Edisi 30 Januari 2011 | Balipost.com

Page 15

15

Minggu Pon, 30 Januari 2011

Aksara Tanah dan Belalang... zTerang Galang Lapang... APA ITU TANAH? Tanah adalah sebutan untuk alat tulis yang menurut sumber shastranya dipergunakan oleh para kawi untuk menuliskan karya-karyanya. BAGAIMANA bentuk alat tulis bernama Tanah itu tidak diketahui dengan pasti. Kemungkinan alat tulis itu berbentuk memanjang seperti pensil yang bisa patah, karena dalam karyanya seorang kawi pernah mengatakan bahwa dirinya akan terus menulis sampai Tanahnya patah (panikelan tanah). Maksudnya, barangkali, ia akan terus memuja dewa pujaannya yang ada di dalam hatinya dengan cara mengalirkan kata-kata dan aksara. Itulah Tanah. APA ITU TANAH? Tanah adalah unsur Panca Mahabhuta yang paling berat, dan ada pada urutan terbawah setelah udara, angin, api, dan air. Karena tanah menyangga keempat unsur yang ada di atasnya, maka di dalam tanah ada air, ada api, ada angin, dan ada udara. Ketika sebuah gunung meletus, maka yang akan ke luar dari gunung itu adalah tidak lain dari campuran keempat unsur

itu. Itulah Tanah. APA ITU TANAH? Tanah adalah tanu. Tanu adalah tubuh. Tubuh adalah badan kasar. Di dalam tubuh ada tanah, ada air, ada api, ada angin, ada udara. Oleh karena itu, tubuh disebut jagat kecil. Itulah Tanah. APA ITU TANAH? Dalam bahasa Bali tanah disebut lemah. Hal-hal yang berhubungan dengan tanah disebut palemahan. Dalam bahasa Bali kata lemah juga berarti paruh hari mulai dari matahari terbit sampai dengan matahari tenggelam. Lemah berhubungan dengan tanah yang terang. Bila pagi buta orang melemparkan uang kepeng ke tanah, kalau uang kepeng itu dapat kelihatan, maka itu pertanda sudah lemah. Kalau uang kepeng itu tidak kelihatan, itu berarti belum lemah, alias masih malam. DARI MANAKAH Mpu Bharadah berasal? Menurut sumber shastranya ia konon berasal dari daerah yang bernama Lemah Tulis. APAKAH Lemah Tulis itu? Lemah artinya tanah. Tulis artinya aksara. Jadi Lemah Tulis be-

rarti tanah aksara, atau aksara tanah. BAGAIMANA RUPA aksara tanah? Ada manusia tanah bernyanyi begini: ‘’Lang bukan alang-alang, walau alangalang tumbuh di tanah, rumput suci p e n g i k a t pikiran belakang gidat’’. Bait lagu itu dijawab oleh bait berikut: ‘’Lang bukan burung elang walau mata elang warna tanah melihat anak ayam jalan-jalan di bawah’’. Siapa manusia-tanah bernyanyi aneh itu? SEMUA ORANG adalah manusia tanah seperti rumput yang hamparannya membawa galang apadang alias terang walau tidak benderang seperti sinar tapi lapang di dada. AKSARA TANAH bukan suku kata terlarang. Tapi jangan sembarang. Kalau tidak, nanti bisa jadi belalang. Tentang apa semua ini? Entahlah! Bertanya bukanlah jawabannya! zibm. dharma palguna

DALANG leak ngundang leak di tempat ramai. Leyak datang penonton pun senang-senang tegang. TAK DISANGKA ayam j a n t a n berkukuruyuk tanda segera akan pagi. Maka satu persatu leyak bergegas pulang kandang. Ayam pun sudah tak heran, mengapa mereka mesti takut pada terang api matahari pagi. PARA WAYANG dimasukkan ke dalam kotaknya. Wayang dewadewa ditumpuk sesama dewa. Wayang raksasa ditumpuk sesama raksasa. Dalang kembali ke rumah. Penonton tidur lupa bangun. Matahari makin tinggi. Panggung jadi sepi. TENTANG APAKAH semua itu? Tentang pertunjukan. Dalang mempertunjukkan wayang-wayangnya. Wayang-wayang mempertunjukkan lakon cerita. Siapa dipertunjukkan oleh cerita kalau bukan diri penonton. SIAPA PENOTON kalau bukan diri ini, yang dekat tapi terasa jauh. Siapa leyak kalau bukan diri itu, yang tak jauh tapi terasa dekat. Begitulah pertunjukan, pasti akan berakhir. Dalang kembali ke sunyi dirinya. Leyak kembali ke gelisah hatinya. Penonton kembali ke hidupnya sehari-hari. TAPI KELAK akan ada lagi orang nandak wayang. Maka akan berulang kembali apa yang sudah pernah dipertunjukkan. Maka akan ditonton kembali apa yang sudah pernah ditonton. Namun demikian, setiap kali selalu ada sesuatu yang baru. Selalu ada cerita lain yang

