HARIAN SEMARANG 301211

Page 7

INTERNASIONAL sambungan

Meningkat, Warga ...

“Gadis Neraka” ... Remaja ini mengungkapkan bahwa sebetulnya karakter Enmai dan dirinya sangat bertolak belakang. Namun, ia sangat tertarik dengan karakter serial Jepang yang sedikit berucap dan terlihat sangat misterius ini. “Karena misterius banget, jadinya saya tertarik dan memutuskan untuk cosplay dengan karakter ini. Kalau aslinya sih malah bertolak belakang,” jar remaja yang mengaku sering menonton serial yang hanya tayang di TV Jepang, namun juga beredar di kalangan pecinta anime di Indonesia. Inka mengaku butuh seminggu dan harus merogoh kocek dari uang tabungannya hingga mendekati Rp 1 juta untuk mempersiapkan kostum tersebut. Rambut palsu bisa ia dapatkan dengan mudah, demikian halnya dengan softlens berwarna merah. Namun untuk yukata ia harus membuat khusus dan memesan melalui media online. Sedangkan boneka

jerami hitam ia jahit sendiri. “Nah, kalau yang agak susah justru geta-nya (alas kaki tradisional Jepang yang dibuat dari kayu). Karena nggak ada yang jual, jadinya saya bikin sendiri dari bakyak terus ditinggikan lagi dan dicat hitam,” ujarnya yang datang bersama beberapa rekannya yang tergabung dalam komunitas Jakenpo (Japanese Kendal Corporation) dalam “Semarang Hobby Fest” yang dihelat di Plasa Simpanglima, kemarin. Karakter yang unik dan ia bawakan dengan total membuat banyak pengunjung yang tertarik. Sehingga meskipun ada yang ‘takut-takut’, banyak pengunjung yang ‘nekat’ mendekati dan foto dengan Enma Ai dari Cepiring ini. Bukan hanya Enma Ai saja yang menarik perhatian, sejumlah karakter juga terlihat dikerubuti pengunjung yang antre untuk foto bareng. Seperti tokoh

gadis cantik dengan kostum serba hitam, “Reiiru” dalam serial Black Rock Shooter ataupun puluhan tokoh-tokoh unik anime dan manga lainnya persis seperti mereka tengah ber-cosplay di Harajuku district, sebuah district di Jepang yang biasa digunakan untuk ber-cosplay. Sementara itu, Muhammad Anuraga selaku panitia mengaku selain untuk memperkenalkan pada masyarakat, even ini juga bisa sebagai ajang mempertemukan para cosplayer dari Semarang dan sekitarnya. “Jadi selain masyarakat makin tahu, temen-temen cosplayer juga senang,” ujarnya. Selain menggelar lomba cosplay,dalam event tersebut juga digelar lomba fotografi dengan obyeknya para cosplayer. “Dan ada juga stand dari temen-temen penggemar Gundam, papercraft, dragonball dan hobi-hobi lainnya,” papar Anuraga. (indra prabawa/rif)

di bagian kepala diperkirakan adanya unsur penganiayaan dengan benturan atau pukulan benda keras. “Korban diperkirakan meninggal sekitar pukul 20.00 s/d 22.00 malam. Ditemukan luka bekas cekikan di bagian leher dan bekas penganiayaan di kepala. Kondisi korban lidahnya terjulur dan keluar cairan dari alat vitalnya,” terang dokter Gulfi dari tim forensik. Untuk mengumpulkan keterangan atas kasus pembunuhan tersebut, seluruh karyawan yang menjadi saksi penemuan mayat tersebut langsung diperiksa polisi. Dua saksi kunci yaitu satpam Winarto dan Abdul Azis kemudian dibawa ke mapolres Semarang untuk dimintai keterangannya. Kapolres menambahkan, ciri-ciri fiisik korban adalah wanita berumur sekitar 20 berambut ikal, berkulit putih dengan tinggi 160 cm. Korban juga diketahui mengenakan baju kaos rangkap tiga dengan jaket warna kuning tua dan celana jin hitam. Kepada masyarakat luas yang mengetahui identitas korban, saya harap segera melapor ke kantor polisi terdekat,” imbau Kapolres. Orang Dekat Hingga kemarin siang polisi masih berusaha menemukan identitas korban, sekaligus melacak pelaku pembunuhan sadis tersebut. Kesulitan petugas untuk mengungkap siapa korban sebenarnya, diduga karena pelaku sengaja menghilangkan jejak identitas korbannya. Dompet dan ponsel korban yang diharapkan dapat menjadi petunjuk juga tidak berhasil ditemukan di TKP. Untuk penyelidikan, polisi masih mereka-reka motif pembunuhan yang diperkirakan pelaku adalah orang dekat

