Islam, Gerakan ataukah Kultur ?
K
etika menghadapi Hari Waisak 2546 pada 26 Mei 2002 penulis mendapat undangan dari KASI (Konferensi Agung Sangha Indonesia) untuk hadir dalam acara terse but di Balai Sidang Senayan Jakarta. Penulis menjawab akan hadir. Dan, rombongan KASI berlalu dengan hati lega. Setelah berjalan beberapa waktu, penulis mendengar bahwa Megawati Soekarnoputri sebagai personifikasi kepala negara dan pemerin tah akan datang pada peringatan yang sama di Candi Borobudur oleh Walubi (Perwakilan Umat Buddha Indonesia), pada waktu yang besamaan pula. Di saat itulah ada orang yang bertanya pada penulis, akan datangkah ke acara KASI? Ketika penulis menjawab ya, segera disusul dengan perta nyaan berikut, hadirkah Anda dalam acara KASI itu yang ber beda dari pemerintah? Penulis menjawab, akan hadir. Apakah alasannya? Karena penulis yakin, KASI mewakili para bhiksu dan agamawan dalam agama Buddha di negeri kita. Sedangkan Walubi adalah organisasi yang dikendalikan bukan oleh agama wan. Dengan kata lain, Walubi adalah organisasi milik orang awam (laymen). Prinsip inilah yang penulis pakai sejak awal dalam bersikap pada sebuah organisasi agama. Pada Hari Raya Waisak itu, sebelum berangkat ke Balai Sidang, penulis mendengar bahwa Megawati Soekarnoputri ter Baik pihak KASI maupun Walubi mengaku sebagai organisasi paling sah yang memayungi seluruh umat Buddha Indonesia. Saat ini (2006), organi sasi KASI ditingkat nasional dijalankan oleh seorang Sekretaris Jenderal Bhik su Vidya Sasana Sthavira. Sedangkan DPP Walubi dipimpin oleh Ketua Umum Siti Hartati Murdaya.
g 63 h