Islam, NEGARA DAN KEPEMIMPINAN UMAT
melainkan terpenuhinya rasa keadilan dalam kehidupan berma syarakat yang harus diutamakan. Kehidupan modern yang pe nuh kenikmatan bagi sekelompok orang bukanlah sesuatu yang dituju Islam, melainkan kesejahteraan bagi seluruh penduduk. Prinsip ini sangat menentukan bagi keberlangsungan hidup se buah negara. Di sinilah kemampuan kita untuk menemukan sebuah sis tem yang menjamin kepentingan rakyat kebanyakan, diatas ke pentingan, dalam batas waktu tertentu, kelompok industrialis pemilik modal. Dalam pengertian ini, asas keseimbangan diper lukan agar kesejahteraan orang kebanyakan benar-benar diper hatikan, tanpa mengekang kelompok industrialis maupun pemi lik modal untuk berkembang. Sebenarnya telah banyak percobaan untuk menemukan sistem yang demikian itu, namun semuanya gagal apabila hanya mengandalkan kepada ideologi-ideologi yang ada yaitu sistem kapitalisme, sosialisme maupun komunisme. Seringkali, korek si-koreksi dilakukan dengan mencampuradukkan beberapa ideologi di dalam sebuah wawasan yang sangat umum. Seperti modifikasi atas ideologi kapitalisme menjadi folks kapitalismus (kapitalisme rakyat), yang mencoba mengoreksi kapitalisme kla sik yang hanya mementingkan persaingan bebas, dengan tidak menganggap penting arti rakyat kebanyakan. Folks kapitalismus mengambil semangat egalitarian dari sosialisme, ini berbeda dari birokrasi komunisme yang banyak mengadopsi dari kapitalisme klasik, paling tidak mengenai caracara berkompetisi. Islam-pun juga pernah harus melakukan hal yang sama yaitu dengan berani mengambil cara-cara dari ideo logi-ideologi lain. Puluhan tahun yang lalu, ada gagasan tentang “Sosialisme Islam” , yang walaupun gagal berkembang namun tetap saja harus dihargai sebagai upaya dinamisasi agama terse but. Begitu juga dengan pengertian-pengertian dasar yang kita terus mengalami perubahan. Dahulu, pengangguran berarti ti adanya pekerjaan bagi seorang warga negara, sekarang orang yang bekerja tapi di bawah 35 jam perminggu sudah dinamai penganggur. Dengan arti perubahan tersebut, maka pemahaman kita H. Agus Salim dan HOS Tjokroaminoto adalah tokoh Islam yang meru muskan ide ini pada wal masa pergerakan Indonesia.
g 94 h