korban. Dan sebelum melaksanakan aksi sadisnya, ada kemungkinan terjadi percobaan tindak pemerkosaan. hal itu diperkuat dengan kondisi baju korban yang tersingkap ke atas saat ditemukan. Kasat Reskrim Polres Semarang AKP Agus Puryadi menyatakan, minimnya bukti identitas seperti KTP, dompet dan ponsel korban akan menyulitkan pihaknya mengungkap identitas pelaku. “Petunjuk yang kami punya hanya dari pakaian yang dikenakan korban, yaitu kaos rangkap tiga dan celana jin hitam serta jaket yang masih utuh melekat ditubuhnya,” tandas dia. Dikatakan, saat ini polisi juga sedang mempelajari apa motif pembunuhan tersebut. Hal ini harus menunggu pengungkapan identitas korban terlebih dahulu. Perkiraan sementara motif pembunuhan tersebut karena pelaku gagal mengajak korban berhubungan badan, hingga terjadi percobaan pemerkosaan yang berujung pada niat pelaku menghabisi nyawa korban. Kesimpulan sementara yang berhasil dilakukan polisi hanya sebatas pada kedekatan hubungan antara korban dan pelaku. “Adanya percobaan perkosaan, kemungkinan hubungan pelaku dan korban sudah dekat dan dikenali,” ucap Agus, kemarin di TKP. Dugaan tersebut, lanjut dia, sangat beralasan karena saat datang ke Alam hijau korban berboncengan dengan pelaku, bahkan korban pun tidak menolak saat diajak chek in di kamar hotel. “Alasan tersebut memperkuat dugaan adanya kedekatan hubungan antara korban dan pelaku. Saya harapkan dalam waktu dekat identitas korban dan pelaku sudah berhasil terungkap,” kata dia. (rif)

Ketegangan memuncak saat Martono didampingi istrinya, Cici, dan dua anaknya mengadang petugas juru sita PN yang datang bersama sejumlah polisi. Martono tetap menolak dieksekusi dan menduduki rumahnya. Eksekusi tersebut bermula dari pinjaman dengan mengagunkan sertifikat rumah seluas 200 m2 yang dilakukannya bersama Agung Haryono, ke sebuah koperasi. Namun hingga saat ini pinjaman tersebut belum bisa dilunasi. Saat meminjam ia mengaku hanya bekerjasama selama tiga tahun. “Jadi saya ini justru menjadi korban,” ujarnya. Namun bentuk kerjasamanya seperti apa, dia tidak menjelaskan. Ternyata

tindakan nekat yang dilakukan Martono membuat nyali petugas juru sita ciut. Sehingga eksekusi yang dipimpin oleh Wakil Panitera PN Kota Semarang Sri Banowo tersebut dibatalkan. Banowo menuturkan, pembatalan ini adalah penundaan. Perkara itu, imbuh Bawono, dimenangkan oleh Faisol Uktofasi. “Aksekusi ini berdasarkan risalah lelang. Sertifikat tersebut diajukan ke koperasi untuk mencari pinjaman namun yang bersangkutan tidak bisa melunasi,” terang Banowo. Puluhan personel polisi dari Polrestabes dan Polsek Gajahmungkur yang semula dikerahkan untuk mengawal ketat proses eksekusi tersebut akhirnya ditarik. (abm/rif)

