Edisi 25 April 2010 | Balipost.com

Page 6

DIMENSI

6 RAMALAN

BINTANG

Kalau Anda jatuh sakit, segeralah carikan obatnya, agar cepat sembuh. Masih banyak pekerjaan yang belum selesai, aturlah waktu agar tidak terbengkalai. Meskipun rezeki seret, pikiran jangan ruwet. Hiburlah diri dengan keluarga, bercanda dan tukar pikiran. Asmara: Percuma sakit hati, kalau sudah tidak ada kecocokan, ya putus saja. Meskipun banyak biaya yang harus dikeluarkan, keuangan Anda masih ada lebihnya. Rezeki lancar, bisa mengadakan kerja sama dengan orang-orang bermodal. Bila perlu cari kenalan di lain daerah, supaya tambah maju. Keluarga ikut mendoakan dan hemat keuangan, maka semuanya jadi sejahtera. Asmara: Selisih pendapat tak jadi masalah, asal tetap rukun dan bersatu. Jangan cari susah atau repot sendiri. Masalah sepele jangan dibuat bertele-tele. Ujian dan godaan asmara harus dilawan dan dihadapi dengan seksama, jangan sampai menjatuhkan nama baik serta menggagalkan rencana Anda. Keluargapun harus bersatu, jangan malah menambah permasalahan baru. Asmara: Ikuti nasihat ortu, kembalilah ke jalan yang benar. Karena cinta, Anda jangan buta. Masih ada harapan, jangan putus asa. Anjing menggonggong Anda tak perlu meladeni. Jalankan terus apa yang sudah direncanakan. Yang rajin, semangat dan penuh perhitungan untung rugi. Waspada dan selalu hati-hati. Keharmonisan keluarga dipertahankan, jangan mau diadu domba. Asmara: Ada orang yang tidak senang bila Anda berdua bahagia. Bintang bersinar terang, pertanda akan ada kemajuan dan keuntungan. Ada saja rezeki dan keberhasilan. Anda jangan bengong, sebab semua itu tidak akan ada bila tidak bekerja atau melakukannya. Keluarga akan makmur sejahtera bila Anda berhasil. Ajaklah sembahyang. Asmara: Apa yang dibicarakan sang kekasih harus didengarkan, dipuji. Jangan dicela. Orang sabar disayang Tuhan, tidak minta pasti diberi. Orang rajin tentu pandai dan yang mau hemat tentu kaya raya. Mengalah bukan berarti kalah dan kegagalan bukan berarti punah. Semua merupakan awal dari kesuksesan. Keluarga masih menyenangkan, bisa menghibur Anda. Asmara: Jangan dendam atau sakit hati. Bukalah lembaran baru. Kabar gembira akan datang. Apa yang tidak Anda inginkan malah memuaskan. Rezeki yang tidak disangkasangka sering terjadi, sungguh mengherankan. Jangan lupa bersyukur, sembahyang dan beramal. Keluarga juga jangan arogan, sombong, tidak menghormati tetangga. Asmara: Yang dulu Anda benci sekarang benar-benar Anda cintai. Begitulah rahasia ilahi. Yang sabar dan prihatin, sebab minggu yang suram mendatangkan masalah dan kerugian. Tetaplah bertahan dengan apa yang ada, jangan spekulasi dan melaksanakan hal-hal baru. Pandai-pandailah mengatur keuangan agar semua bisa berjalan termasuk kebutuhan keluarga. Asmara: Jangan diharap bisa rukun kembali. Memang bukan jodoh Anda. Apa yang Anda inginkan masih bisa dilanjutkan. Yang semangat dan optimis. Luaskan hubungan ke lain daerah, tukar pengalaman dengan orang-orang yang sudah berhasil. Maju terus sampai berhasil. Jangan terpengaruh godaan asmara. Keluarga harus diutamakan, kebutuhan tiap hari dipenuhi. Asmara: Makin dekat di hati, nempel bagaikan perangko. Jangan takut mencoba, sebab ada harapan berhasil. Buatlah rencana yang matang, bila perlu dikonsultasikan dengan pakarnya, agar lebih meyakinkan. Semangat, penuh optimis dan boleh kerja sama. Keluarga tidak perlu ikut campur, biarkan berdiri sendiri. Asmara: Harus bisa menarik simpati keluarga, jaga tingkah laku dan pembicaraan Anda. Keberhasilan yang Anda idam-idamkan, akan menguras tenaga dan pikiran. Harap diadakan perincian, waktu untuk istirahat seimbang dengan waktu untuk bekerja. Kebutuhan uang harus disesuaikan agar tidak macet di tengah jalan. Keluarga sedang kalut, Anda yang tenang selesaikan dengan baik. Asmara: Jangan suka memaksa, berilah kesempatan berpikir. Soal yang sulit masih bisa diatasi, keuangan cukup, bintang penolong akan datang tepat waktu. Anda yang optimis, rajin dan disiplin. Tunjukkan kesungguhan Anda dan rasa tanggung jawab Anda. Keluarga membantu doa dan yang punya kemampuan, mencari tambahan hasil. Asmara: Ikuti saran dan nasihat ortu, jangan keras kepala.

