f.
g.
Partikel lah, tah, kah, dan pun tidak mengubah ejaan. manatah Contoh: marilah = bilakah = manapun = Kata ganti dan akhirannya ku, mu, dan nya mengubah ejaan. Contoh: bajuku =
batunya =
bukumu = Selain itu, Anda pun perlu mengetahui tata cara penulisan lain yang biasa dipakai dalam naskah Melayu Arab. Hal-hal lain tersebut adalah sebagai berikut. a. Alif gantung Jika bunyi awal suku hidup mati, terdiri atas huruf hidup a, harus dituliskan dengan alif gantung, yaitu bentuk alif yang seolah-olah tergantung. Hal ini biasanya terdapat pada kata-kata yang didahului oleh suku hidup dan berbunyi u dan i. b. c.
tiap = Contoh: tuan = Alif gantung pada bunyi ...ia... boleh dihilangkan. Contoh: siang = Bunyi au dituliskan dengan huruf wau ( ). Hal ini untuk membedakannya dengan bunyi o dan u diberi tanda bunyi a di atas huruf yang mendahuluinya.
Contoh: kalau = Adapun bunyi ai dituliskan dengan huruf ya. Agar tidak keliru dengan bunyi i atau diberi tanda bunyi di atas huruf yang mendahuluinya.
d.
Contoh: lantai = Kata-kata seperti untuk menunjukkan pengucapan keenam, agar tidak keliru membaca, diganti saja dengan hamzah ( ) dan tempatnya turut pada huruf yang mendahuluinya.
e.
Hal itu menjadi: Keenam = Kata Berulang a. Kata berulang sejati ditulis seperti berikut: b.
c.
f.
kuda-kuda = Untuk kata berulang yang berawalan, maka angka dua ( ) itu dituliskan di belakang kata yang telah berawalan.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 12.2 Salah satu bentuk contoh tulisan Arab Melayu dan tulisan Latinnya.
Contoh: berkejar-kejar = Untuk kata berulang yang berawalan dan berakhiran, cara menuliskannya mula-mula dituliskan kata yang telah berawalan, kemudian angka dua dan barulah akhirannya.
Contoh: berlomba-lombaan = Kata majemuk yang dituliskan disatukan dalam tulisan Melayu dianggap satu kata. Contoh: matahari
=
barangkali = purbakala =
Telaah Sastra
211