mendapatkan delapan helm kemudian saya jual dengan kisaran harga antara Rp 25-30 ribuan. Uangnya saya tabung,” terangnya. Aksi terakhir di Undip, Santi beraksi dengan mengendarai sebuah mobil Daihatsu Xenia H 8985 JR warna silver metalik, tak lain adalah mobil rental yang disewanya seharga Rp 200 ribu sehari. “Kebetulan pas menyewa mobil untuk acara lain, usainya kemudian saya bawa ke kampus Undip,” ujar wanita berambut pendek dan tomboy ini. Santi beraksi berpenampilan layaknya mahasiswa setempat, setelah masuk memarkirkan mobilnya di kawasan setempat, lalu ia berjalan menghampiri lokasi parkiran motor. “Saya langsung mengambil helm dan saya masukkan ke dalam tas ransel kemudian saya bawa ke mobil. Saya sempat memastikan kondisi kanan kiri aman, sehingga saya balik ke tempat parkir dan mengambil helm hingga tiga kali,” terang Santi.

Namun anak ketiga dari lima bersaudara ini tidak mengetahui jika aksinya tertangkap kamera CCTV yang terpasang di areal parkir kampus setempat. Sehingga saat para petugas keamanan menjebak dan menangkapnya, Santi pun tidak mampu mengelak karena saat ditangkap barang bukti berada di tangannya. Kapolrestabes Semarang Kombes Elan Subilan mengatakan, pemasangan CCTV di kampus sangat penting untuk menjaga keamanan. Terungkapnya kasus ini berkat adanya CCTV. “Kejadian pencurian helm memang masih sangat rentan. Kami menyarankan agar di setiap kampus memasang CCTV,” papar Kapolrestabes. “Biasanya tersangka menggunakan sepeda motor saat beraksi,” ujar Kapolrestabes didampingi Kapolsek Tembalang Kompol Purwanto. Barang bukti sebuah sepeda motor Yamaha Mio H 4437 KY, tiga buah helm hasil curian dan mobil Daihatsu Xenia H 8985 JR, kini diamankan. (abm/rif)

Diduga Dicekik ... sekitar pukul 20.00. “Begitu melihat penghuni kamar tergeletak diantara dua bed, saya langsung memberitahukan satpam karena ada hal yang mencurigakan. Sedangkan teman laki-lakinya sudah tidak ada di kamar lagi,” papar Abdul Azis, kemarin. Winarto (45) satpam Alam Hijau mengaku, begitu mendapatkan laporan ia segera melakukan pengecekan di dalam kamar. Selanjutnya peristiwa tersebut langsung dilaporkan ke Mapolsek Bergas dan Polres Semarang. Korban dan pelaku datang ke Alam Hijau sekitar pukul 20.00. Mereka melakukan pemesanan kamar HB-2 yang bertarip Rp 150.000 untuk satu malam. Sekitar pukul 22.00, teman laki-laki korban yang berambut gondrong mengendarai sepeda motor Supra nopol K…….. keluar dari penginapan dengan alasan mencari makanan untuk pasangannya. Namun hingga mayat korban ditemukan kemarin, pelaku menghilang dan tidak kembali ke penginapan. Kapolres Semarang AKBP IB Putra Narendra, yang datang ke lokasi kejadian langsung memerintahkan anggota melakukan olah TKP. Hasil sementara, petugas tidak menemukan identitas apapun dari tubuh korban. Pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban masih terlihat utuh. Minimnya petunjuk yang diperoleh petugas disebabkan saat membooking kamar, pelaku maupun korban tidak meninggalkan KTP atau kartu identitas lainnya. Dari hasil pemeriksaan Unit Olah TKP kemarin, korban diperkirakan tewas akibat cekik dari pria pasangannya. Hal itu diperkuat dengan adanya luka memar pada bagian leher. Sedangkan luka