Diasuh Oleh

Putri Wong Kam Fu Berlaku:

25 April s.d. 1 Mei 2010

Minggu Pon, 25 April 2010

Membangun Bali yang Hijau dan Sejahtera Trini chandamsi kavayo viyatire. Puru upam darsatam visvacaksanam Apo vata osadhayastani Ekasmin bhuvana arpitani. (Atharvaveda XVIII.I.17). Maksudnya: Orang bijaksana memelihara dan melindungi tiga benda yang utama menutupi alam semesta terutama bumi ini. Bentuknya berbeda-beda tetapi saling melengkapi. Tiga benda utama itu adalah air (apah), udara (vata) dan tumbuh-tumbuhan bahan makanan dan obat-obatan (ausadha). Tiga benda ini tersedia di setiap dunia sebagai sumber kehidupan. UPAYA menjaga kesuburan tanah Bali telah dilakukan sejak zaman dulu. Dalam Lontar Manawa Swarga 18 pada zaman kerajaan dahulu ada dinyatakan bahwa; barang siapa yang menebang pohon tanpa izin raja dihukum denda lima ribu uang kepeng. Ada juga salah satu desa pakraman di Bali pada zaman dahulu yang memiliki awig-awig yang menetapkan bahwa; barang siapa yang menebang pohon tanpa izin Bendesa akan dikutuk agar kepalanya botak. Tentunya yang dimaksud botak di sini adalah gunung atau bukit. Kalau gunung atau bukit itu gundul maka akan sangat berbahaya bagi kehidupan tumbuhtumbuhan. Demikian juga berbagai hari raya Hindu di Bali banyak yang berfungsi untuk memotivasi umat Hindu untuk menjaga kesejahteraan alam yang dalam Sarasamuscaya 135 disebut bhuta hita. Bhuta artinya alam yang dibangun oleh lima unsur alam yang disebut Panca Maha Bhuta. Kata hita artinya sejahtera. Dengan demikian bhutahita artinya mengupayakan kesejahteraan alam sebagai sumber kehidupan semua makhluk hidup. Karena itu pengertian bhuta yadnya dalam Lontar Agastya Parwa sebagai upaya untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan (bhuta yadnya ngaran tawur muang kapujang ring tuwuh). Upaya Pemda Bali di bawah pimpinan Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk membangun Bali sebagai pulau yang hijau (green island) dan juga pulau organic sebagai salah satu bentuk program Bali Mandara sudah sangatlah tepat. Karena amat sesuai dengan konsep pustaka suci Hindu dan juga tradisi Hindu yang

