Kelas XI, Bahasa Indonesia

Page 57

Bab 4 Kesehatan barisan. Kami menunggu sampai semua anak lain pergi. Saya menunduk menatapnya dan dia mendongak menatap saya. Saya merasa bahwa untuk sesaat saya melihat suatu emosi selain kebencian memancar dari mata itu, sesuatu yang tidak menunjukkan kemarahan. Ketakutan? “Ayo ke sini.” Saya menariknya ke bangku dan menyuruhnya duduk di kursi seberang saya. “Ada yang perlu diluruskan di antara kita.”

Torey Hayden

Dia menatap saya dengan marah, bahunya yang mungil terangkat di balik bajunya yang sudah usang. “Tidak banyak peraturan di ruangan ini. Sebenarnya hanya ada dua, kecuali jika kita perlu membuat peraturan khusus untuk waktu yang khusus pula. Tapi secara umum hanya ada dua. Satu, kamu tidak boleh menyakiti siapa pun di sini. Tidak seorang pun. Tidak juga dirimu sendiri. Dua, kamu harus berusaha sebisamu untuk mengerjakan tugasmu. Itulah aturan yang kukira belum kamu patuhi sekarang.” Dia menunduk sedikit, tetapi matanya tetap menatap saya. Kedua kakinya naik dan sekali lagi dia mulai memeluk lutut dan menarik dirinya. “Kamu tahu, salah satu tugas yang harus kamu lakukan di sini adalah berbicara. Aku tahu itu sulit jika kamu tidak terbiasa melakukannya. Tapi di sini kamu harus berbicara dan itu merupakan bagian dari usahamu. Yang pertama selalu yang paling sulit, dan kadang kadang bisa membuat kamu menangis. Nah, kamu boleh menangis di sini. Tapi kamu harus bicara. Dan cepat atau lambat kamu akan bicara. Akan jauh lebih baik jika kamu melakukannya lebih cepat.” Saya memandangnya, berusaha mengimbangi tatapannya yang tak kenal takut. “Sudah jelas?”

Toray Hayden adalah seorang psikolog pendidikan dan guru pendidikan luar biasa yang sejak 1979 telah mengisahkan perjuangannya di ruang kelas dalam sekumpulan buku laris. Saat ini dia hidup dan menulis di North Wales, Inggris, dengan suami dan seorang anak perempuannya.

Wajahnya menjadi gelap karena marah. Saya takut akan apa yang mungkin terjadi kalau seluruh kebencian itu lepas, tetapi saya berusaha untuk menghilangkan ketakutan itu, dan tidak membiarkannya tampak di mata saya. Dia pandai membaca pancaran mata. Saya selalu merasa yakin untuk mengemukakan harapanharapan saya terhadap anak-anak. Beberapa rekan saya meragukan sikap saya yang terlalu langsung dengan anak-anak, mengingat kelemahan ego mereka. Saya tidak setuju. Meskipun mereka semua jelas mengalami kehidupan yang menyedihkan dan harga diri mereka terinjak-injak, tak seorang pun dari mereka yang lemah. Bahkan sebaliknya. Kenyataan bahwa mereka telah bertahan sekian lama setelah mengalami segala kesulitan itu merupakan bukti kekuatan mereka. Namun, mereka semua menjalani hidup yang kacau dan menularkan kekacauan itu kepada orang lain melalui sikap mereka yang mengganggu. Saya merasa tidak berhak menambah kekacauan itu dengan membiarkan mereka menerka-nerka tentang apa yang saya harapkan dari mereka. Saya percaya bahwa menetapkan struktur merupakan metode yang bermanfaat dan produktif bagi semua anak, sebab hal itu menghapuskan kekaburan hubungan kami. Jelas-jelas mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mengatasi keterbatasan mereka sendiri tanpa bantuan, sebab, kalau tidak mereka tidak mungkin ikut kelas saya. Begitu tiba waktunya mereka

47


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.