efraim Lengkong controlled by women. For exnamed Toar. As adults Toar fell in love ample, in a vegetable farm in with her . This story almost has in comModoinding, usually done by mon with Oedipus in Greek mythology women. While the descendants and the story Sangkuriang in western Lingkanbene and Crito, a source Java. of agriculture in Tonsea (North Minahasa). Lumimuut Toar legend and a source of authentic Margaretha Augustin Liwoso Carle, the doctoral study keasalan the Minahasa people who have a tradition of (2005), women born Romboken been investigating in having an affair with collateral. Toar descent and depth, how the discourse of women associated with the Lumimuut explain how humans Minahasa put descenMinahasa traditional values and modernization today. dants to have close biological properties coupled with Liwoso Carle in discourse analysis of women’s image strong kealaman. in connection with the Minahasa traditional values and Toar and Lumimuut marriage occurred after they were modernization, an approach onterdisipliner, replied that separated Karema, carrying a stick of stem Tuis. Both the role of women in the history of this region (Minahasa) cane rod tuis was given by “Karema, known as the godhas undergone emancipation was initiated long before dess of heaven. Karema provide tuis halves, it does not what Kartini in Java as the women’s movement. consider that it is a plant stem tuis living. But specifically the development of women’s emanLumimuut Toar next meeting and embodied in a marcipation Minahasa not solely demand for Rights and riage on the grounds that had the same tuis rod, now Equality mere similarity. There is a place of discourse has different lengths. In psychological processes, crethat highlighted women’s role in exploring Minahasa, ation, and the meeting between mother and child marsuch as the traditional discourse related to cultural views riage, is a cultural product of an affair or get married that took place in the community Minahasa. Specifically with their own offspring. regarding the mythology that lived in Minahasa commuIn their marriage, childbirth nity. Lumimuut approximately 27 offMythology discourse explains the origin of the ancesspring, one of their daughters, tors of Minahasa from “Karema - Lumimuut”. Signifinamed Lingkanbene. In a trip to cantly the traditional discourse has presented female Wenang (Manado), Toar Lingcharacters Minahasa, Such as: Walanda Maramis, kanbene brought her daughter Anneke Lapaian Pangkey, Sopie Pandean Cornelia, and to the port of Manado, that’s leaders of Minahasa other women. where a meeting was held Strong role of women in those days gave to underbetween Lingkanbene stand that the Minahasa first adopts a “matriarchal”. with Italian seamen The system is hardly changed shape during the named “Aruns Crito, reign of the Netherlands until the modern and people called women’s Minahasa current phase. him Arrorz TomOn the other hand in the developbulu Kerito. ment of technology and rapid globalBrief stories ization, women’s Minahasa a negative trend that is often spoofed by the name “Lip Manado”. This streotipe picture was contained in the novel “Imipramini” (2004) Jusuf Novarianti work, which depicts a young woman is sexually permissive Manado. Yet it is not just limited to that. Often sensual and permissive context is defined in the uncomfortable logic. Because it means receptive female sensuality Minahasa plus easily purchased to do anything. This general picture needs to reviewed from various perspectives and local governments are expected to play an important role in restoring the image, figure, female behavior Minahasa, so that women’s moral culture and Minahasa in North Sulawesi has a generally positive picture and objective. Because the broad perspective elaborated Lumimuut will show that the offspring is the figure of an intelligent, aggressive, bold and full kelugasan argued. Not surprisingly, when the world was the attraction’s emancipation, women Minahasa is described first. (*)

Prof.DR. Margaretha Liwoso Carle

Jangan Lewatkan B e r i t a T e r b a r u , T e r c e p a t , T e r p e r c a y a

www.identitasnews.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.