Oleh I Ketut Wiana sudah berlangsung sejak dahulu. Unsur alam yang paling nampak melapisi bumi ini adalah Tri Chanda yaitu vata (udara), apah (air) dan ausada yaitu tumbuhtumbuhan bahan makanan dan obat-obatan. Tiga lapisan bumi ini wujudnya berbeda-beda, tapi ia saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya agar semuanya dapat berfungsi dengan sempurna. Tanah tidak akan berfungsi sebagai tempat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan apa bila tidak ada air masuk ketanah tersebut. Demikian juga kalaupun ada tanah yang gembur dan air mengalir dengan cukup kalau udaranya kotor dan panas melebihi ambang batas, maka tumbuh-tumbuhan itupun tidak akan dapat tumbuh dengan sempurna. Demikianlah tiga selubung bumi yang disebut Tri Chanda ini berbeda-beda bentuk dan fungsinya tetapi saling melengkapi. Eksistensi Tri Chanda tersebut harus dijaga dan dilindungi oleh mereka yang bijaksana. Dewasa ini ketiga lapisan selubung bumi tersebut eksistensinya di Bali banyak mengalami gangguan. Misalnya air banyak yang bablas ke laut dan yang masih mengalir di daratan sudah tercemar oleh kecerobohan ulah manusia. Hutan yang semakin langka pohon tanem tuwuh semakin hilang tanpa pengganti. Semakin banyak lahan dibangun bangunan yang menyingkirkan pohon-pohonan di daratan. Pohon-pohonan di hutan banyak yang ditebangi untuk memenuhi kebutuhan sesaat untuk hidup mewah. Dengan demikian hutan menjadi semakin gundul. Salah satu fungsi hutan adalah menjadi waduk alam yang mampu menampung milyaran kubik air untuk menghidupi mata air untuk disalurkan memenuhi berbagai kebutuhan hidup di muka bumi Bali ini. Melindungi pohon-pohonan di buma bumi Bali baik yang ada di hutan maupun diluar huan menjadi semakin penting untuk menjadikan Bali sebagai pulau hijau atau green island. Tanah dewasa ini banyak dibeton atau ditutup dengan paving sehingga air mengalami kesulitan masuk ke tanah. Karena itu membuat aturan tertulis agar pekarangan rumah, kantor, bangunan umum dan sosial keagamaan wajib dibuatkan

sarana penampung air seperti biofori dan dalam bentuk yang lain. Sarana itu agar berfungsi untuk ‘’memanen’’ air di musim hujan. Jangan dibiarkan air terbuang ke laut sia-sia. Kalau dibiarkan seperti sekarang ini air di Bali akan semakin langka di Pulau Dewata ini. Demikian juga tanah Bali wajib dilindungi lebih serius oleh semua pihak dengan perencanaan yang benar dan tepat. Salah satu fungsi tanah adalah sebagai lahan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan. Kalau tanahnya itu semakin sempit untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan tentunya akan menimbulkan akibat negatif pada air dan juga udara. Salah satu fungsi tumbuh-tumbuhan di samping sebagai bahan makanan dan obat-obatan juga sebagai pembersih udara. Karena itu udara yang berhembus dari hutan yang rindang ke tempat pemukiman udara yang bersih. Karena itu dalam Lontar Bhuwana Kosa VIII.2 dinyatakan bahwa daun, air dan tanah sebagai sarana pembersihan atau patra sauca, jala sauca dan pertiwi sauca. Tanah atau pertiwi dalam Atharva veda.V.25.5 ada dinyatakan bahwa perpaduan antara tumbuh-tumbuhan yang rindang dengan matahari yang bersinar terang akan terbangun atmosfir yang menyenangkan. Dalam Atharvaveda VIII.2.25 juga dinyatakan bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya akan hidup dengan selamat apabila kebersihan atmosfir dipelihara dengan sungguh-sungguh untuk menjaga tegaknya kehidupan. Dalam Atarvaveda VIII.7.10 ada dinyatakan bahwa; tumbuh-tumbuhan yang rindang dan subur akan membersihkan atmosfir yang beracun. Dari berbagai sumber pustaka suci Hindu itu membangun Bali sebagai pulau yang hijau atau green island adalah suatu langkah yang amat benar dan tepat. Karena itu masyarakat Bali dan umat Hindu khususnya marilah tingkatkan upaya nyata bersama pemerintah Bali untuk berbuat nyata membangun Bali menjadi green island, pulau organic untuk menjaga kemurnian tanah tidak dipaksakan kesuburannya dengan pupuk kimia. Pupuk kimia akan menyuburkan tanah Bali untuk sementara saja. Selanjutnya kita akan mewariskan tanah gersang yang tidak menumbuhkan suburkan tanaman dengan cara alami.