Ancam Bunuh Diri ... namun pihaknya tetap ngotot bahwa ia tidak bersalah dan justru ia merasa menjadi pihak yang dikorbankan. “Saya sudah menyiapkan sepuluh tabung gas ukuran 12 kg dan 3 kg yang saya taruh di beberapa bagian rumah. Jika memang tetap dilakukan eksekusi saya akan membakarnya,” pekik Martono, kemarin. Bersama pihak keluarganya, Martono tetap bersikukuh mempertahankan rumahnya. Bahkan mengaku puluhan tabung gas tersebut telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum rencana eksekusi itu dilakukan. Selain mengancam membakar rumah, Martono juga memegang sebilah belati dan dua tabung kecil gas beracun jenis TW 1000, mengancam akan bunuh diri.

Terhimpit Utang ... Namum uniknya, mahasiswi asal Ngempal Kulon RT 01/RW 02, Kecamatan Jati, Kudus, ini saat beraksi menggunakan mobil Daihatsu Xenia H 8985 JR, mobil rental yang ia sewa. Mahasiswi semester tujuh ini kali terakhir beraksi di parkiran Fakultas Hukum Undip Tembalang, baru-baru ini. Namun aksi tersebut tidak berjalan mulus saat ulahnya tertangkap kamera CCTV. Bersama tiga helm curiannya, Santi pun diringkus petugas keamanan kampus dan terpaksa digelandang ke Mapolsek Tembalang. “Saya belum bisa membayar tunggakan uang semesteran sebesar Rp 9 juta. Saya bingung, karena jika tidak segera membayar, saya terancam dropout,” paparnya, di Mapolsek Tembalang, kemarin. Itulah sebab mengapa kondisi batinnya terguncang dan berpikir singkat agar bisa menyelamatkan kuliahnya. Santi juga mengaku telah lima kali mencuri helm di kampus tersebut. “Saya sudah

77

senin, 15 2010 jumat, 30 november Desember 2011

Secara rinci ia mengatakan dari total warga miskin tersebut, terdiri atas 62 KK dengan 168 jiwa termasuk warga yang sangat miskin, 48.257 KK dengan 162.037 jiwa yang masuk kategori miskin, dan ada 80.328 KK dengan 286.193 jiwa merupakan rawan miskin. Berdasarkan data tersebut dari 16 kecamatan, jumlah warga miskin terbanyak ada di daerah Semarang Utara dengan 15.628 KK dengan 55.458 jiwa dan Semarang Barat dengan jumlah 15.174 KK dengan 52.805 jiwa. “Semarang Utara banyak warga miskinnya karena banyak nelayannya selain juga dikarenakan jumlah penduduk di daerah tersebut juga banyak,” katanya. Daerah terendah jumlah warga miskin, katanya, di Kecamatan Tugu yakni 4.443 KK dengan 286.193 jiwa. Ia mengatakan, kartu identitas miskin (KIM) akan segera diterbitkan pada 2012. Kartu itu, katanya, dapat untuk pelayanan jaminan kesehatan masyarakat kota (jamkesmaskot) dan layanan pendidikan yang dibiayai APBD Kota Semarang. Penetapan warga miskin tersebut dilakukan oleh Wali Kota Soemarmo HS kemarin. Ikut menyaksikan penetapan warga miskin kota Semarang ini antara lain wakil ketua Komisi B DPRD Kota Ari Purbono dan anggota Komisi D DPRD Yanuar Muncar Riyanto. Menurut walikota, meski telah ditetapkan namun masih bisa ada perubahan atau evaluasi. “Kalau penambahan warga miskin tentu harus melalui survai di lapangan, kalau pengurangan bisa langsung dilakukan,” ujar nya.

