Sengketa Tiada Putus: Matriarkat, Reformisme Islam, dan Koloniasme di Minangkabau

Page 327

Keluarga-Keluarga dalam Gerak

285

supaya semuanya orang bersatu laki2 perempuan. Sungguhpun begitu banyak juga yang belum mengerti bersatu cara bagaimana? Bersatu tentang apa? Dan kemana? Itulah yang patut kita terangkan sedikit sekedar pokok2 dan asal2nya saja… wabilah altaufik.

Haji Rasul kemudian meninjau kewajiban-kewajiban reli­ gius untuk bersatu: dalam iman, menurut kelima rukun Islam, pengajaran-pengajaran Quran dan Hadis, dan dalam penghin­ daran dari hal yang terlarang. Sedang yang dinamakan perintah Allah itu, ialah segala kebaikan dan yang dinamakan larangan Allah, ialah segala macam kejahatan! Kebaikan dan kejahatan itupun rata pula madalulnya! Kepada diri- kepada akal- kepada kepercayaan- kepada harta benda- kepada kaum famili- kepada bangsa- kepada negerikepada segala hamba Allah- kepada tertib sopan- kepada dunia- kepada akhirat- kepada kezohiran kepada kebatinan dan lain2 sebagainya.

Haji Rasul melanjutkan dengan suatu kritik terhadap organi­ sasi-organisasi politik sekuler. Dia berbicara dalam bahasa yang tidak terlalu jelas. Setelah pemberontakan komunis 1926-1927 di Jawa dan Sumatra Barat, negara kolonial telah menangkapi dan menghukum mati atau memenjarakan hampir semua aktivis komunis, musuh-musuh bebuyutan Haji Rasul. Tapi negara kolonial—yang juga ditolak Haji Rasul—menjadi makin tidak toleran atas aktivisme politik pada umumnya, dan ulama-ulama terpaksa berhati-hati dalam khotbah-khotbah dan publikasipublikasi mereka. Dia melanjutkan: Bersatulah dengan iman yang teguh! Bersatulah dengan niat yang suci! Bersatulah menurut jalannya Allah! Bersatulah

ISI Sengketa new.indd 285

22/09/2010 23:03:51


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.