MIMBAR AGAMA

Membentuk Cinta Kasih Bangkitkan Rasa Kasih Sayang kepada Sesama cita-cita masyarakat ZIGONG (Baca: Ceyang diidealkan, seperti kong): Bertanya: ‘’AdRedaktur yang tertulis dalam alah satu kata yang bisa Khusus kitab catatan kesusidijadikan pedoman seulaan/Li-Ji. mur hidup?’’ Nabi KongMIMBAR Tatkala dunia di jalan zi/ Khonghucu bersabsuci yang agung, orangda: ‘’Itulah MemaafKHONGHUCU orang yang memerintah kan’’. Yang didasari dipilih menurut kebijakdengan perilaku diri, WS. CH. Budhi S. Pribadi sanaan dan kecakapanyaitu ‘’Apa yang diri nya sehingga sifat saling sendiri tiada inginkan janganlah lakukan pada orang lain’’. percaya dan dapat dipercaya. Serta suaDalam ajaran Agama Khonghucu dise- sana damai sentosa terdapat dimanabut ‘’SHU’’ (Kitab Sabda-Suci/Lu-Yu: mana. Orang tidak hanya menganggap orang tua sendiri sebagai orang tuanya Bab: XV:24). SHU/Tpasarira/teposaliro/ tenggang dan tidak hanya menganggap anak rasa, adalah Cinta Kasih Dua Arah, se- sendiri sebagai anaknya. Orang-orang yang lanjut usia dapat buah inti dari sistem etika tuntunan moral tertinggi yang diajarkan Khong- perawatan baik-baik; yang dewasa hucu untuk umat manusia secara uni- mengembangkan kemampuannya, dan versal yang mempunyai makna yang anak-anak mendapat asuhan dan bimbingan. Para janda balu, yatim-piatu, penluas dan dalam; - Cinta kasih awalnya harus dijalan- derita cacat dan sakit mendapat perakan dalam sisi kehidupan dari hubun- watan baik-baik; para pria mendapatkan gan orang paling dekat, kemudian pekerjaan, para perempuan mempunyai berkembang kehubungan yang lebih rumah tangganya. Orang tidak suka membiarkan jauh, yaitu orang tua dan saudara sekandung yang disebut Bakti/Xiao. Den- barang-barang telantar, tetapi juga bugan rasa hutang budi, rasa terima kasih kan untuk diri sendiri saja, tidak suka anak terhadap orang tuanya, sang tidak sungguh-sungguh bekerja/tetapi kakak dengan tanggung jawab dan per- juga bukan untuk kepentingan sendiri lindungan terhadap adik, sebaliknya saja. Maka, tidak ada kecurangan atau tipu muslihat, tiada pencuri atau peramadik harus menghormati kakak. - Cinta kasih antarhubungan suami- pok, sehingga tidak perlu pintu luar diistri. Suami harus melindungi istri dan tutup. Demikianlah dunia dalam jalan berkewajiban memberikan nafkah suci agung/kebersamaan agung/dunia dalam lahir dan batin; Ibu merawat dalam perdamaian. Bilamana ajaran ‘’Cinta kasih’’ tidak anak dengan penuh kasih sayang. -Cinta kasih antarhubungan dijalankan dalam sisi kehidupan nyata pemimpin dan bawahan harus harmon- sehari-hari sebagai pedoman perilaku is, sang pemimpin membina dan men- adalah hanya menjadi teori kosong. gayomi bawahan. Sebaliknya bawahan Maka ‘’Cinta Kasih’’ adalah merupakan harus pula patuh dan satya terhadap ‘’Golden Rule/Jalan Emas’’ bagi kehidupemimpin; Guru harus dengan penuh pan umat manusia yang diajarkan nabi rasa kasih sayang memberikan ilmu ke- Khonghucu yaitu ‘’Tidak melakukan sepada murid dengan tegas, dan sang suatu yang mungkin saja membuat ormurid harus pula hormat dan taat ter- ang lain tidak senang hati’’. Golden Rule ini berbeda dengan yang hadap sang guru. Adapun nilai-nilai cinta kasih terse- dianut budaya barat yang menekankan but adalah etika yang lazim dikenal den- ‘’Berikanlah milikmu yang terbaik kepagan “Delapan Kebajikan (BA-DE)” da orang lain’’. Hal ini memang memdalam ajaran agama Khonghucu, yaitu: berikan sesuatu kepada orang lain, adalah suatu pemberian, namun hal itu 1. Berbakti (Ziao) belum tentu baik bagi orang lain, kare2. Sayang kakak-adik (Ti) na adanya landasan yang menimbulkan 3. Satya (Zhong) rasa pemaksaan yang tidak menyenang4. Dapat Dipercaya (Xin) kan. 5. Susila (Li) Oleh karena itu, cinta kasih dalam 6. Kebenaran (Yi) ajaran Khonghucu sebagai ajaran ke7. Bersih/tidak korup (Lhiam) 8. Tahu malu (Zhi), yang semuanya be- manusiaan universal, yaitu bila kita ingin tegak atau maju. Sukses; berusarakar dari ‘’Cinta-Kasih/Ren’’. Cinta kasih dua arah ini, dalam pel- halah agar orang lainpun tegak dan aksanaannya kadang orang berat se- maju dalam sisi kehidupan. Layaknya belah, yang akhirnya “etika” yang baik memperlakukan orang lain seperti layini, disalahgunakan menjadi sifat tirani aknya terhadap diri kita sendiri, denantara yang berposisi di atas terhadap gan kata lain, setiap menghadapi yang berposisi di bawah yang disebut masalah, tidak memikirkan diri sendiri saja, tetapi juga memikirkan Alienasi Etika. Ajaran Cinta-Kasih (Ren) dalam ag- perasaan/harapan orang lain, mengharama Khonghucu, selain sebagai standar gai orang lain. Inilah pola hidup di etika orang-orang, juga dipakai sebagai dalam keharmonisan bermasyarakat, etika kenegaraan, agar tercapai suatu berbangsa dan bernegara.