Kelir, Blencong dan Dalang... zBayangan (Jauh dekat) Kesejatian... dibuat dan disebarkan dari mulut ke mulut. APA INI apa itu hanya dipisahkan oleh selembar kelir. Apakah kelir pemisah itu kalau bukan sejatinya tubuh badan kasar ini. Walaupun ada lampu blenjong tapi kalau tidak dinyalakan maka tidak akan ada bayangan yang nampak. BILA KELIR BERSIH dan lampu terang maka bayangan akan jelas. Tapi bayangan adalah bayangan. Bayangan bukan yang sejatinya. Lebih indah mana bayangan dengan sejatinya? Jawab sendiri jangan toleh kanan kiri. KALAU SINAR LAMPU berlebihan maka mata akan silau. Pasti tidak bisa melihat apa-apa. Maka jangan serakah pada sinar, begitu pesan orang yang tahu batas gelap dengan terang. JANGAN BERANI lama-lama menatap sinar matahari, nanti terbakar bola mata. Jangan berlebihan nonton bayangan, nanti bisa lupa bayangan sendiri. JANGAN PULA pernah lupa bahwa wayang itu pertunjukan dalang. Cerita itu karangan pengarang. Leyak itu adalah diri ini dan diri itu, alias ‘’iba’’ (I+Ba), alias ‘’iya’’ [I-Ya]. Mana sejati mana bayangan. Yang sejati dikaburkan. Yang kabur ditonton-tonton. PAGI-PAGI dalang leyak bangun tidur. Mata dikucek mulut menguap. ‘’Om Swastyastu!’’ Ada orang datang hendak nandak wayang. Sepakat! Dalang berangkat perbekalan lengkap. Panggung dibuat, kelir dipasang, lampu dinyalakan, gender ditabuh. ASAP DUPA sesaji harum se-

merbak. Penonton menunggu berjubel asap rokok apek menyengat. Toleh kiri toleh kanan jangan-jangan ada leyak menyusup di antara penonton. KONON ada leak lupa nama dirinya. Dalang yang pintar segera memberitahukan nama dan alamatnya. Kamu si anu, rumahmu di sana. Leak malu dirinya pelupa. Dari mana datangnya lupa kalau tidak dari tidak ingat. Dewa Ingat bernama Sang Hyang Menget. Diri yang lupa entah siapa dewanya. Kalau ada dalang salah sebut nama, maka leyak jadi tersinggung. Pertunjukan tambah seru. Penonton menunggu perang tanding dalang melawan leyak. Tapi keburu pagi. Pertunjukan selesai. Kelir digulung. KALAU ADA DALANG sakti leyak tak berani datang. Pertunjukan sepi, penonton menguap-nguap. Maka diundanglah leyak dari seluruh Bali, dari Lombok, dari seluruh Indonesia. Penonton tertawa. Yang mulanya dikira serem berubah jadi lucu. SIAPA YANG LUCU, leak atau dalang, atau keduanya, atau kita semua? Maka dari itu mari kita tertawai hidup ini. Kita tonton diri kita sendiri di depan cermin. Cermin itu selembar kelir. Bayangannya itu wayang. Entah siapa dalangnya, ia tidak kelihatan. Yang namanya tontonan dalam bahasa Bali disebut balih-balihan. Para kakek dan para nenek berpesan, katanya: ‘’Balih-balihin yen mebalih balih-balihan!’’ Maksudnya, kurang lebih, teliti sebelum membeli! zibm. dharma palguna

Dunia Satu... zni made purnamasari Habis tamat kubaca buku itu, namun dunia imajinya belum berakhir dalam anganku.

