Islamku-Islam Anda-Islam Kita - Gus Dur

Page 7

Pengantar Redaksi

B

ahwa “Tuhan tidak perlu dibela”, itu sudah dinyata­ kan oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dalam suatu tulisannya yang kemudian menjadi judul salah satu buku kumpulan karangannya yang diterbitkan bebe­ rapa tahun la­­lu. Tapi, bagaimana dengan umat-Nya atau manu­ sia pada umum­nya? “Merekalah yang sebenarnya justru perlu dibela” ketika me­­­re­­ka menuai ancaman atau mengalami ketertindasan dalam se­lu­ruh aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama. Konsekuensi dari pembelaan, adalah kritik, dan ter­ kadang terpaksa harus mengecam, jika sudah melewati ambang toleransi. “Pembelaan”, itulah kata kunci dalam esai-esai kumpul­ an tulisan Abdurrahman Wahid kali ini. Maka, bisa dikatakan, esai-esai ini be­rangkat dari perspektif korban, dalam hampir se­ mua kasus yang dibahas. Wahid tidak pandang bulu, tidak membedakan agama, et­ nis, warna kulit, posisi sosial, agama apapun untuk mela­kukan­ nya. Bah­kan, Wahid tidak ragu untuk mengorbankan image sen­ di­ri—sesuatu yang seringkali menjadi barang mahal bagi mereka yang merasa sebagai po­litisi terkemuka— untuk membela korban yang memang perlu dibela. Maka orang sering terkecoh bahwa seolah Wahid sedang mencari muka ketika harus mengorbankan dirinya sendiri. Munculnya tuduhan sebagai ketua ketoprak, kle­ nik, neo-PKI, dibaptis masuk Kristen, kafir, murtad, agen Zionis Yahudi dan sebagainya, tidak akan menjadi beban bagi dirinya ketika harus membela korban. g vii h


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.