Art Centre Denpasar, Sebuah Paradoks MASYARAKAT Bali beruntung memiliki peradaban yang berlatar beragam estetika. Sungguhpun tak sengaja disadari, orang Bali sejak lahir bergerak dalam olah budaya yang melekat menyatu dengan bertumbuhnya kehidupan sosial mereka. Sentuhan kulturistik yang berdenyut natural seperti meruat setiap sosok manusia Bali, termasuk mereka yang memilih bermukim di Bali. Sesungguhnya “kemelut” penciptaan bagi para seniman Bali hanyalah seonggok tanda tanya ”siapa yang semestinya menyediakan infrasuktur perangkat budaya yang memadai?” Pemerintah, swasta, para pecinta seni atau yang lainnya, yang jelas tak ada yang sanggup memberi jawaban tegas dan aktual bahwa itu harus diadakan. Tetapi kita tentu tak menutup mata bahwa seni dan budaya sejak dulu telah menjadi bagian dari tata kelola pemerintah melalui dinas kebudayaan. Karena itu kehadiran pranata penunjang kesenian sebagai media perjuangan untuk menggali dan mengembangkan sumber-sumber kearifan budaya Bali, tak boleh dinafikan bahwa itu sesungguhnya telah terbangun, meski harus diakui telah terjadi ketidakmampuan kita untuk memelihara dengan baik. Area yang luas, semisal Art Centre Denpasar boleh menjadi bukti nyata. Pada mulanya gedung mewah dengan arsitektur yang unik karya dari seorang undagi I.B. Tugur, diharapkan akan menjadi pusat kegiatan seni budaya yang dihuni para penggiat seni. Konsep dan tata bangunan yang ada, bila difungsikan dengan baik, menawarkan ruang yang luas bagi segmentasi seni yang tumbuh beragam di Bali. Ide ini tentu amat sangat sederhana, karena seorang I.B. Tugur terbilang paham dengan kebutuhan kesenian, bahwa para seniman Bali dalam berkarya jelas memerlukan ruang kerja komunal, sebagai sisi lain cara berinteraksi dan komunikasi di antara mereka. Artinya, di samping kerja personal yang kontemplatif, para seniman memerlukan