BPM/ole

BP Buleleng MALAM Apresiasi Sastra Singaraja di Open Stage Gubuk Relax, Jalan Surapati Singaraja, Rabu 26 Januari 2011 menampilkan sekitar sepuluh komunitas sastra di Kota Singaraja. Komunitas Mahima mementaskan musikalisasi dan teater ‘’Biru’’ dan Komunitas Rare Kual me-

nampilkan musikalisasi dengan iringan music tradisional smarandana. Lalu ada Teater Mata Kunci SMKN 3 Singaraja menampilkan teater Tunjung Biru dan Teater SMAN 4 Singaraja dengan fragmentasi puisi “Habis Gelap Terbit Terang”. Kemudian ada pembacaan puisi, drama pendek dan musik puisi dari Teater Kampus Seribu Jendela, Komunitas EED Undiksha, Komunitas Basindo

Undiksha dan musikalisasi dari seniman AA Barawida. Ratusan penikmat sastra, penulis muda, pelajar, mahasiswa dan sastrawan serta dramawan seperti Putu Satria Kusuma, Kadek Sonia Piscayanti, Arik Sariadi, Surya Kencana, Astika, dan lain-lain hadir meramaikan acara itu. Acara Apresiasi Sastra Singaraja akan menjadi acara bulanan setiap bulan.

Karma... SEHARIAN aku hanya di depan TV. Bila tubuh kita mengkhianati harapan, akhirnya akan tersisalah pilihan untuk pasrah. Atau ikhlas. Atau tak lagi menyisihkan energi untuk bertanya-tanya, apakah esok apakah setahun lagi, apakah bertahun-tahun. Hari ini adalah kenikmatan kita. Sambil merasakan akibat panas yang dicicipi kulit, tanpa melihat cermin aku tahu kecerahan tak ada di mata, juga kulit dipipiku. Aku tak bersemangat. Kuamati luka. enang-benang fibrinnya nampak seperti lelehan, meski pada akhirnya ia akan mengganti jaringan yang sudah terangkat oleh panas. Kebosanan merayap sangat cepat. Sesekali kita akan meringis oleh keadaan yang fluktuatif. Sangat sering dikala luka ada, kesadaran untuk lebih berhati-hati baru datang. Inikah karma yang dalam wujudnya bisa apa saja, bahkan miliaran? KINI, dalam episode berbeda aku harus seharian lagi di depan TV. Tidak ada agenda pergi kemana-mana hari ini. Tuhan menegurku untuk sesekali tak memenuhi buku batik kecilku dengan target-target. ‘’Istirahat sejenak ya, kataNya.’’ Telah kuhabiskan air mineral botol besar, cairan jambu yang manis. Cairan putih pols tanpa rasa itupun tak segan aku luncurkan lewat kerongkongan. Aku selalu bersemangat untuk minum. Cemas pertama kali mengurung keyakinan, getar tubuhku terasa ketika sebenarnya mata dan pikiranya sedang tak harmonis. Mataku bosan menatap layar 21 inchi itu, sedang pikiran melanglang buana. Bertanya-tanya. Mungkin ini karma kesekian. AKU BERDIRI di depan mesin ATM. Kertas putih itu berisi angka-angka. Aku tetap ingat kata temanku,’’ Bila tak diniatkan, tak akan pernah cukup apa yang telah diberikan padamu.’’ Aku tepis pikiran untuk menghitung sisa hari bulan ini. Bahkan mesti rasanya tak cukup, aku percaya ada terowongan keluar untukku. Tak butuh lama, waktu menjawabnya. Amplop putih. Aku mengerti. Dibalik luka-luka, ada masa bahagia yang sangat panjang. Ini karma dalam bentuk lain.

