Islamku-Islam Anda-Islam Kita - Gus Dur

Page 284

Islam, PENDIDIKAN DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA

ha­dapi “kemajuan Barat”. Seolah-olah Islam akan kalah dari per­ adaban Barat yang sekuler, jika tidak digunakan kata-kata ber­ bahasa Arab. Tentu saja rasa kurang percaya diri ini juga dapat dilihat da­lam berbagai aspek kehidupan kaum muslimin seka­ rang di se­luruh dunia. Mereka yang tidak pernah mempelajari agama dan ajaran Islam dengan mendalam, langsung kembali ke “akar” Islam, yaitu kitab suci al-Qur’ân dan Hadits Nabi Saw. Dengan demikian, penafsiran mereka atas kedua sumber tertulis agama Islam yang dikenal dengan sebutan dalil naqli, menjadi superficial dan “sangat keras” sekali. Bukankah ini sumber dari terorisme yang kita tolak yang menggunakan nama Islam? Dari “rujukan langsung” pada kedua sumber pertama Is­ lam itu, juga mengakibatkan sikap sempit yang menolak segala macam penafsiran berdasarkan ilmu-ilmu agama (religious subject). Padahal penafsiran baru itu adalah hasil penga­lam­an dan pemikiran kaum muslimin dari berbagai ka­wasan dalam wak­­tu yang sangat panjang. Para “Pemurni Islam” (Islamic purita­nism) seperti itu, juga membuat tudingan salah alamat ke arah tradisi Islam yang sudah berkembang di berbagai ka­was­an se­ lama ber­abad-abad. Memang ada ekses buruk dari pe­nga­laman per­kem­bangan pemikiran itu, tetapi jawabnya bukanlah berben­ tuk puritanisme yang berlebihan, melainkan da­lam kesa­daran mem­bersihkan Islam dari ekses-ekses yang keliru tersebut. Agama lainpun pernah atau sedang mengalami hal ini, se­ per­ti yang dijalani kaum Katholik dewasa ini. Reformasi yang dibawakan oleh berbagai macam kaum Protestan, bagi kaum Ka­tholik dijawab dengan berbagai langkah kontrareformasi se­ menjak seabad lebih yang lalu. Pengalaman mereka itu yang kemudian berujung pada teologi pembebasan (liberation theo­ logy), merupakan perkembangan menarik yang harus dikaji oleh kaum muslimin. Ini adalah pelaksanaan dari adagium “per­ beda­an pen­dapat dari para pemimpin, adalah rahmat bagi umat (ikhtilâf al-a’immah rahmat al-ummah).” Adagium tersebut ber­mula dari keten­tu­an kitab suci al-Qur’ân: “Ku-jadikan kalian Sistem teologi semacam ini disebut juga dengan rumusan berteologi yang mempunyai visi sosial dan kemanusiaan. Adalah Farid Essack, seorang pemikir Islam berkebangsaan Afrika Selatan melalui karyanya, Qur’an, Libera­ tion, and Pluralism (Oxford: Oneworld Oxford, 1997) ingin menunjukkan bah­ wa ajaran-ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an adalah ajaran yang membebaskan.

g 246 h


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.