media untuk saling bertemu berbagi ragam gagasan cipta secara kelompok. Nah, Art Centre Denpasar semestinya sanggup merangkum segala kegiatan itu, tinggal bagaimana Dinas Kebudayaan mengelola agar suasananya tetap berdenyut dengan binar budayanya. Disorientasi Manfaat Apa yang bisa dilihat sekarang di Art Centre, serupa lansekap budayan yang nyaris kehilangan rohnya. Kesannya amat gamang dari sentuhan para seniman. Walaupun ada, kita hanya melihat sesekali kegiatan latihan teater di pojok Gedung Kriya yang dikelola Yayasan Arti Denpasar. Atau sekelompok mahasiswa ISI Denpasar jurusan tari meminjam pojok halaman untuk sekadar latihan, nyaris tanpa jadual dan koordinasi. Lalu kemana kreativitas kesenian yang lain yang juga memberi warna kepada nafas kebudayaan Bali? Seni rupa, seni sastra, seni karawitan, musik, photografi hampir tak ditemukan geliat kreasi atau upaya pembelajaran di sini. Kecuali kalau ada agenda pameran di ruang pajang Gedung Kriya, yang sudah mulai rapuh dan berkarat. Bila dicermati ketidakhadiran rupa-rupa kesenian di atas untuk bisa sesekali bergiat di Art Centre, justru membuat fungsi Art Centre sebagai pusat penciptaan dan pengembangan kebudayaan telah kehilangan makna. Padahal untuk menggairahkan semangat seperti itu, Dinas Kebudayaan bisa melakukan pendekatan kepada kelompok-kelompok kesenian, dengan stimulus agenda kegiatan yang jelas dan menarik. Persoalannya institusi ini sering tak memiliki agenda terstruktur di luar penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali yang repetitif. Seperti kehabisan akal, belakangan gelaran tahunan ini justru mengesankan catatan yang sebanding antara substansi kesenian yang dihadirkan dibanding dengan gempuran pasar malam yang riuh dengan pekik promosi murahan. Bila keadaan ini terus dipertahan-

Bali Postdok

Art Centre Denpasar kan, bukan mustahil bila Pesta Kesenian Bali akan berubah menjadi pasar rakyat yang dilengkapi hasil produk kesenian tanpa kurasi. Tanda-tanda ini, sesunggunya sudah terasa, berbagai kekhawatiran dari para pecinta budaya pun sudah sering ditulis, tapi para pengambil kebijakan soal ini seakan kehilangan rasa untuk menata kembali kepada fungsi Art Centre, yang sudah berada di tepi disorientasi manfaat. Merindukan karya bermutu yang lahir dan terpajang di kawasan Art Centre, sungguh ibarat meminang mimpi indah. Ntah karena stagnasi program yang ada atau memang telah terjadi sekat yang menyebabkan media Art Centre semakin berjarak dengan seniman, khususnya para muda yang tengah memasuki semangat berproses. Dalam kontek seperti ini pola pikir para pengelola yang tertumpu pada kemeriahan pelaksanaan Pesta Kesenian Bali sudah seharusnya diimbangi dengan program lain yang sifatnya lebih sebagai edukasi dan publikasi hasil kekaryaan yang berkualitas. Sebab, bila tak segera disikapi, bukan tak mungkin pro-