zsri jayantini KISAH INI konon terjadi di Gianyar, tapi entah kapan. Pelakunya adalah Pan Bekung yang setiap hari mencari daun Sente untuk dijualnya di pasar. Daun Sente adalah semacam Talas yang oleh pedagang palen-palen di pasar digunakan membukus irisan daun tembakau. Irisan daun tembakau sendiri adalah bagian dari paket sirihpinang. Orang Bali menyebutnya mako atau seseban. Oleh para menginang, mako adalah hidangan terakhir setelah lembar-lembar sirih berisi kapur, gambir dan pinang ludas terkunyah. Semacam appetizer-lah. Sekarang, paket itu sudah menjadi barang yang amat langka. HARI INI, entah kenapa, setelah mendapatkan seikat besar daun sente, Pan Bekung lupa jalan pulang. Ia tersesat jauh. Jalan-jalan yang ditempuhnya tak membawanya menuju rumah, melainkan ke rerimbunan yang asing baginya. Semakin lama berjalan, semakin jauh ia tersesat. Hingga sampailah Pan Bekung pada sebuah telaga kecil di mana ia langsung menyendokan telapak tangan dan meneguk air segar yang terperangkap di atasnya. BEGITU SETEGUK air masuk ke tenggorokannya, Pan Bekung terkesima. Bukan hanya karena seketika ia merasa bugar, tetapi kulit keriputnya mendadak kencang dan semangatnya kembali seperti saat ia berusia 30 tahun. Segera Pan Bekung berkaca di telaga. Wow! Dia menjadi muda kembali! Dia menjadi kuat kembali! Mendapati hal itu, segera Pan Bekung berlari menembus semak. Dengan ketangkasan yang luar biasa, dia berhasil mengurai ketersesatannya dan tiba di rumah dalam waktu yang tak begitu lama. Di rumah, Men Bekung, tak mengenalinya. Dengan cepat ia menyeritakan pengalamannya dan menyarakan agar istrinya itu datang ke sumber air dan meminum airnya agar ia pun kembali muda. TAK PERLU waktu lama bagi

Bayangkan, seorang ibu memeluk anaknya seharian, tak ingin diculik hantu-hantu di lengang petang. Bayangkan sebuah kotak surat, setiap detik dipenuhi beragam kartu dari belahan dunia yang lain. Bayangkan sebutir telur ingin mengingkari bahwa dirinya akan jadi seekor induk ayam. Dalam dunia itu, imaji adalah selapis tipis kenyataan. Dan semua yang sungguh ada adalah mimpi yang datang berulang, perlahan menjauh dari pusaran waktu. Dalam dunia itu, apa yang dibayangkan setiap saat dapat menjelma sesuatu. Dan apa yang diandaikan dapat saja hilang tak menjadi apapun.

Dunia Dua... zni made purnamasari Orang-orang percaya, segala sesuatu bermula dari cahaya. Lalu menjelma kata, mengada dalam suara di angkasa. Tapi tidak demikian halnya dengan lelaki itu, setia menunggui kailnya di tepi sungai ini. Ia meyakini, semua tercipta bermula dari angan-angan. Bagaimana ia bisa menciptakan sebuah kail tanpa berangan-angan mendapatkan seekor ikan? Bagaimana mungkin ia duduk di tepian, di bawah pohon yang rindang, bila tak membayangkan bahwa di sinilah beraneka ragam satwa air berenang riang di kedalaman sungainya? Bahkan tanpa cahaya, ikan-ikan mungkin masih ada mengarungi alur sungai. Lalu bagaimana mungkin orang-orang masih percaya bahwa segala sesuatu bermula dari sana?

Dunia Tiga... zni made purnamasari Suatu hari, seorang tua berkata, ‘’Tak ada yang lebih ajaib dari dunia fana ini. Aku bisa bertemu siapa saja, melihat dan menemukan apa saja, meski telah mengetahui bahwa semuanya hanya semata ilusi.’’ ‘’Semuanya selalu berubah. Seekor musang yang kemarin kulihat memanjat dahan dan dedaunan, kini lenyap menghilang entah kemana. Sebuah pensil yang kupakai menulis, akhirnya patah juga. Begitu juga dengan tanganku, yang dulunya kuat mengangkat segala sesuatu, kini lemah dan hampir-hampir tak berdaya. Mengetahui semua ini, selalu kemudian kita diliputi kerinduan, dan juga harapan, agar semua kembali seperti sedia kala: sebagaimana mulanya setiap benda kita temukan, rasakan atau lihat bersama.’’ Sebelum berpulang, seorang tua itu kembali berkata, ‘’Tapi sebagaimana mulakah diriku? Semasa kecil, kusadari bahwa diriku telah ada di dunia ini. Akan kembalikah aku, ke masa kanak-kanak dulu?’’