Ia mengakui jumlah warga miskin di kota Semarang cukup banyak. Namun ini justru menjadi tantangan bagaimana bisa mengentaskan mereka agar tidak lagi menjadi gakin. “Sesuai dengan RPJMD dan Sapta Program, yang pertama adalah mengentaskan kemiskinan dan mengurangi angka pengangguran,” kata Soemarmo. Selain itu angka warga miskin yang cukup banyak juga berpengaruh dengan anggaran pemkot. Meski demikian pemkot sudah menyiapkan anggaran yang dibutuhkan dalam mengentaskan kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan di kota Semarang menurut walikota juga terkait erat dengan tingginya angka urbanisasi. “Makanya kami akan melakukan koordinasi dengan daerah hinterland dan pemprov Jateng untuk membahas masalah urbanisasi ini,” katanya. Terkait dengan pelayanan kesehatan, pemkot tengah mengkaji penerapan total coverrage bagi seluruh warga kota Semarang. Sementara itu wakil ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Ari Purbono menyatakan, dewan menaruh apresiasi pada pemkot yang telah melakukan survai dan mengumumkn secara terbuka hasil pendataan warga miskin. “Hasilnya sudah diumum, sudah dilakukan uji publik ini menunjukan keseriusan pemkot dalam mengatasi persoaan yang menimpa warga miskin,” katanya. Berdasarkan angka ini, DPRD akan berupaya mengalokasikan anggaran guna mengentaskan warga miskin. (pru/rif)

Alap-alap ... Sekitar pukul 04:00, anggota sudah melidik keberadaan kawanan perampok. Sekitar pukul 08:00 bantuan datang dari Polres, Polsek Karanganyar, bahkan Tim Buru Sergap Polres Blora juga hadir mendukung. Polisi sempat meyakini dalam penggrebegan akan terjadi baku tembak, sebab diperkirakan kawanan perampok membawa senjata api. Kronologis penyergapan kawanan perampok cukup dramatis, bahkan mirip adegan film. Semua personel Polres langsung siaga begitu menerima perintah Kapolres, akan adanya kawanan perampok melintas di Kota Wali. Tidak ketinggalan Kasat Pol Air AKP Zaenul Arifin yang melintas di wilayah itu turut serta ambil bagian dalam penggerebegan. Lokasi penggerebekan terjadi di rumah Sutejo (51), warga RT 01/RW 03 Desa Karanganyar. Puluhan Polisi yang mengepung rumah segera berlarian masuk dan memerintahkan kawanan perampok menyerah. Belakangan diketahui, Sutejo adalah bagian dari komplotan rampok yang sudah menyatroni sejumlah lokasi dan akhirnya tertangkap di rumah. Beruntung penyergapan yang dipimpin Kasat Reskrim Iptu Pradana Aditya Nugraha, berjalan aman. Perampok lebih dulu menyerah setelah terkepung rapat puluhan Polisi. “Info akan ada kawanan perampok masuk wilayah Demak, dari laporan Tim Buru Sergap Polres Blora. Saya langsung perintahkan jajaran segera lidik dan menyergap,” jelas Kapolres Demak AKBP Sigit Widodo didampingi Kasubag Humas AKP Sutomo usai pelaksanaan operasi penyergapan kemarin. Sopir Dibuang di Hutan Disebutkan, Kapolres menerima info soal perampok yang melintas sekitar pukul 02.00, Kamis kemarin dari Tim Buru Sergap Polres Blora pimpinan Ipda Sukarmin. Mereka memburu pelaku dari wilayah Blora, Pati, dan Kudus, setelah mendapat laporan dari Polsek Ngawen Blora soal adanya sopir mobil rental bernama Puji Waluyo (51), warga Kelurahan Notoprajan Kecamatan Ngampilan Yogyakarta yang dibuang di tengah kawasan hutan wilayah Jiken, Blora, dalam kondisi tubuh terikat tali dengan mulut dan mata ditutup lakban.

