Islam dan Keadilan Sosial
45 dengan kebijakan pemerintah, terdapat kesenjangan dan per bedaan yang sangat menyolok. Dapat dikatakan, kebijakan peme rintah di bidang ekonomi tidaklah didasarkan pada konstitusi. Dengan demikian dapat disimpulkan, ketentuan UUD ditinggalkan karena keserakahan beberapa orang saja yang menginginkan keuntungan maksimal bagi diri dan golongan mereka saja. Ini adalah sikap dan kebijakan pemerintah yang harus dikoreksi oleh masyarakat dengan tegas. Keengganan kita untuk melaku kan koreksi itu, hanya akan mengakibatkan kebijakan dan sikap pemerintah yang lebih jauh lagi menyimpang dari ketentuan UUD 45. Hendaknya pun pemerintah bersikap lapang dada dan me nerima kritikan atas penyimpangan dari UUD 45 itu, sebagai sebuah masukan yang konstruktif. Kita memiliki UUD 45 yang harus diperhatikan dan tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Kalau ingin menyimpang dari ketentuan konstitusi itu, maka konstitusi harus dirubah melalui pemilu yang akan datang. Se perti halnya pengamatan Jenderal (Purn.) Try Soetrisno, bahwa rangkaian amandemen yang diputuskan sekarang telah menja dikan sistem politik kita benar-benar liberal, yang berdasarkan suara terbanyak saja. Tentu ini harus dikoreksi dengan amande men UUD lagi, karena hak minoritas harus dilindungi.
eg Dalam memahami perubahan-perubahan sosial yang ter jadi, kita juga harus melihat bagaimana sejarah Islam menerima hal itu sebagai sebuah proses dan melakukan identifikasi atas ja lannya proses tersebut. Dalam hal ini, penulis mengemukakan sebuah proses yang kita identifikasikan sebagai proses penaf siran kembali (reinterpretasi) atas ajaran-ajaran agama yang tadinya dianggap sebagai sebuah keadaan yang “normal”. Tanpa proses penafsiran ulang itu tentunya Islam akan sangat sempit memahami ayat-ayat al-Qurân. Seperti misalnya “Hari ini telah Ku-sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Ku-sempur nakan (pemberian) nikmat-Ku dan Ku-relakan bagi kalian Islam sebagai agama (al-yauma akmaltu lakum dînakum wa atmamtu ‘alaikum ni’matî wa radhîtu lakum al-Islâma dînan)” (QS. al-Maidah [5]:3). Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah telah menurunkan prinsip-prinsip yang tetap (seperti daging bangkai g 169 h