gram Pesta Kesenian Bali akan didominasi pasar promosi barang-barang yang sama sekali tak bertalian dengan struktur seni budaya, alangkah ironisnya bila hasil kreasi dan ragam kesenian akan menjadi pelengkap yang terpinggirkan. Ini sebuah paradoks di mana media Art Centre yang seyogiaynya menjadi kiprah kehidupan para seniman, pada kesejatiannya justru tak ditemukan nuansa seperti itu. Revitalisasi program untuk membuat Art Centre sebagai pusat kreasi, tentu saja bermuara pada konsekuensi anggaran pemerintah. Pasti, dana pembangunan dan pemeliharaan harus ada. Namun kenapa mesti ada keraguan untuk menyisihkan anggaran, untuk menata pranata budaya yang konon telah menjadi jiwa pariwisata di Bali? Secara fisik, Art Centre yang sudah berusia hampir 40 tahun, sudah jelas membutuhkan rehabilitasi. Lihatlah ruang pajang koleksi Art Centre “Mahudara Mandara Giri” semua karya yang terpajang sungguh tak terawat, pencahayaan dan kebersihan karya yang dikoleksi sangat tidak memadai, sehingga kelembaban di sini menjadi

sangat tinggi yang berpengaruh pada percepatan kerusakan koleksi. Gedung Kriya, boleh dikatakan paling intens dipinjam (dengan sumbangan ala kadarnya) oleh para seniman untuk ruang pameran. Dengan tata lampu yang minim, tralies yang kropos dan ruang pamer yang menyedihkan, ini tetap menjadi pilihan khusunya bagi seniman pemula karena mereka memang tak memiliki pilihan lain. Bagaimana mungkin gedung ini bisa berdayaguna maksimal, bila pengelola tidak bergegas pada sistem tata kelola manajemen profesional. Misalnya, Gedung Krya dipugar dalam bentuknya dengan kondisi yang lebih memadai, kemudian diberlakukan sistem sewa bagi seniman yang menggunakannya. Tentu harus ada subsidi dari pemerintah sebagai bagian dari dukungan proses dan pembelajaran atas kreativitas yang berkembang. Ini boleh menjadi alternatif, ntah pengelola mungkin memiliki gagasan lain, yang jelas Bali sebagai basis kreasi seni budaya harus memiliki ruang pamer yang bermartabat, bisa disejajarkan dengan konsep pajang

manca Negara. Ini akan mampu menstimulasi seniman luar untuk berkolaborasi di sini. Kekhawatiran terhadap fungsi dan kondisi Art Centre, juga mengemuka pada simakrama para tokoh Bali dengan Gubernur Mangku Pastika, Maret silam. Sastrawan Nyoman Darmaputra, mengungkapkan keprihatinannya akan kondisi Art centre. Niat yang didasari rasa jengah seorang Darmaputra juga pernah ditulis dalam pengantar pameran Seni Rupa ôEntitas Nuraniö, pertengahan 2008 yang didedikasikan kepada tiga kandidat calon Gubernur dan wakil Gubernur Bali, termasuk Made Mangku Pastika yang berhasil memenangi Pilkada. Saat itu Made Mangku Pastika juga menuliskan janji dan komitmen budaya. Masyarakat kesenian dalam posisi menunggu realisasinya. Bila saja dengan sebenarbenarnya ada kemauan pemerintah, pembangunan phisik dan program kerja Art Centre bisa dilakukan bertahap sesuai anggaran yang ada. Mulai dari perbaikan tata lampu, pemugaran ruang pamer dan yang lain secara prioritas. Kemudian harus dicoba dilakukan pendekatan kepada para tokoh dan seniman Bali dalam sosialisasi program kerja yang mengarah pada fungsi optimal kawasan ini. Di lain sisi para seniman juga harus mampu memberi masukan dan tidak hanya bertahan pada idealisme personal. Kepentingan personal sebagai proses yang ideal memang penting bagi kita, tapi bentuk-bentuk pemikiran yang berdampak pada penguatan kesenian dan kebudayaan Bali juga menjadi kepentingan bersama. Dengan kebersamaan, tentu aja segala persoalan yang menjadi sekat antara pemerintah dengan seniman, niscaya akan cair dengan nikmat bersama. Kalau ini tidak bisa dilakukan, jarak antara seniman dengan Art Centre akan semakin lebar, wilayah ini akan bergeser fungsi menjadi ruang pajang industri pabrikan. Nah, kalau sudah begitu, apa kata dunia! zwayan redika


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.