kelas10_aktif-dan-kreatif-berbahasa-indonesia_adi-yudi-amin

Page 224

A

Menghubungkan Isi Puisi dengan Kenyataan

Dalam subbagian 11A,Anda telah belajar membahas puisi. Dalam membahas puisi, sebaiknya Anda juga memperhatikan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat yang menjadi konteks penulisan puisi tersebut. Oleh karena itu, kali ini belajar menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat. Dengan demikian, Anda akan mampu memaknai puisi dengan lebih luas. Akhirnya, Anda pun akan lebih menghayati setiap puisi.

Latar Belakang Sosial-Budaya Pemahaman puisi tidak dapat dilepaskan dari latar belakang kemasyarakatan dan budayanya. Untuk dapat memberikan makna sepenuhnya kepada sebuah sajak, selain dianalisis struktur intrinsiknya (secara struktural) dan dihubungkan dengan kerangka kesejarahannya, analisis tidak dapat dilepaskan dari kerangka sosialbudayanya (Teeuw, 1983: 61–62). Karya sastra mencerminkan masyarakatnya dan dipersiapkan oleh keadaan masyarakat dan kekuatan-kekuatan pada zaman tertentu (Abrams, 1981:178) mengingat bahwa sastrawan itu adalah anggota masyarakat. Seorang penyair tidak dapat lepas dari pengaruh sosial-budaya masyarakatnya. Latar sosial-budaya itu terwujud dalam tokoh-tokoh yang dikemukakan, sistem kemasyarakatan, adat-istiadat, pandangan masyarakat, kesenian, dan benda-benda kebudayaan yang terungkap dalam suatu karya sastra. Penyair Indonesia berasal dari bermacam-macam, sesuai dengan jumlah suku bangsa Indonesia. Dengan demikian, ada latar sosialbudaya Sulawesi, Kalimantan, Aceh, Batak, Minangkabau, Melayu, Sunda, Jawa, Bali, Madura, dan sebagainya. Untuk memahami dan memberi makna sajak yang ditulis oleh penyair Sunda, Bali, Jawa, dan sebagainya diperlukan pengetahuan tentang latar sosialbudaya yang melatarinya. Misalnya, untuk memahami sajak-sajak Linus Suryadi yang berlatar budaya wayang, begitu juga sebagian sajak Subagio Sastrowardojo, pembaca harus memiliki pengetahuan tentang wayang. Beberapa sajak Subagio Sastrowardojo yang termuat dalam Keroncong Motinggo, adalah "Kayon", "Wayang", "Bima", "Kayal Arjuna", dan "Asmaradana". Dalam pembuatannya, diperlukan pengetahuan tentang wayang dan cerita wayang. Dalam "Asmaradana" diceritakan episode cerita Ramayana. Asmaradana adalah nama sebuah tembang Jawa yang dipergunakan untuk menceritakan percintaan atau berisi percintaan. Sita dibakar untuk membuktikan kesuciannya. Ia belum terjamah oleh Rahwana yang menculiknya dari Rama. Namun, dalam sajak "Asmaradana" ini cerita diubah oleh Subagio, yaitu Sita memang melakukan sanggama dengan raksasa (Rahwana) yang melarikannya. Hal ini dilakukan

Sumber: www.images.google.com

Gambar 12.1 Gambaran sosial masyarakat merupakan sumber inspirasi dalam menulis puisi.

Kehidupan

217


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.