Gianyar dan Sebuah Dongeng Tidak Berlebih /Bibir Pantai biasa dengan Abrasi yang Menggila sebuah semangat yang membara. Hanya dalam hitungan menit keduanya sudah tiba di tujuan. Men Bekung langsung meminum air telaga dan segera mendapatkan keajaibanya. Ia kembali menjadi perempuan muda yang aduhai. Pan Bekung bungah dan mengajaknya segera pulang. Tak sabar hatinya untuk merayakan keajaiban ini. Tapi Sang Istri menolak. Ia meminta sedikit lagi waktu untuk merasakan kesegaran air telaga. Karena sedang bahagia, Pan Bekung mengabulkannya. Ia beranjak dari telaga dan menunggu istrinya di bawah sebuah pohon rindang tak jauh dari situ. Tapi, setelah agak lama dia menunggu dan istrinya tak kunjung menyusul, Pan Bekung penasaran. Ia bangkit dan berjalan menuju telaga. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati seorang bayi perempuan asyik bermain di tepi telaga. Setelah berpikir sejenak, mahfumlah Pan Bekung bahwa bayi itu adalah istrinya yang meminum terlalu banyak air telaga! KISAH INI diceritakan oleh kakek saya saat saya masih sangat belia. Ketika saya tanyakan telaga itu ada di mana, sambil menyelimuti saya yang bersiap tidur Kakek mengatakan bahwa telaga itu ada di Gianyar. Setelah besar, saya mencari telaga itu. Mula-mula saya duga telaga itu ada di Tampak Siring. Karena di wilyah itulah ada banyak mata air. Tapi tak ada telaga awet muda di sana. Kisah tentang pasangan Pan dan Men Bekung pun tak punya jejak di situ. Yang ada hanyalah kisah tentang Indra, dewa jagoan yang memimpin para dewa meng-impeached Prabu Maya Denawa. Persis seperti anggota DPR melengserkan seorang presiden. Indra bahkan lebih dari itu. Tidak hanya menggulingkan Sang

run silent..., run deep.... in the long long run, sail along SMSoliloquy

Coming on Age in Balidwipamandala ... 16 Agustus 2010

16 Agustus 2012

Hopla, hip hip Hela Dayung Komunitas SMP, SMA/SMK Denpasar... zInfo NONSTOPkring: 081529-040-616 (Nasa) 085237-153-087 (Joka) 081236-980-644 (Codi)... INGAT setiap tanggal 27 di Snerayuza kampung SEBUD Ubung Kaja Denpasar adalah peluang kreativitas komunitas Anda...

Menimbang Kota Berwawsan Budaya Setiap Tanggal 27... zRegresi Rarejarresure (Intens-Beh) di Snerayuza Kampung SEBUD... SANG SAKA smkn-1, LA-YOSE smak santo yoseph, LIMAS sman-5, ANTARIKSA sman-7, TEATER ANGIN smansa, TRIMAS-sman 3. Halo KOMUNITAS SMP Sederajat untuk Acara 27 Januari di MAS Teater ANGIN - SMANSA Jln. Kamboja, 27 Februari - 27 Maret 2011 kita kembali ke Snerayuza Kampung SEBUD.

Percikan MONOLOG Permenungan Mengukur Bumi Nusantaragung... zASSA Tiga Baris Puisi itu ASAS, Anacaraka Benih Gagasan... TIGA (3) ALINEA membujuk TIGA (3) LEMPENG Catatan Kecil CAKIL Prosapuisi, CERMIN (Cerita Mini) Lirisprosa VS CAKIL persembahan sepanjang 2011, TETAP menjadi PRIORITAS.