Laporan korban disusul pengejaran Tim Buru Sergap Polres Blora yang melacak larinya mobil Inova dari alat pendeteksi lokasi global positioning system (GPS) yang terpasang di mobil. Polisi memburu hingga lebih dari 100 kilometer mulai Blora, Pati, Kudus dan terakhir masuk wilayah Demak. Dalam pengakuan korban, kendaraan di sewa oleh kawanan perampok seharga Rp.400 ribu perhari. Mobil jenis Toyota Inova warna hitam tersebut milik perusahaan persewaan ‘“Arif Car Rental” yang biasa beroperasi di wilayah Yogyakarta. Menurut korban, pelaku menyewa mobil untuk kepentingan keluarga di wilayah Blora. Merasa penumpangnya adalah orang baik-baik karena satu diantaranya perempuan, dirinya bersedia mengantar hingga tujuan. Namun nahas, setelah perjalanan menempuh waktu sekitar empat jam, mulai dari Klaten, Solo, Grobogan kemudian masuk Blora, Puji ditodong senjata laras pendek jenis pistol. Dia juga sempat dipukul sebelum mata dan mulutnya ditutup lakban serta tubuhnya diikat tali. Korban yang setengah pingsan dibuang di kawasan hutan Jiken Blora. Korban yang kemudian ditolong seorang pengendara motor yang sedang melintas, dan segera melapor ke Mapolsek terdekat. Selain Sutejo, tersangka lain yang ikut ambil bagian kejahatan itu adalah suamiistri Agung Rifan (29) dan Utami (20), warga Ngilen, Kunduran, Blora; serta Muhtarom (52), warga Sidorukun, Karangsari, Donorejo, Jepara. Namun tersangka lain berinisial YYK, warga Tuban, berhasil lolos, karena keburu pergi sebelum aparat menangkap. Diperkirakan YYK pergi ke Rembang mengendarai angkutan umum. Kemarin secara intensif keempat pelaku diperiksa untuk mengetahui motif lainnya. Polisi juga menanyakan pistol mirip FN (soft gun), beserta barang bukti lain, seperti pisau, 32 KTP palsu, delapan pelat nomor palsu, satu liter air raksa dan lainnya. Dugaan sementara mereka tak hanya mengincar atau merampok mobil persewaan, melainkan juga menyatroni rumah-rumah mewah yang milik orang kaya. (swi/rif)

Cari Istri ... Pratiwi ternyata janda beranak dua yang ditinggal mati suaminya empat tahun lalu. Kedua anaknya masih duduk di SD. Melihat dua anak yang manis-manis, timbul rasa ingin memilikinya. Terlebih ia melihat kehidupan Pratiwi paspasan, sehingga timbullah niat untuk membantu teman karibnya tersebut. Sesampainya di rumah Susi bercerita kepada suaminya. Ia menyampaikan niatnya menjodohkan Giarto dangan Pratiwi. Tentu saja Giarto kaget dan menolak rencana yang dia rasa tidak masuk akal. Tapi setelah Susi menjelaskan detail dan mendesaknya, dengan berat hati ia setujui. Susi mendambakan seorang anak. Pikirnya, daripada mengadopsi lebih bagus ikut merawat

anak Pratiwi sekaligus membantu sahabatnya itu. Seperti Giarto, Pratiwi awalnya juga menolak ketika dibilangin atau lebih tepatnya dilamar. Bahkan Pratiwi menganggap Susi telah gila. Mustahil ia menikah dengan suami sahabatnya. Tapi dengan memelas Susi memohon padanya. Alasannya agar ia juga bisa merasakan menjadi ibu dari anak-anaknya. Akhirnya, Pratiwi setuju. Dan kini mereka sedang mengurus ke Pengadilan Agama. Susi telah mantapkan hati menikahkan suaminya dengan Pratiwi. Ia percaya suaminya bisa adil membagi waktu. “Semoga Tuhan membalas keikhlasan saya dengan pahala yang berlimpah,” ujar Pratiwi dalam hati. (ichwan)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.