Greatthings are done when men and mountains meet... zSimbol Penaklukan Diri, Megah Mendung Zona Misteri dan Ancaman... These are not done by jostling in the street, Alas... BAGI mereka yang terpanggil terpilih, Selamat Datang SDMaritim karena ribuan pulau besar kecil (terluar dan terdepan) terus memanggil - Terus membujuk) mengundang penjelajahan bathin kita untuk mengarungi perairan pelosok Nusantara yang mencoba berdaya melayani 2011 dengan SAGARA Revolusi Biru GIRI

Raja dari tahta, ia juga menggiring si Durjana ke alam baka! ALASAN INDRA mengenyahkan Prabu Maya Denawa adalah karena raja perkasa itu menganggap dirinya sebagai Tuhan. Maya Denawa juga semena-mena terhadap rakyat dan suka mimik Arak. Sepanjang ingatan saya, saya setuju sepenuhnya pada apa yang dilakukan Indra. Pemimpin yang semena-mena memang harus dienyahkan. Hanya sekali saya pernah bimbang. Yakni ketika guru agama Hindu di sekolah saya menunjukkan sebuah ayat. Katanya ayat itu terdapat dalam Kitab Brhad Aranyaka Upanisad yang berbunyi: Aham Brahma Asmi. Artinya: Aku adalah Brahman. Aku adalah Tuhan! Ayat itu, kata sang Guru, mengajarkan bahwa sesungguhnya kita semua adalah bagian dari Tuhan. Dan, dalam diri kita ada Tuhan yang terperangkap oleh kebodohan dan nafsu duniawi. Waktu itu saya tergelitik dan bertanya: lalu, apa kesalahan Maya Denawa? Kenapa Indra menghukumnya hanya karena dia mengatakan dirinya adalah Tuhan? WAKTU ITU dengan lihai Sang Guru menjawab bahwa hukuman para dewa terhadap Maya Denawa adalah karena kesemena-menaan dan kejumawaannya. Titik. Saya tak punya bukti untuk menyangsikan. Sementara Sang Guru punya dogma yang telah mengendap kuat bukan hanya pada dirinya tetapi pada benak seluruh pemeluk Hindu di Bali. Pokoknya, pada semua orang yang gegapgempita merayakan hari Galungan. Kembali ke soal telaga awet muda. Dari Tampak Siring saya menuju selatan. Menurutkan alur salah satu sungai: Sungai Pakerisan. Barangkali di sekitar sungai ini ada jejak yang menunjukkan di mana telaga awet

muda itu dulu berada. Saya tiba di kawasan Candi Gunung Kawi. Juga Pura Pengukur-ukuran. Tak seberkas pun terlihat jejak yang saya cari di situ. Yang saya temukan adalah jejak bahwa di masa lampau sungai adalah sesuatu yang vital sehingga kerajaan-kerajaan Bali kuna didirikan di tepian sungai. Pada masa itu sungai mungkin semacam akses utama, untuk alam nyata maupun gaib. Sekarang, jalan rayalah yang utama. Terlebih ketika gemerincing dollar semakin nyaring terdengar. SAYA TERUS menuju hilir hingga tiba di pantai. Tetap tak saya temukan jejak yang saya cari. Di bibir selatan Kabupaten Gianyar itu saya malah terpesona dengan nama pantainya: Pantai Lebih. Ini menarik. Sebagai dataran rendah, kawasan itu diberi nama lebih bukan lebah (rendah) seperti umumnya di daerah lain di Bali. Jika dikatakan kawasan itu luas (berlebih), tidak juga. Ia hanya bibir pantai biasa. Bahkan dengan abrasi yang menggila, luas kawasan ini justru terus berkurang. Hingga sekian jauh, tak saya temukan asal-usul nama itu. Rasa penasaran saya pun jadi bertambah. Satu untuk telaga awet muda, satu lagi untuk nama Pantai Lebih. KETIKA NYARIS MENYERAH, di rumah saya menemukan buku lawas ditumpukan pustaka tinggalan kakek saya. Di antaranya terselip sebuah buku dongeng. Ketika saya baca, terkuaklah rahasia itu. Ternyata cerita tentang Pan Bekung dan telaga awet muda itu adalah cerita adaptasi dari dongeng Jepang! Rupanya saat itu Kakek berniat mengajarkan sikap tidak berlebihan kepada saya tapi tak punya dongeng yang pas untuk itu. Maka ia pinjam sebuah dongeng dari negeri lain dan menempatkannya di Gianyar. Ini upaya yang tidak berlebih, saya kira. zagung bawantara


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.